Share

Chapter 8 : The Lost Kid I

Sehari telah berlalu semenjak kepergian [Huginn & Muninn].

Di sisi lain, Van sedang melakukan rutinitas harian setiap pagi.

"999. 1000." gumam Van.

[Ding! Misi Harian Selesai]

[Push up (1.000/1.000)]

[Sit up (1.000/1.000)]

[Pull up (1.000/1.000)]

[Squat (1.000/1.000)]

[Plank (100/100)]

[Lari (100/100)]

[Waktu : 6 jam]

[Hadiah : 1 poin atribut]

[Penalti : The Fallen World]

"Fyuh akhirnya selesai." gumam Van sambil menyeka keringat yang mengalir di dahinya.

"Krakk krakk!"

Suara kicauan gagak bergema di sepanjang halaman depan mansion.

Van yang sedang menyeka keringatnya tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara kicauan gagak tersebut.

Tanpa ragu Van berlari memasuki mansion di bawah tatapan bingung para prajurit.

"Ada apa dengan Tuan Muda Black?"

"Entahlah. Mungkin Tuan Muda takut dengan gagak."

Setelah berlari menelusuri mansion yang sangat besar, Van akhirnya tiba di kamarnya.

Di sana, Van melihat sepasang gagak berwarna hitam dan putih sedang hinggap di jendelanya.

"Bagaimana?" tanya Van.

"Krakk krakk. Target berada di pasar kota." ucap Huginn, sang gagak hitam.

"Begitu. Pantau terus." ucap Van.

"Krakk krakk!"

Setelah itu, kedua gagak tersebut akhirnya kembali terbang ke langit meninggalkan mansion keluarga Black.

Van kemudian berjalan menuju meja belajarnya dan melihat sebuah bola kaca seukuran telapak tangan di atasnya.

Bola kaca tersebut adalah [Communication Orb] yang berfungsi untuk menghubungkan orb yang satu dengan yang lain.

Cara kerjanya sangat sederhana, yaitu cukup letakkan telapak tanganmu di atas orb, salurkan [Mana], dan sebutkan nama pemilik Orb.

Van meletak telapak tangan kanannya di atas [Communication Orb] dan bergumam, "Sebastian."

[Communication Orb] akhirnya bersinar dengan cahaya warna-warni dan wajah Sebastian terlihat di dalam.

"Salam Tuan Muda, apakah ada yang bisa lelaki tua ini bantu?" tanya Sebastian.

"Sebas, siapkan kereta. Aku akan pergi menuju pasar." ucap Van.

Mendengar perintah Van, sedikit keterkejutan muncul di wajah keriput Sebastian.

"Apakah ada yang ingin Anda beli, Tuan Muda? Hamba akan memerintahkan pelayan membelinya untuk Anda." ucap Sebastian.

"Tidak perlu. Aku yang akan pergi sendiri." ucap Van.

"Baik, Tuan Muda." balas Sebastian dengan sedikit kebingungan.

----------------

Di jalanan Kota Black, sebuah kereta mewah sedang berjalan diikuti iringan barisan prajurit yang sangat mewah.

Kereta mewah tersebut berlapiskan emas dan pertama berwarna-warni sebagai aksesoris.

Ratusan prajurit dengan armor berat dan duduk di atas kuda memberi tekanan pada masyarakat sekitar.

----------------

P.O.V. Van.

Saat ini, aku sedang duduk bersama Sebastian di dalam kereta mewah.

Berbanding terbalik dengan wajah Sebastian yang penuh wibawa, wajahku terlihat datar, tetapi jauh di dalam ada perasaan kesal.

"Sebastian.... Untuk apa ini?" tanyaku dengan nada datar, tetapi makna yang terkandung dalam pertanyaanku layak untuk dipertanyakan.

"Ini untuk melindungi keselamatan Anda, Tuan Muda." jawab Sebastian dengan tenang.

'Melindungi keselamatan nenek moyangmu!' pikirku sambil mencemooh jawaban Sebastian.

Bangsawan macam apa yang dilindungi oleh ratusan prajurit level 20an saat ingin mengunjungi pasar.

Masyarakat mungkin akan mengira akan ada penggusuran pasar jika melihat rombongan sebesar ini datang.

Setelah berjalan sekitar setengah jam, kami akhirnya tiba di pasar.

ketika aku turun dari kereta, aku melihat model pasar abad pertengahan.

Meskipun latar belakang dunia ini adalah abad pertengahan, dunia ini masih terbilang cukup maju.

Apalagi kota yang saat ini dikelola oleh Ayahku, Duke of Black, yaitu Kota Black.

Kota Black adalah kota terbaik kedua di Kerajaan Avalon, tepat setelah Ibukota Kerajaan Avalon.

Baik dari segi pendidikan, kesehatan, pendapatan per kapita dll, semuanya terbilang cukup maju.

Namun, semakin terang cahayanya, maka semakin gelap bayangannya.

Pada masa abad pertengahan, sistem strata sosial tentunya sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.

Terutama para bangsawan yang tidak ingin hidup sederajat dengan rakyat jelata dan bahkan ada yang tidak peduli dengan kehidupan rakyat jelata.

Akhirnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

'Sungguh sistem masyarakat sampah.' pikirku ketika melihat sisi gelap dunia ini.

Saat aku melihat sekitar, tiba-tiba sebuah telapak tangan menepuk bahuku.

"Tuan Muda, apa yang Anda inginkan?" tanya Sebastian.

"Belikan aku lusinan ayam goreng." ucapku.

".....Baik." jawab Sebastian dengan sedikit kebingungan dalam suaranya.

Setelah beberapa saat, Sebastian akhirnya kembali dengan sebungkus ayam goreng di tangannya.

"Ini, Tuan Muda." ucap Sebastian sambil menyerahkan bungkusan di tangannya kepadaku.

Aku kemudian mengambil bungkusan tersebut dari Sebastian dan menatap langit.

*Krakk krakk

Mendengar suara kicauan tersebut, aku memandang ke atas dan melihat [Huginn & Muninn] terbang di langit seolah memberi petunjuk padaku.

"Tunggu sebentar, aku ingin pergi ke toilet." ucapku dan pergi berjalan menjauh dari rombongan.

"Tung-" ucap Sebastian yang mencoba ingin pergi bersamaku, tetapi terpotong oleh ucapanku.

"Diam saja. Aku tak perlu bantuanmu untuk hal seperti ini." ucapku dan pergi begitu saja.

"Baik, Tuan Muda." ucap Sebastian.

----------------

P.O.V. Reader

*TAP

*TAP

Setelah pergi meninggalkan Sebastian dan yang lainnya, Van berjalan menelusuri gang yang gelap dan sempit.

Ketika Van sedang berjalan, sesosok hitam tiba-tiba berdiri tak jauh di depan.

Meskipun minim pencahayaan di dalam gang, Van dapat melihat sosok di depannya secara samar.

Sosok tersebut sedikit lebih pendek dari Van.

Matanya yang berwarna pelangi bersinar redup dalam kegelapan.

Rambut putih yang sepanjang bahu membuatnya terlihat mencolok di dalam kegelapan.

Melihat sosok yang ada di depannya, Van sama sekali tidak merasa takut.

Sosok tersebut akhirnya berlari ke arah Van tanpa diketahui tujuannya.

Namun, Van tetap tenang dan membiarkan sosok tersebut semakin dekat dengannya.

Saat sosok tersebut berjarak sangat dengannya, Van akhirnya melangkah ke samping dan mengangkat kakinya.

Sosok tersebut akhirnya tersandung oleh kaki Van dan terjatuh ke tanah.

Karena jarak antar keduanya sangat dekat, Van akhirnya bisa melihat jelas wajah sosok tersebut.

Anak laki-laki yang berusia sekitar 4-5 tahun dengan pupil mata pelangi dan rambut putih.

Wajah tampan dan kulit putihnya sangat kusam karena debu di sekujur tubuhnya.

Sosok tersebut hanya duduk di tanah sambil menatap Van dengan matanya yang indah nan tajam.

"Matamu... Aku menyukainya. Mata yang penuh semangat dan tidak akan pernah menyerah." ucap Van.

Van kemudian melempar bungkusan di tangannya dan berkata, "Makan itu."

Anak kecil itu ragu-ragu sejenak ketika melihat bungkusan yang dilempar oleh Van.

Namun, bau harum yang terpancar dari dalam membuat anak kecil tersebut tidak tahan dan langsung membukanya.

Tanpa ragu anak kecil tersebut memakan sepotong ayam goreng hingga tak bersisa dalam beberapa detik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status