Share

Chapter 2 : Brother & Sister I

"ARGHH!"

"Ayo! Dorong! Terus!"

Di dalam sebuah kamar mewah, terdapat seorang wanita hamil yang terbaring di kasur dengan beberapa dokter di sekeliling wanita tersebut.

Wajah kemerahan, pembuluh darah menonjol, dan keringat yang membasahi pakaian wanita tersebut membuktikan betapa sakitnya rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut.

Di luar kamar, terdapat seorang pria muda yang tampan dengan rambut hitam dan mata biru, tetapi kerutan di wajahnya menunjukkan bahwa usia tua juga mempengaruhi penampilan seorang pria tampan.

Namun, wajah pria tampan tersebut sedang dipenuhi ekspresi panik, takut, dan berbagai ekspresi negatif lainnya.

"Tenanglah, Tuan William. Nyonya Victoria pasti akan baik-baik saja. Lihatlah Tuan Muda Van, beliau nampak tenang." ucap seorang pria tua yang nampak seperti seorang kepala pelayan, berusaha menenangkan pria tampan tersebut.

Tak jauh dari lokasi mereka berdua, berdiri seorang anak kecil yang bersandar di pinggir tembok.

Anak kecil tersebut sangatlah tampan dengan rambut hitam.

Meskipun sangat pendek, tetapi wajah tampannya memberikan kesan dingin kepada semua orang.

Mendengar dirinya disebut, anak kecil tersebut membuka matanya dan memperlihatkan mata merahnya yang memberi kesan menakutkan, mengerikan, dan rasa dingin yang teramat dingin.

Namun, yang paling mengerikan sekaligus mengesankan adalah wajah datar anak kecil tersebut seolah-olah dirinya tak peduli dengan apa yang terjadi saat ini.

Meskipun begitu, terlintas samar kilatan kebingungan di mata merah anak kecil tersebut.

----------------

P.O.V. Van

'Apakah reinkarnasi itu betul-betul menjadi kenyataan?!' pikirku dengan panik, meskipun tidak ada ekspresi panik sedikitpun di wajahku.

Dewa bajing*n si*lan itu benar-benar mereinkarnasikanku ke dalam tubuh anak ini.

Anak yang tubuhnya kutempati saat ini bernama Van Black, seorang dari keluarga bangsawan yang bergelar Duke.

Keluarga Black adalah salah satu dari 7 keluarga bangsawan terbesar di Kerajaan Avalon.

Seorang villain paling terkenal dalam sejarah [Naive Hero].

Dari segi positif, Van terkenal karena tampan, kuat, kaya, dan dingin.

Sebagai author dari [Naive Hero], karakter ini adalah karakter yang paling kusukai sekaligus paling kubenci.

Ada kalimat yang kutulis dalam novelku, Van adalah seseorang yang sangat tampan. Ketampanannya adalah satu-satunya di dunia, tetapi dunia tidak pernah menerima pesona ketampanannya.

Dari segi negatif, Van terkenal karena betul-betul mendalami peran seorang penjahat. Seorang penjahat tanpa hati dan emosi yang rela melakukan apapun demi mencapai keinginannya.

Oleh karena itu, untuk mendukung sisi jahatnya, aku memberinya satu kekurangan, yaitu dirinya tidak dapat mengekspresikan emosinya.

Meskipun begitu, wajah datarnya justru menambah pesona pada dirinya.

Akhirnya, aku tersadar dari pikiranku dan menyadari bahwa semua orang sedang menatapku.

Tatapan itu, aku mengetahuinya.

Tatapan ketakutan, meremehkan, dan kemarahan.

Tatapan yang sama seperti yang kualami di kehidupan masa laluku saat orang-orang terdekatku memandang diriku remeh ketika ingin menjadi penulis.

Inilah alasan mengapa aku menyukai karakter Villain ini.

Dirinya merasakan apa yang kualami.

Dia adalah cerminan diriku sendiri.

Meskipun begitu, aku bisa merasakan salah satu tatapan yang berbeda diarahkan kepadaku.

Tatapan penuh kasih sayang, kebanggaan, dan cinta.

Tatapan seperti itu hanya bisa berasal dari satu orang di tempat ini.

Aku memandang Ayahku yang juga sedang memandangku.

Rambut hitamku dan wajah tampanku nampaknya berasal darinya.

Saat dunia menolak seorang Van Black, hanya ada segelintir orang yang menerimanya.

Salah satu dari segelintir orang tersebut adalah orang tuanya.

William Black dan Victoria Aurealis.

"Ada apa, brengsek?" tanyaku dengan datar.

Meskipun nadaku datar, tetapi ucapan seperti itu sudah cukup untuk memberi tekanan kepada semua orang.

Tanpa kusadari, mata merahku menyala dan semua orang tertegun akibatnya.

"Tidak ada, Tuan Muda." jawab sang kepala pelayan sambil memaksakan senyumnya.

"Perhatikan posisimu, Sebastian." ucapku dengan dingin.

"Baik, Tuan Muda." balas sang kepala pelayan, Sebastian, sambil menundukkan kepalanya.

Sebastian Asgardian. 50 tahun.

Seorang kepala pelayan keluarga Black.

Dia adalah salah satu orang yang netral terhadapnya, tidak menyukai maupun tidak membenci Van.

Sebastian hanya setia kepada kepala keluarga Black dan tidak pernah sekalipun menolak permintaan kepala keluarga Black.

Jangan melihat usianya yang sudah tua karena dahulu dia adalah seorang panglima perang.

Namun karena suatu kejadian, dia menjadi kepala pelayan keluarga Black.

Meskipun Sebastian awalnya netral, pendiriannya yang ingin selalu netral hancur ketika bersama MC dari [Naive Hero].

Sejak saat itu, dirinya selalu setia menemani sang MC selama seumur hidupnya.

----------------

P.O.V. Reader

Saat suasana di luar kamar mencapai puncaknya akibat ucapan Van, suara dari dalam kamar perlahan mereda.

"HUEEEK!!!"

Mendengar suara tangisan bayi dari dalam kamar, tubuh William menjadi sedikit lebih rileks.

Saat pintu terbuka, William segera menghampiri para dokter.

"Bagaimana keadaan Victoria?" tanya William dengan wajah sedikit panik.

"Nyonya baik-baik saja. Selain itu, selamat Tuan Black. Anda menjadi seorang Ayah dari sepasang putra dan putri." ucap seorang dokter sambil tersenyum.

Mendengar ucapan dokter tersebut, William berdiri mematung di tempat seolah tersambar petir.

"A-apa maksud Anda?" tanya William dengan bingung.

"Nyonya Victoria melahirkan sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan." ucap sang dokter.

"HAHAHAHA!"

Tawa bahagia William tidak tertahankan dan bergema di seluruh mansion.

"Apa kami bisa memeriksanya?" tanya William.

"Bisa, tapi jangan terlalu banyak." jawab sang dokter.

"Baiklah. Aku dan Van aman masuk ke dalam. Sisanya menunggu di sini." ucap William dengan penuh wibawa.

"Baik, Tuan!"

"Van, ayo!" ucap Ayah Van sambil tersenyum kepada putranya.

Van hanya mengangguk ringan dan mengikuti Ayahnya memasuki kamar.

Saat Van masuk ke dalam kamar, dirinya melihat sebuah kamar yang sangat teramat mewah.

'Memang begini seharusnya hidup.' pikir Van sambil melihat sekelilingnya.

Pandangan Van akhirnya tertuju pada seorang wanita cantik yang terbaring lemah di atas kasur yang sangat besar.

Kulit dan bibirnya pucat akibat kelelahan dan kekurangan darah, tetapi tekad yang memancar di matanya tak bisa disembunyikan.

"Victoria, apa kau tak apa?" tanya Ayah Van dengan panik.

"Ya, aku tak apa. Hanya sedikit lelah." jawab Ibu Van dengan tenang.

"Selain itu, bagaimana dengan anakku?" sambungnya.

"Mereka baik-baik saja. Coba tebak? Sepasang anak kembar!" ucap Ayah Van dengan kebahagiaan yang tak bisa disembuhkan di wajahnya.

Ayah Van kemudian menggendong kedua bayinya dan meletakkan mereka berdua di samping Victoria.

"Syukurlah." ucap Ibu Van sambil mengelus kedua bayinya.

Pandangan Victoria akhirnya tertuju pada Van yang membuat dirinya tersenyum.

"Van, sekarang kau sudah memiliki dua orang adik. Sebagai seorang kakak, kau harus menjaga mereka dengan baik." ucap Ibu Van dengan lembut.

"Baik, Ibu." jawab Van dengan datar.

Van kemudian menatap sepasang bayi kembar tersebut dengan mata merahnya yang tanpa ekspresi.

Lebih tepatnya, pandangan Van tertuju pada bayi laki-laki tersebut.

'Akhirnya ketemu, MC dari [Naive Hero].' pikir Van dengan bersemangat walaupun tidak ada ekspresi sedikitpun di wajahnya.

Lagi pula, penulis macam apa yang tidak ingin bertemu dengan karakter hasil ciptaannya.

"Van, bagaimana jika kau memberi mereka berdua nama?" saran Ayah Van.

"Apa tak apa?" tanya Van.

"Ya." jawab Ayah dan Ibu Van.

"Olivia dan Oliver." ucap Van.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status