Home / CEO / Ayah Untuk Anakku / 30. Perkaran panggilan buna dan handa

Share

30. Perkaran panggilan buna dan handa

Author: bigelbul
last update Last Updated: 2023-11-17 21:00:35

Pagi itu, Rania bersama Renan membawa Vano ke rumah sakit karena kondisi Vano yang tiba-tiba drop dan wajahnya yang juga pucat.

"Nomor antrian lima, sekarang sudah antrian ketiga. Sebentar lagi, giliran Ano," ucap Renan yang sedang memasukkan mainan pesawat milik Vano ke dalam tas slempang Rania.

Wanita itu tengah memangku anaknya yang sejak tadi pagi mulai merasa lemas. Mobil tayo di tangan kirinya juga ikut loyo karena tidak dimainkan. Sebenarnya, ingin membawa robot gundam, tapi tidak jadi karena Rania melarangnya.

"Kau duduklah, Ren, kau dari tadi terlihat grasak-grusuk," kilah Rania sambil menarik lengan Renan untuk duduk di sebelahnya.

"Ah, iya," jawab Renan sambil mengambil posisi duduk di sebelah Rania. Laki-laki itu bahkan menyandangkan tas slempang Rania ke lehernya. Hati Rania bergetar, Renan memang sangat perhatian padanya.

"Ren …," panggil Rania dengan nada suara yang bergetar di akhir perkataan.

"Iya?" jawab R
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ayah Untuk Anakku   31. Membangun Euphoria

    Setelah perdebatan berakhir, Raihan membawa Vano untuk menaiki mobil putar yang ada di mall seperti kemauan anaknya, laki-laki ini tentu mengajak Jihan untuk menemani. Setelah selesai puas bermain sebentar, mereka pulang menuju kediaman Atmadja. Hani sangat menyukai ketika Vano mengunjungi dan menginap di rumahnya. Kesempatan, satu kata yang memberuntungkan Renan malam ini. Dia mengajak Rania kencan. Hah? Kencan? Bagi Renan seperti kencan, entah kalau Rania menganggapnya apa. "Aku ingin naik bianglala, tapi aku takut …," ucap Rania sambil memakan kembang gulanya dengan lahap. "Aku juga ingin naik itu, apalagi kalau listriknya mati dan kita berada di puncak paling atas, aku suka," ulas Renan, matanya berbinar menatap puncak bianglala yang terang karena dipenuhi lampu-lampu cantik. "Apanya yang disukai? Bukannya mengerikan berada di puncak paling atas?" "Aku suka. Dengan itu aku bisa mencium Rania di atas sana. Rania kan penakut, mau t

    Last Updated : 2023-11-17
  • Ayah Untuk Anakku   32. Vano sesak napas

    "Handa Enannn," sapa Vano dari meja makan pagi ini, di kediaman keluarga Atmadja. Raihan yang berada di samping anaknya reflek menoleh ke arah Renan yang berjalan ke arah meja makan dan mengambil posisi duduk tepat berseberangan dengan Raihan. "Hey, sayang," balas Renan dengan melebarkan senyumannya. Wajah Vano terlihat lebih fresh dibandingkan dengan terakhir kali bertemu. "Ren, pinggangmu kenapa? Kau berjalan juga rada aneh," tegur Hani yang melihat jalan Renan sedikit miring kesakitan. Bahkan, Hani sempat ikutan meringis ngilu. "Hampir encok Bu, ada kesalahan teknis." Renan menjawab pertanyaan ibunya dan mengambil piring untuk wadah nasi kuning sebagai sarapan. "Kau salah tidur, Nak?" "Tidak, Bu," jawab Renan. Akibat berciuman dengan Rania di komedi putar itu, pinggang Renan sedikit encok karena posisi yang tidak enak. Tidak mungkin memberi jawaban jujur pada sang ibu, bisa terjadi perang dunia ketiga dengan Ra

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   33. Calon menantu yang tidak disukai

    "Biarkan saja, nanti giliran kita lagi yang menjenguk anak kita ya, Buna," kilah Renan sambil mengusap surai kehitaman milik Rania. Dia sangat menyayangi Rania dengan tulus dan selalu ikut merasakan sakit jika Rania juga sakit. Perkataan Renan barusan membuat keduanya kembali ke ingatan semalam, saat mereka berciuman di komedi putar. Mereka sama-sama melepaskan pelukan masing-masing dan menatap canggung. Bayang-bayang bibir yang menyatu kembali membuat jantung mereka merekah dan penuh detakan yang tidak teratur. "Leher-""Pinggang-" Ucapan mereka bersamaan dan sama-sama tercekat dalam tatapan yang malu-malu. "Kau-" "Kau-" Lagi, mereka mengucapkan bersamaan, sungguh sangat manis interaksi keduanya. "Ran-" "Ren-" Mereka kenapa, sih? Jodoh, nih? Hehe. Mereka saling menatap dalam keterdiaman. Pikiran mereka sama-sama bercabang dan menduga-menduga. Satu … dua … tiga …. "

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   34. Vano siuman

    "Kepalanya, pusing ya, Sayang?" tanya Rania sambil mengelusi kepala Vano dengan hati-hati. Ada rasa gundah mengelabui hatinya saat melihat Vano dengan wajah pucatnya. "Yobot gudam Ano mana, Buna?" "Nanti, Buna ambilkan di rumah, ya. Sekarang, sebut ke Buna mana yang sakit." Vano melirik ke Jihan dan Raihan yang ada di sofa ruangan Vano di rawat. Mereka berdua sedang memperhatikan Vano, Rania dan Renan yang sedang berbincang. "Ada, apa?" tanya Renan yang langsung memajukan kepalanya ke dekat wajah Vano. "Buna ... Handaaa .... Ano ingin berbicik, cini Ano mau biyang tetuatu," titah sang anak agar buna dan handa Enannya mendekat padanya. Rania dan Renan mendekat pada Vano untuk mendengarkan bisikan anak laki-laki itu. Melihatnya, membuat Raihan semakin jengkel. Harusnya, bukan Renan disitu tapi dirinya. Kan Vano buah hatinya bersama Rania, Renan tidak berhak mendahului Raihan. "A-ano mau beyi popoki yang mayam-mayam

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   35. Jantung Vano?

    "Buna, B-buna mana?" rengek Vano saat bunanya tidak ada disana. Tubuhnya sedang diperiksa dokter Shin sekarang. "Buna sedang mengambil robot gundam, ada Handa disini, jangan menangis, ya," ucap Raihan menenangkan Vano yang mencari kehadiran bunanya. "Ano katanya anak hebat, bunamu hanya pulang sebentar, kan diperiksanya juga sama Aunty, kan?" ucap dokter Shin yang sudah hafal betul pasien kesayangannya. Vano kecil yang menggemaskan tidak akan pernah lupa pada aunty Shin yang suka memberikan permen berbentuk kepala beruang untuknya. "Sepertinya, Dokter tahu betul tentang kesehatan putraku selama ini," ujar Raihan yang berada di seberang dokter Shin berdiri. Lebih tepatnya, di sisi lain ranjang Vano. "Benar, dia seperti putraku. Aku hampir kehilangan pangeran Rania saat operasi transplantasi jantung itu berlangsung. Nasib baik Tuhan memberikan kesempatan untuk Vano saat itu," balas Shin yang mungkin tidak tahu bahwa Raihan tidak pernah

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   36. Keturunan Raihan

    Rania mengeratkan kemejanya untuk menutupi tubuhnya yang hampir dikuasai Raihan. Dia membelakangi Raihan yang berusaha meraih pinggangnya. Laki-laki itu juga memegangi bagian bawahnya yang berdenyut karena tendangan Rania yang dahsyat. "Jangan membelakangi Handa, Buna …," ucap Raihan saat Rania tidak mau mengalihkan pandangan menghadap ke arahnya. Raihan menyentuh siku Rania secara hati-hati, namun wanita itu tidak memberikan respon apa-apa. Sibuk dengan pikirannya yang ingin membuat Raihan pergi dari apartemennya. "Kan tidak jadi, punya Handa berdenyut sakit, Buna ...." "Salah Mas sendiri, bukan salah Rania. Rania sudah bilang sedang datang bulan," tukas Rania. Dia harap-harap cemas jika tiba-tiba Raihan malah nekat menerkamnya. "Handa pikir Buna berbohong," sela Raihan, memandangi punggung wanita manis itu dengan seksama. Pinggul kecil yang sempit namun mampu menahan beban lebih dari yang terkira, beban menjadi tulang punggung untuk dua anak yang masi

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   37. Perkara menemani

    "Aku tidak bilang apa-apa pada ayah, jangan menyalahkanku!" Raihan menarik lengannya dengan kasar, sehingga kuku-kuku dari jari milik Renan menggores kulit kecoklatannya. "Kenapa tidak kau saja yang pindah bersama Jihan ke Bandung, kenapa harus aku? Aku tahu aku bukan pewaris sah perusahaan ayah. Tapi, setidaknya jangan atur kehidupanku, Abang!" bentak Renan dengan diliputi api kemarahan yang meledak-ledak. Dia benci menjadi boneka ayahnya yang selalu mementingkan kepentingan pribadi. "Aku tidak melakukan apapun, Ren!" sela Raihan lagi, dia merasa difitnah dengan sesuatu hal yang tidak dia lakukan. Renan mengepalkan kedua tangannya. "Abang egois! Lihat saja aku akan membawa Rania dan Vano untuk ikut denganku." Renan pergi meninggalkan Raihan, dia berniat untuk menenangkan dirinya dan pergi ke balkon atap rumah sakit. Dia benci karena ekspektasi yang selalu ia bangun selalu dipatahkan, terlebih lagi oleh ayahnya sendiri. "R-ren, ak-" omongannya

    Last Updated : 2023-11-18
  • Ayah Untuk Anakku   38. Tidur berdua

    "Ibu, sebenarnya tidak ingin pulang, tapi Raihan memaksa," ujar sang ibu dengan sengaja, membuat Raihan menjadi menghela napas pasrah. "Bukan seperti itu, Bu …." responnya dengan sabar. Lalu, menyentuh lengan ibunya. "Besok kan bisa kesini lagi, pasti Raihan jemput, kok." "Padahal Ibu bisa menginap." "Ibu .…" "Iya-iya, aku mengalah," final Hani. Akhirnya wanita itu berdiri dan mencium dahi cucunya yang sudah tertidur lelap. "Cepat sembuh cucu kesayangan Nini." "Ibu, istirahatlah, Anya ada disini menjaga Vano," ucap Rania dan memberi janji pada Hani untuk menjaga Vano. "Kau juga istirahat, putriku." Rania membalas dengan senyuman dan anggukan. Sungguh senang, jika dianggap sebagai putri sendiri oleh Hani. "Hati-hati Ibu," pesan Rania pada Hani yang sudah menggandeng tasnya. Wanita paruh baya yang selalu berpakaian modis dan menjadi kebanggaan Rania. "Aku pergi dan kau istirahatlah," timpal Raiha

    Last Updated : 2023-11-18

Latest chapter

  • Ayah Untuk Anakku   121. End

    "Eunghh- eohh!" Alvaro tampak akan menangis saat melihat wajah ayahnya. Tangan mungilnya terkepal saat sedang ingin dimandikan oleh nininya. "Renan," tegur Hani karena Renan terus melakukan permainan cilukba pada Varo. "Cilup, baaaaa," goda Renan lagi sambil membuka tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Eungg- eoh- engg engg." "Renan! Anakmu ini masih berumur 14 hari! Belum bisa diajak bermain peek a boo!" marah Hani karena Renan tidak mengindahkan nasehatnya sejak tadi. "Uhuuuu, nini Varo suka malah-malah, ya sayang …," kilah Renan sambil menciumi perut Varo yang menggemaskan. "Eunghhh eohh," respon Varo dengan suara khas anak bayinya. "Kau menggoda cucuku terus. Bunanya sedang makan di dalam kamar, jika dia menangis kau sendiri yang akan membuat buna Varo terhalang untuk mengisi nutrisi di tubuhnya," ucap Hani sambil menjewer telinga Renan. "Aduh duh ... Varo liat ninimu sangat galak pada Handa ...." "Egh," respon si kecil pecah saat melihat handanya di jewer oleh

  • Ayah Untuk Anakku   120. Rania lahiran

    "S-sayang ... apa begitu sakit?" tanya Renan dengan suara yang bergemetaran. Wajahnya penuh keringat dingin dengan pancaran kecemasan yang luar biasa. Apalagi saat Rania berusaha memompa perutnya ke bawah dengan susah payah, semakin Renan tidak tahan untuk menumpahkan air mata pilu. "Euhhh ... huhhhh ... hahhhh!" Rania membuang napas sesuai anjuran perawat. Persalinan ini bukan yang pertama untuknya, sehingga Rania tidak terlalu cemas menjalaninya. Tapi .... Lihat, suaminya. Kaki laki-laki itu menjadi gemetaran dan tidak mampu berdiri lebih lama. Pertama kalinya dia melihat kekaguman luar biasa dari seorang wanita yang sedang bertaruh nyawa untuk melahirkan kehidupan baru. "Ibu tarik napas dan hentakkan ke bawah, pelan-pelan saja. Tidak perlu terburu-buru ...." pinta sang perawat di sisi kiri Rania. Perawat itu sejak tadi menggenggam tangan Rania dan diusap lembut sebagai penenang. "Hmmmmhhhh." Rania menarik napas dalam-dalam. "Haaaaaahhhhhh." "Lagi, Ibu ...." "Huhhhhhh ... hahh

  • Ayah Untuk Anakku   119. Mau lahiran

    Rania masih setia berada di dekapan sang suami pagi itu. Pikirannya masih bercabang akibat kejadian yang menimpanya barusan, tangannya masih terasa lemas dan sedikit bergetar. Sadar akan hal itu, Renan menggenggam telapak tangan istrinya dengan lembut. "Ibu sedang dalam perjalanan kesini, nanti aku antarkan pulang sebelum ke kantor," ucap Renan memulai percakapan lebih dulu. Rania menggeleng. "J-jangan ke kantor, izin saja. Ku mohon ...." Renan menghela napas. "Iya, aku hanya absen sebentar." Laki-laki itu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. "Bagaimana perasaanmu, sudah mendingan?" "Masih sedikit nyeri di bagian pantat ...," rengeknya dengan manja, mengadu pada sang suami bahwa tulang pantatnya sedikit sakit. "Nanti, aku oleskan salap pereda nyeri yang diberi dokter tadi." Rania mengangguk dan matanya menjadi lelah seperti ingin tertidur. "Mengantuk ... Buna mengantuk, Handa." "Ayo berbaring, Handa akan membantu Buna berbaring." Renan sudah bersiap untuk melepask

  • Ayah Untuk Anakku   118. Wanita baru?

    "Raihan punya pilihan sendiri, walupun tidak yakin untuk, tapi Raihan akan mencoba ...." Raihan memandang ayah dan bergantian. "S-siapa?" Hani ragu-ragu. "I-itu, sekretaris pribadi Raihan yang baru." Hani merasakan merasakan lega di hati. "Raisya? Yang kemarin siang dokumen ke rumah?" Raihan menggaruk belakang kepalanya, dia menjadi salah tingkah dan malu untuk merespon pertanyaan ibunya. "Tidak apa-apa. Anaknya sopan dan baik seperti Rania. Ayah setuju saja," ucap Haru yang mengerti kegugupan anaknya. "A-ah itu ... Raihan masih tidak yakin apa dia mau menerima Raihan ...." Hani menyentuh punggung tangan Raihan dan diusap lembut. "Berjuanglah, jalanmu lebih mudah sekarang, Nak ...." ungkap Hani menyemangati anaknya. Benar, jalan Raihan sekarang lebih mudah karena tidak ada halangan, tidak seperti dulu banyak penghalangnya antara dia dan Rania. "Terima kasih Ayah, Ibu ... Raihan akan mencoba membuka hati dan berjuang untuk gadis itu." *** Grup Atmadja. "Raisya, apa?" tanya

  • Ayah Untuk Anakku   117. Naik kuda

    Suatu hari di kediaman Renan dengan pemandangan senja yang menyenangkan dari jendela unitnya. "Enan sayang ....." Renan tidak melepaskan penglihatannya dari karikatur superman yang kepala dan tubuhnya secara terpisah. "Buna pasti ada maunya kalau sudah panggil sayang-sayang. Ada apa? Tas gucci lagi? Atau jaket gucci?" "Issss, memangnya Handa merasa diporotin ya kalau Buna minta barang-barang bermerek seperti itu?" Rania berjalan mendekati Renan yang sedang fokus pada karikatur superman tersebut. "Handa bekerja untuk Buna, kenapa Handa harus merasa diporotin? Memangnya kemana lagi uang Handa kalau bukan buat Buna?" Rania berusaha jongkok dan memeluk punggung laki-laki itu. "Buna, si kecil terjepit, apa tidak sesak seperti itu?" "Lembang village. Buna ingin ke lembang village ...." "Mau lihat apa disana? Mending ke kebun binatang, lebih jelas banyak binatang yang bisa dilihat." Rania terus memeluk punggung Renan. "Mau naik kuda, Buna ingin naik kuda di Lembang village." "Loh?"

  • Ayah Untuk Anakku   116. Perkara nafsu

    Renan menjadi diam seribu bahasa. Perkataan Rania sungguh ada benarnya. Setelah menikah, bahkan Rania tidak melakukan apa-apa pun Renan tetap bernafsu. Renan kembali memandang Rania dengan keberanian dan tatapan yang teduh. "A-aku bisa jamin itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu khawatir." "Ini sudah sore, kau akan meninggalkan istrimu yang juga sedang hamil demi temanmu itu?" "Buna, tidak. Handa hanya sebentar melihat keadaannya. Hanya sebentar ...." "Ren, tidak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja?" "Aku tahu aku salah." Rania menarik napasnya dengan dalam, lagi-lagi dia mengalah. "Pergilah, aku tidak melarang. Dari pada bayiku terguncang pertumbuhannya karena aku yang terus-terusan emosi, lebih baik aku diam." Rania menarik gagang pintu kamarnya dan masuk tanpa melihat Renan lagi. "B-buna ...." Stak. Pintu kamar tertutup rapat, bahkan bunyi pintu itu tidak keras. Biasanya orang yang suka emosi akan menutup pintu secara kasar. Yah, Rania membuat seoran

  • Ayah Untuk Anakku   115. Pemotretan Rania

    Slit! Cekrek! Bunyi jepretan tercipta dari kamera seorang fotografer yang sedang mengambil foto seorang Rania Arsita. Di usia kandungannya yang sudah menginjak tiga bulan, Renan masih memperbolehkan Rania mengambil job menjadi seorang model dengan catatan job yang diambil harus di seleksi oleh Renan sendiri. "Tolong, ya, istri saya jangan dipegang-pegang seperti itu," kesal Renan karena seorang model laki-laki tidak sengaja menyentuh bahu istrinya. "Bapam, model kami tidak melakukan pelecehan, kenapa kau sangat sensitif sekali?" "Itu istriku, Nyonya. Di perjanjian kontrak tidak ada aku menyetujui berfoto bersama model laki-laki." Nanda menghela nafas pasrah, sudah dijelaskan berulang kali pada Renan, tapi tetap laki-laki itu bersikukuh tidak mau tahu. "Bapak, sudah saya katakan, foto ini untuk bagian depan sampul majalah brand kami. Tentu istri Bapak akan mendapat gaji lebih karena sudah menerima tawaran untuk menjadi cover majalah kami." Renan tampak kesal dan menautkan kedua

  • Ayah Untuk Anakku   114. Rania hamil

    "Iya, ini sebentar lagi selesai .... sabar dulu, ya," bujuk Rania saat tali baju tidurnya ditarik-tarik oleh Renan. "Tadi sebentar, sekarang sebentar, kapan selesainya, Bun …," rengek laki-laki itu yang berjongkok di bawah untuk memeluki kaki Rania. "Iya, ini Buna belum siap mengetiknya. Handa jangan seperti bayi, ah. Sini duduk disamping Buna." Rania masih terus fokus pada laptopnya, dia mengambil job sebagai model untuk iklan skincare. "Buna lama sekali, kapan akan memulai nananinanya?" "Tidak ada nananina malam ini Handa, Buna sangat lelah." "Seperti orang hamil saja cepat lelah," sindir Renan karena sampai saat ini Rania belum memberitahu tentang testpack itu. Tap! Jari-jari Rania berhenti mengetik saat mendengar ucapan Renan. Lalu, melanjutkan lagi dan pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Renan barusan. "Ck!" decih Renan, dia berdiri dan menutup laptop Rania paksa. "Selalu tidak ingin memberitahuku duluan, apa kau akan memberitahu pada Jeffrey dulu?" "Apa maksudm

  • Ayah Untuk Anakku   113. Mengunjungi David

    "Kau itu tidak cocok naik bus, cocoknya naik mobil mewah saja," sindir Rania saat melihat wajah Renan sedikit pucat. Laki-laki itu mengatur nafasnya karena merasa mual saat berada di dalam bus tadi. Mereka duduk di bawah pohon di dekat area hamparan tanaman jeruk yang sangat luas. Belum sampai di pemberhentian bus pertama, Renan secara asal memberhentikan sopir karena merasa tidak nyaman berlama-lama di dalam sana. Alhasil, mereka belum sampai menemui David karena daerah agensi Jeffrey cukup jauh dari kepadatan kota Jakarta. Renan menggeser duduknya merapat ke samping istrinya yang sedang mengeluarkan kotak makan. "A-aku bukan tidak bisa naik bus, aku lapar dan menjadi mual mencium aroma bus," adu Renan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rania. Rania membuka kotak nasinya dan memberikan pada Renan. "Ini makan dulu, biar enakan," titahnya agar Renan menuruti. "Suapi, Bunnnnnn …," pintanya karena Rania terlihat asik sendiri dengan kotak makan yang lain. "Uh, manja sekali kau ini

DMCA.com Protection Status