Setelah pertemuan dengan CEO LG Group Reyhan kembali ke ruangan kerja. Pria itu kini tengah mondar-mandir di depan meja kerjanya. Yudha yang melihat tingkah aneh Reyhan hanya bisa diam seribu bahasa. Pasalnya, dalam posisi seperti ini satu-satunya yang bisa menghentikan tingkah aneh Reyhan hanyalah Keyra. "Saya tidak ada agenda penting sekarang?" tanya Reyhan tiba-tiba. " Iya," jawab Yudha singkat. Hari ini Keyra absen kerja. Hal inilah yang membuat Yudha menjadi sekretaris dadakan lagi seperti dinas ke Hongkong kemarin. Mengatur dan mengurus jadwal kerja Reyhan. "Kamu tahu apartemen Keyra nomer berapa?" tanya Reyhan tiba-tiba. Reyhan baru menyadari satu hal. Selama empat tahun mereka bekerjasama sebagai atasan dan bawahan, ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke apartemen Keyra. Jangankan berkunjung, bertanya dimana Keyra tinggal sekarang saja tidak pernah. Padahal, apartemen yang Keyra tinggali adalah salah satu hadiah dari Reyhan atas kerja kerasnya. Semenjak pertengkaran
Reyhan langsung membopong tubuh Keyra yang tergeletak lemas tak berdaya di atas lantai. Diturunkan perlahan tubuh gadis itu di atas ranjangnya. Kamar Keyra tak terkunci sama sekali. Hipotesis awal Reyhan Keyra pingsan saat hendak keluar ke dapur. Demam yang tinggi juga menjadi pemicu pingsan tersebut. "Cepat telpon Pak Sumarjan!" perintah Reyhan pada Yudha. Pak Sumarjan adalah dokter pribadi Reyhan yang digaji tiap bulan bahkan ketika dia tidak bekerja sama sekali. Tapi sekalinya dapat panggilan dari Reyhan ia harus siap siaga 24 jam. Bahkan jika Reyhan berada di luar negeri dia juga harus bergegas kesana. "Ah, ternyata dia kurus sekali," gumam Reyhan. Reyhan meluruskan rambut Keyra yang tergerai berantakan. Wajah Keyra benar-benar pucat. Sekujur tubuh Keyra sangat panas. Karena hidup sendiri, Keyra yang sakit tidak ada yang mengurusi. Hal inilah yang menyebabkan Keyra seolah hilang kabar seharian. Padahal faktanya, Keyra sakit dan pingsan di apartemen sendiri. Reyhan melihat ke s
Keyra terus menyantap sup buatan Reyhan yang tersugun di depannya. Selesai dari kegiatannya, gadis itu yang kini sudah merasa lebih pulih dan segar segera beres-beres. Beranjak dari dapur gadis itu beralih ke ruangan kerjanya. Sepertinya Reyhan tidak memasuki ruangan itu, terlihat dari masih berantakannya ruangan itu, sama persis sejak terakhir kali Keyra masuk ke sana. Jika Reyhan masuk ke sana. Pasti sudah dirapikan seperti kamar, dapur, dan ruang tamu Keyra. "Apa ini?" gumam Keyra saat melihat email masuk di layar komputernya. Gadis itu menepuk jidatnya, "Astaga, aku sampai melupakan anak ini!" Tepat satu minggu yang lalu, Keyra membantu seorang gadis magang di kantor cabang. Ia pun yang merasa iba memindahkannya untuk magang di kantor pusat, G.RIO Cooperation. Sebuah email masuk dari perusahaan perihal pemindahan anak magang itu, dan itu terdaftar atas namanya. Keyra dengan segera berganti pakaian. Meski pada kenyataannya ia sedang tidak ingin pergi bekerja. Tapi hati kecilnya
Keyra menarik tangan Reyhan. Kondisi yang terlihat unik, seorang gadis kecil dengan lengan mungilnya menyeret tangan kekar dari seorang pria besar nan tinggi. Keyra dengan cepat mengunci ruangan Reyhan. "Bapak jangan asal bicara. Bisa-bisa mereka berpikiran yang tidak-tidak," gerutu Keyra. Reyhan mengangkat sebelah alisnya, "Jadi bagaimana? Kamu tidak akan mengundurkan diri bukan? Jangan bilang kedatanganmu ke sini hari ini untuk mengurus perihal pengunduran diri. Kalau memang begitu, silahkan kamu pulang saja, saya sedang tidak ingin merespon hal menyebalkan itu," Reyhan langsung duduk di meja kerjanya setelah selesai berbicara. Keyra tidak menanggapi ucapan Reyhan, ia mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku celananya kemudian menyodorkannya ke depan Reyhan. "Apa ini?""Minggu lalu Bapak meminta saya untuk mencari berapa jumlah saham Pak Kevin di pasar Asia, kemarin informan saya sudah menemukan hasilnya, saya ke sini hanya untuk memberikan data ini saja." jelas Keyra. Sel
"Huh?" Dari sekian banyaknya pilihan kata. Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Reyhan. "Aku bilang, menikahlah denganku!" teriak Keyra keras. Reyhan hanya mengerjap tak percaya. Mari kembali ke beberapa menit yang lalu. Setelah menerima telepon dan penjelasan dari Yudha, Keyra mulai memahami kondisi yang terjadi. Pertama, sejak Keyra berniat untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Sejak saat itu ia mulai acuh dengan kondisi Reyhan. Hal ini menyebabkan Keyra tak tahu menahu perihal pertemuan keluarga Reyhan hari ini. Kedua, meski Keyra tahu bahwa pertemuan keluarga besar ini merupakan hal yang lumrah terjadi namun Keyra tidak pernah membayangkan bahwa pertemuan itu akan menjadi ajang penyerangan terhadap Reyhan. Ini jelas pernyataan perang atas perebutan kekuasaan. Ketiga, Keyra selama empat tahun mengenal Reyhan tak pernah terlibat jauh dalam urusan keluarga Reyhan. Hal ini karena sikap Individualis yang Reyhan miliki. Segala sesuatu yang menyangkut keluarganya tidak per
Keyra menyadari satu hal. Bersama Reyhan tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi. Contohnya saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, secara jam kerja seharusnya Kantor Urusan Agama (KUA) sudah tutup. Tapi dengan koneksi Reyhan, mereka dengan mudahnya melakukan pernikah di KUA, bahkan akta nikah bisa langsung mereka dapatkan. "Apa menikah memang semudah ini?" tanya Keyra yang menatap lekat-lekat akta nikah di tangannya. "Minumlah dulu," ucap Reyhan sembari menyodorkan segelaa air putih pada Keyra. Kini dua insan yang sudah resmi menjadi sepasang suami-istri itu tengah berada di apartemen Reyhan. Setelah mendapatkan surat nikah di KUA mereka kembali ke apartemen Reyhan untuk mendiskusikan beberapa hal penting dalam kehidupan mereka yang mungkin akan banyak berubah ke depannya. "Apa kamu mau makan dulu?" tanya Reyhan. "Tidak, kita langsung saja bahas kontrak perjanjiannya," balas Keyra cepat. Reyhan mengambil dua buah laptop, menyerahkan salah satunya kepada Keyra. "Baiklah
Sesuai janji yang sudah dibuat. Keyra dan Reyhan sepakat untuk mencari rumah baru mereka. Mereka mencari sebuah rumah bukan apartemen. Rumah yang hanya satu tingkat, memiliki halaman yang luas. Keyra juga meminta agar mereka mencari pemukiman yang jauh dari orang-orang yang mereka kenal. Dengan begitu mereka bisa hidup tenang dalam kehidupan pernikahan mereka. "Bagaimana menurutmu?" tanya Reyhan pada Keyra. Keyra mengedarkan tatapannya ke segala arah. Menurutnya rumah itu cukup bagus. Desainnya minimalis seperti kebanyakan rumah modern saat ini. Halamannya luas. Garasi mobil berada di pinggir kanan tapi hanya seluas 200 meter persegi, sisanya seluas 700 meter persegi berada di ruang bawah tanah, menyerupai sebuah basement. kolam renang berada di belakang rumah. "Berapa luas rumah ini?" tanya Keyra pada pemandu yang menjual rumah itu. "Luas lahan mencapai 1.600 meter persegi," jawab sang pemandu. "Wah, bukankah menurutmu itu terlalu besar?" Keyra melempar tanya pada Reyhan. Reyha
"Mbak Key, tumben hari ini nggak ke ruangan Pak CEO? Bukannya setiap jam 9 Mbak harus laporan jadwal?" tanya Nadine. Keyra yang sedang mengetik laporan langsung berhenti. Menikah dengan Reyhan membuat banyak kebiasaannya tergeser. Karena tinggal serumah, Keyra tak perlu lagi menunggu jam 9 pagi untuk melapor. Dia bisa memberitahu semua jadwal Reyhan saat mereka di rumah tadi pagi. "Itu, jadwal Pak Reyhan hari ini sangat padat, jadi aku memberitahunya lebih cepat tadi pagi." elak Keyra. Nadine hanya mangut-mangut. Apapun yang terjadi biasanya Reyhan tak pernah mau menerima laporan lebih lama ataupun lebih cepat, jadi Nadine agak meragukan jawaban Keyra. Tapi jika itu keluar dari mulut Keyra, pasti hal itu benar adanya. Begitulah pola pikir Nadine. Jemari Keyra beralih menekan tombol telepon genggam kantor di depannya, "Hallo, Hazel. Segera ke ruangan saya, kita akan segera berangkat bertemu klien." ucap Keyra lewat telepon. "Nadine, saya akan keluar bertemu klien. Hari ini kamu ga