"Akhirnya, hidup kembali seperti biasanya," ucap Keyra lega.
Setelah melewati kisah rumit di Pulau Lombok ia langsung diterbangkan pulang ke Jakarta. Sayang sekali, padahal itu kali pertama ia menginjakkan kakinya ke Pulau Surgawi itu, tetapi ke sana hanya untuk pekerjaan bisnis tanpa bisa berwisata. Tapi beruntungnya, setelah ditekan mati-matian, Pak Gibran menghadiahkan amplop kepada Keyra atas pertolongannya yang berjasa.setidaknya Pak Gibran tahu balas budi, batin Keyra senang."Hmmm, Aku tak akan bertemu dengannya lagi kan?" tanya Keyra pada diri sendiri. Beberapa kali terlintas dipikirannya kalau seandainya mereka bertemu lagi apa yang harus dia katakan.Hidup Keyra akan langsung tamat jika bertemu dengan Reyhan lagi. Kabarnya Reyhan sangat suka memecat karyawan. Satu kesalahan kecil saja bisa menjadi alasan pemecatan. Termasuk dua translator yang bermasalah saat ENF kemarin dipecat Reyhan hari itu juga. Inilah yang membuat Keyra enggan bertemu lagi. Jika perlu, tidak usah bertemu lagi sampai mereka mati.secara logika, kemungkinan dia bertemu Reyhan sebenarnya sangatlah kecil. Keyra adalah karyawan biasa yang tinggal di lantai empat perusahaan. Sementara Reyhan akan bekerja di lantai 18. Selain itu lokasi parkir CEO dan karyawan juga berbeda. kantin pun berbeda. Bahkan lift yang digunakan CEO juga berbeda dengan lift yang digunakan karyawan biasa. Jadi mereka tidak akan pernah bertemu lagi di keseharian mereka."Toh kalau bertemu lagi, bukankah Pak Gibran yang harus menanggung kesalahan ini," kata Keyra lagi.Keyra melangkah santai. Menjadi karyawan biasa memang paling menyenangkan. Tidak perlu berdebar-debar seperti kejadian kemarin yang membuat nyawanya seakan berada di ujung tanduk."Pagi semua," Sapaan rutin Keyra pada semua rekan pemasarannya di Blok 4D. Setiap ruangan diberi kode sesuai lantai berapa dan urutan berapa mereka berada."Key, kamu dua hari cuti apa?" tanya David.Keyra hanya tersenyum, "Terlalu rumit untuk dijelaskan!" tandasnya pelan. Gadis itu langsung duduk di kursi kerjanya.***Pagi hari G.RIO Cooperation sudah dihebohkan dengan kedatangan CEO baru. Setelah satu bulan berduka atas kematian CEO Sebelumnya yang merupakan ayah kandung dari Reyhan, kini mereka harus bekerjasama dengan Reyhan."Selamat datang di G.RIO Cooperation keponakanku," ucap Supriyanto saat Reyhan dan asistennya yang bernama Yudha keluar dari lift lantai 18. Pria paruh baya berumur 56 tahun itu merupakan adik kandung Ayahnya yang sekarang menjabat sebagai wakil manajer di G.RIO Cooperation.Reyhan bersalaman dengan Supriyanto kemudian berpelukan. Rasanya seperti reunian keluarga. Sangat menyentuh dan harmonis."Jika ada hal yang tak kamu mengerti tanyakan saja pada pamanmu ini,""Tentu saja." balas Reyhan singkat.Setelah berbincang cukup panjang akhirnya mereka menyudahi pertemuan itu dengan kepergian Supriyanto dan dua pengawalnya. Beritanya, Supriyanto sudah ditunggu klien di bandara sejak tadi pagi. Beriringan dengan hal itu, seoarang wanita yang sedari tadi tersenyum tipis di sana mulai angkat bicara."Mari pak, lewat sini!" ucap wanita itu mengarahkan."Kamu siapa?" tanya Reyhan sinis."Saya Sasa. Sekretaris pengganti untuk Mbak Ratih yang saat ini sedang cuti karena kecelakaan," jelasnya sopan."Ratih?""Iya Pak, beliau adalah Sekretatis Almarhum CEO sebelumnya. Namun sejak kecelakaan satu bulan lalu beliau masih dalam kondisi koma, jadi saya yang akan menggantikannya.""Sekretaris sebelumnya Ratih? Bukan Keyra?""Ahh, ya?" tanya Sasa kebingungan."Siapa yang menunjukmu sebagai sekretaris pengganti?" tanya Reyhan sembari melangkah ke arah ruangan yang di tuju."Pak Supriyanto,"Khuk khuk khukReyhan terbatuk-batuk saat membuka ruangannya. "Siapa yang menyetel aroma ruangan ini?""Saya sendiri pak," jawab Sasa."Panggilkan ketua ENF kemarin ke ruangan saya sekarang!" perintah Reyhan pada Sasa. Reyhan terlihat sangat kesal. Matanya menyorot tajam ke arah Sasa yang berlari ke luar ruangan.Yudha dengan sigap memberi air putih pada Reyhan. Reyhan sangat tidak suka bau jeruk. Ini bertolak belakang dengan Ayahnya yang menyukai bau-bau segar seperti jeruk. Sebaliknya Reyhan lebih menyukai bau ruangan yang tenang seperti lavender.Rasa kesal Reyhan tertutupi oleh rasa penasarannya. Bagaimana bisa wajah dan nama sekretarisnya yang kemarin berbeda dengan sekretarisnya hari ini. Lelucon macam apa ini?"Yudha, carikan segera informasi tentang keanggotaan ENF. Terutama sekretaris ayahku sebelumnya, dan sekretaris yang terlibat denganku kemarin dan hari ini!" seru Reyhan setelah meneguk air minumnya.Selang beberapa menit Pak Gibran kemudian menceritakan dan menjelaskan alasannya menyembunyikan identitas asli Keyra. Dengan rasa gemetar pria tua itu meminta maaf atas segala kelalaiannya. Ia menceritakan keseluruhan cerita.Rupanya, orang yang bertugas menggantikan Ratih yang sedang terbaring koma akibat kecelakaanya bersama Almarhum sebelumnya adalah Sasa bukan Keyra. Hanya saja, penerbangan Sasa pagi itu kena Delay dan baru bisa berangkat malam harinya. Sehingga mau tidak mau Keyra yang melayani Reyhan. Gibran juga menjelaskan bahwa Keyra sebelumnya salah paham mengira Reyhan adalah CEO Dex Company yaitu Mr. Hang."Apakah Keyra karyawan disini?" tanya Reyhan setelah mendengar penjelasan Gibran."Iya benar, dia berada di bawah keanggotaan saya di lantai 4.""Bawa di kemari!""Baik,"***Keyra menggerutu sepanjang jalan. Padahal Pak Gibran sudah menjamin bahwa dia akan hidup tenang. Dan perihal kejadian di Pulau Lombok tidak akan terungkit lagi. Tapi apa yang terjadi sekarang? Keyra diminta menghadap ke ruangan direktur.Mulut Keyra komat-kamit membaca doa. Rasanya, sudah tidak ada yang bisa menolongnya selain Tuhan. Keyra merasa tidak adil. Jika ia tak menuruti kemauan Pak Gibran waktu itu, maka ia akan dipecat. Tapi setelah ia turuti bukankah sama saja. Bukankah sekarang ia dipanggil untuk dipecat atau bisa jadi lebih berat, apa mungkin Reyhan akan membawanya ke jalur hukum atas tuduhan pemalsuan identitas."Dasar para pimpinan yang tidak mau salah!" umpat Keyra pelan.Keyra membuka perlahan pintu dengan warna hitam pekat di depannya. Kepalanya sedikit melonggok ke dalam hingga akhirnya suara Reyhan mengejutkannya."Masuklah!" suara berat nan dingin itu membuat jiwa Keyra semakin ketakutan."Kita bertemu lagi,""Hallo, selamat pagi Tuan Reyhan. Sungguh senang bertemu anda kembali," sapa Keyra cengengesan."Tidak usah menggunakan Bahasa Inggris lagi," tegur Reyhan. Keyra mengangguk pelan."Saya tidak suka bicara banyak. Langsung saja, Keyra kamu akan menjadi sekretaris pengganti saya.""huh, ya? "Keyra, Sasa dan Pak Gibran yang berada di dalam ruangan melongo keheranan. Belum sempat mereka mencerna situasi, Reyhan kembali mengguncang mental mereka."Dan wanita dengan kemeja abu di sana," katanya menunjuj ke arah Sasa."Kamu dipecat!"Memang seenak jidat. Kata pecat begitu mudah keluar dari mulut Reyhan. Kondisi mental yang begitu bertolak belakang. Reyhan begitu santay diantara tegangnya tiga manusia lainnya."Sebentar, Pak! Bapak tidak bisa memecat Sasa. Dia putri bungsu Pak Rano, salah satu pemegang saham tertinggi di G.RIO Cooperation," jelas Gibran seakan mempertanyakan betul kompetensi Reyhan sebagai seorang CEO yang tidak tahu memahu hirarki perusahaan."Saya sudah membaca semuanya!" tegas Reyhan sembari mengangkat satu berkas berisi semua hal, dari latar belakang, sejarah dan hal-hal yang terlibat dengan kondisi tersebut. Yudha dengan waktu kurang dari satu jam dapat menemukan itu semua. Inilah alasan Reyhan menjadikannya asisten."Saya tidak perlu membaca semua alasan kenapa Saya harus memecatmu bukan? Tentang uang sewa-,""Tidak perlu!" tandas Sasa. Gadis itu menggeleng kuat. Seperti sudab tahu diri ada begitu banyak aib yang berada di tangan Reyhan sekarang. Sasa tak mau berdebat terlalu jauh.Setelah kejadian yang menggemoarkan itu. Keyra berstatus sebagai sekretaris pengganti sampai sekretaris yang sebenarnya pulih dari koma. Satu tahun menjabat hingga akhirnya Ratih yang tertidur dari koma akhirnya membuka mata. Ibu dengan dua anak itu kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya dan ingin fokus ke penyembuhan dan keluarganya. Semenjak saat itu, Keyra menjabat sebagai Sekretaris tetap di G.RIO Cooperation.Kembali ke kehidupan sekarang. Setelah berdebat dengan Keyra masalah undangan pernikahan tadi pagi. Izin atas permintaan Keyra untuk menghadiri undangan pernikahan itu tidak juga diberikan Reyhan. "Pak Reyhan tidak mengizinkanmu pergi ya?" terka Nadine saat melihat raut wajah kesal Keyra yang melekat di atas meja. Keyra mengangkat kepalanya dari atas meja. "Apakah aku terlalu penurut selama empat tahun ini?" Keyra bertanya-tanya kenapa Reyhan tidak mau menerima izinnya. Gadis itu mulai menilik empat tahun Kehidupannya. Ia menyadari bahwa selama ini ia jarang atau bahkan tidak pernah meminta sesuatu kepada Reyhan. "Kurasa kamu perlu sedikit memberontak," saran Nadine. "Benar, Pak Reyhan menjadi seenaknya gara-gara kamu terlalu penurut," celetuk Surya. "Tapi bukankah Pak Reyhan memang suka seenaknya. Aku rasa walaupun Keyra memberontak dia akan tetap begitu, berlaku seenaknya." ucap Naumi."Tapi tidak ada salahnya mencoba untuk memberontak," sahut Rivaldi. Nadine, Naumi, Surya,
Suasana hati Keyra dalam kondisi buruk sejak bertemu Asila beberapa menit yang lalu. Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan dia tidak berbicara barang sepatah katapun pada Reyhan atau Yudha. Suasana di dalam mobil cukup hening. Yudha yang menyetir mobil di depan beberapa kali mengintip ke kursi belakang. Keyra dan Reyhan sama-sama diam, meski sebenarnya terpancar jelas dari raut wajah Reyhan yang penasaran dengan sikap diam Keyra. Dia begitu kaku, batin Yudha. Yudha menggelengkan kepalanya. Dia tahu betul gelagat Reyhan yang saat ini dalam kondisi penasaran kenapa Keyra diam-diam saja. Dua jam perjalanan ke perusahaan tidak ada pembahasan apapun. Mau bilang apa lagi. Sepanjang hidupnya Reyhan tidak pernah penasaran dengan emosi orang lain. Jadi pria itu tidak tahu cara bertanya. Bahkan mungkin ia sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang dalam kondisi penasaran. "Minumlah vitamin sebelum berangkat ke bandara, suara Bapak terdengar serak dari tadi pagi," ujar Keyra. Akh
"Ayo lakukan Key!" ucap Keyra pada diri sendiri. Keyra melangkah keluar saat pintu lift terbuka lebar. Sudah empat tahun lebih sejak Keyra terakhir kali menghadiri undangan pernikahan temannya. Bisa dibilang Keyra sangat awam untuk masalah undangan pesta. Sebenarnya ada satu alasan kuat mengapa Keyra memutuskan tetap datang ke pernikahan mantan dan sahabatnya itu. Meski tujuan utamanya adalah ingin balas dendam. Akan tetapi jauh di lubuk hati Keyra terdalam ia masih berharap semua bisa membaik. Walaupun marah setengah mati kepada mereka, ada bagian kecil hatinya yang berharap bisa hidup bahagia dengan mereka lagi. Sejak kecil Keyra terbiasa sendirian, sehingga keberadaan Bisma dan Asila semasa mudanya menjadi cukup berarti. Sangat disayangkan jika hubungan mereka berakhir semengenaskan itu. Maka pesta hari ini akan menentukan bagaimana sikap Keyra selanjutnya. Ia ingin melihat apakah canvas yang sudah retak itu bisa disambung kembali. Atau itu hanya akan menjadi khayalan Keyra saja
"Aku sangat menyukainya,"Asila yang awalnya tersenyum puas langsung menurunkan dua sudut bibirnya, heran kenapa Keyra merespon seperti itu. Bukankah seharusnya gadis itu tertekan dan ketakutan. "Tentu saja aku datang di hari bahagiamu. Aku bahkan membawakan hadiah kesukaanmu loh," ucap Keyra lantang. Tangannya menyodorkan sebuah goodybag pada Asila. Mereka mulai berkerumun di dekat Keyra dan Asila. Tak terkecuali Bisma yang tadinya membaur dengan para tetua di sebelah kanan aula pernikahan kini sudah beralih ke bagian kiri ruangan. Tangan Asila meraih pelan hadiah pernikahan dari Keyra. "Kamu tidak perlu bersusah payah memberikanku hadiah, pasti sulit ya, Aku tidak akan berkomentar jika hadiahmu hanya barang biasa. Itu bukan masalah besar. Aku bahkan tidak akan marah kalau kamu tidak membawa apapun, jangan memaksakan diri hanya untuk terlihat loyal disini," ucap Asila sembari membuka hadiah yang Keyra berikan. "Wah, kotak hadiahnya terlihat mahal, kamu benar-benar berusaha keras
Tujuh jam sebelum Reyhan kembali Ke Indonesia. Reyhan yang baru saja selesaikan bernegosiasi kini tergeletak lelah di atas ranjang hotel. "Pak Rey, saya menemukan sesuatu." kata Yudha sembari menyodorkan sebuah surat. Reyhan langsung terbangun dari posisinya saat membaca isi surat itu. "Darimana kamu mendapatkan ini?""Tas besar berisi dokumen yang disiapkan oleh sekretaris Key. Surat itu terselip di antara tumpukan dokumen lain. Sepertinya dia hanya iseng saja." jawab Yudha. Surat pengunduran diri, itulah isi secarik kertas yang Reyhan pegang. Pria itu menggeleng pelan. Keyra bukan orang yang iseng menulis hal seperti itu. Ada yang tidak beres dengan Keyra. "Kita ada agenda apalagi di sini?" "Tidak ada,""Setelah kita kembali ke Indonesia, apa saya ada agenda?""Ada banyak, tapi saya sudah mengundur semuanya. Anda perlu beristirahat setiba di Indonesia. Pak Husein dan beberapa orang dari LG Group sepakat untuk mengundur jadwal.""Baguslah,""Tapi ada satu surat undangan pernikah
Reyhan mematung sejenak mendengar ucapan Keyra. Ternyata benar, Keyra bukan iseng semata menulis surat pengunduran dirinya. Jauh di lubuk hati gadis itu ia ingin mengundurkan diri. Tapi kenapa? "Tenangkan dirimu, jangan bicara omong kosong.""Bapak kira ini omong kosong?" tanya Keyra. Keyra seminggu terakhir berpikir keras perihal pengunduran dirinya. Ia menyadari betul bahwa ia tidak merasa bahagia. Ia ingin menemukan kebahagian itu. Akan tetapi, jika terus menjabat sebagai sekretaris, Ia tidak akan punya waktu untuk mencari kebahagiaannya. Sebab itulah Keyra menulis rancangan surat pengunduran diri. Siapa sangka surat itu akan ikut serta dengan berkas-berkas yang Ia siapkan untuk dinas Reyhan ke Hongkong. "Keyra kamu kenapa? Kamu bukan orang yang akan berhenti bekerja hanya karena hal sepele seperti ini." "Bapak mulai lagi, saya bukan orang yang sama dengan Bapak. Pak Reyhan gila kerja, saya tidak. Selama ini saya hanya bekerja sesuai apa yang dikehendaki hanya agar saya tidak d
Setelah pertemuan dengan CEO LG Group Reyhan kembali ke ruangan kerja. Pria itu kini tengah mondar-mandir di depan meja kerjanya. Yudha yang melihat tingkah aneh Reyhan hanya bisa diam seribu bahasa. Pasalnya, dalam posisi seperti ini satu-satunya yang bisa menghentikan tingkah aneh Reyhan hanyalah Keyra. "Saya tidak ada agenda penting sekarang?" tanya Reyhan tiba-tiba. " Iya," jawab Yudha singkat. Hari ini Keyra absen kerja. Hal inilah yang membuat Yudha menjadi sekretaris dadakan lagi seperti dinas ke Hongkong kemarin. Mengatur dan mengurus jadwal kerja Reyhan. "Kamu tahu apartemen Keyra nomer berapa?" tanya Reyhan tiba-tiba. Reyhan baru menyadari satu hal. Selama empat tahun mereka bekerjasama sebagai atasan dan bawahan, ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke apartemen Keyra. Jangankan berkunjung, bertanya dimana Keyra tinggal sekarang saja tidak pernah. Padahal, apartemen yang Keyra tinggali adalah salah satu hadiah dari Reyhan atas kerja kerasnya. Semenjak pertengkaran
Reyhan langsung membopong tubuh Keyra yang tergeletak lemas tak berdaya di atas lantai. Diturunkan perlahan tubuh gadis itu di atas ranjangnya. Kamar Keyra tak terkunci sama sekali. Hipotesis awal Reyhan Keyra pingsan saat hendak keluar ke dapur. Demam yang tinggi juga menjadi pemicu pingsan tersebut. "Cepat telpon Pak Sumarjan!" perintah Reyhan pada Yudha. Pak Sumarjan adalah dokter pribadi Reyhan yang digaji tiap bulan bahkan ketika dia tidak bekerja sama sekali. Tapi sekalinya dapat panggilan dari Reyhan ia harus siap siaga 24 jam. Bahkan jika Reyhan berada di luar negeri dia juga harus bergegas kesana. "Ah, ternyata dia kurus sekali," gumam Reyhan. Reyhan meluruskan rambut Keyra yang tergerai berantakan. Wajah Keyra benar-benar pucat. Sekujur tubuh Keyra sangat panas. Karena hidup sendiri, Keyra yang sakit tidak ada yang mengurusi. Hal inilah yang menyebabkan Keyra seolah hilang kabar seharian. Padahal faktanya, Keyra sakit dan pingsan di apartemen sendiri. Reyhan melihat ke s