Share

Chapter 6 : Oliver & Olivia I

Di halaman depan mansion keluarga Black.

Nampak seorang anak kecil setinggi 1 meter dengan berambut hitam dan mata merah sedang berlari mengelilingi mansion keluarga Black.

"99,9 km... 100 km. Selesai." gumam Van.

[Ding! Misi Harian Selesai]

[Push up (1.000/1.000)]

[Sit up (1.000/1.000)]

[Pull up (1.000/1.000)]

[Squat (1.000/1.000)]

[Plank (100/100)]

[Lari (100/100)]

[Waktu : 6 jam]

[Hadiah : 1 poin atribut]

[Penalti : The Fallen World]

----------------

P.O.V. Van.

"Fyuhh." gumamku.

Terasa sedikit rasa lelah dan nyeri di sekujur tubuhku.

Matahari melayang di atas langit dan rasa panas membasuh seluruh tubuhku hingga membuat tetesan-tetesan keringat mengalir di wajahku.

Aku kemudian melepas pakaianku dan menggunakannya untuk mengelap keringat yang mengalir di wajahnya.

"Tak terasa setahun sudah berlalu." gumamku.

Selama ini, aku hanya terus berlatih di dalam mansion dan tidak pernah keluar ke masyarakat.

Namun, berkat konsistensi tersebut, diriku berhasil berkembang menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Nampak proporsi tubuhku sudah sangat berbeda dibandingkan dengan tubuhku setahun yang lalu.

8 pack, trisep, bisep, otot bahu, otot dada, otot punggung, dan otot-otot lainnya menonjol sempurna.

Tidak berlebihan dan tidak kekurangan, tetapi mengandung kekuatan yang sangat kuat.

"Sepertinya sudah saatnya untuk menemui orang itu." gumamku.

Orang tersebut adalah orang yang sangat cocok untuk ikut andil dalam rencanaku di masa depan.

"Status."

[STATUS]

[Nama : Van Black]

[Level : 5]

[Ras : Human]

[ATTRIBUTE : Shadow, Void]

[STRENGTH : 130]

[AGILITY : 130]

[DEFENSE : 123]

[MENTAL : 250]

[MANA : 1.000/1.000]

[STAT POINT : 0]

[Skill :

- Villain Aura (Passive)

- 101 Shadows (Active)

- World Treasure (Active)

- Void Eye (Active)

- Super Human (Active)]

[Villain Aura : Master adalah seorang villain. Master akan selalu terkesan jahat. Dapat memicu emosi karakter lain terhadap Master. Pertumbuhan Master juga akan selalu berkembang pesat]

[101 Shadows : Kemampuan untuk memanggil 101 Shadows melalui bayangan pengguna]

[World Treasure : Kemampuan untuk memperoleh segala harta]

[Void Eye : Mata yang berasal dari garis keturunan keluarga Aurelius. Menyebabkan seseorang tidak dapat menggunakan mana saat ditatap oleh pengguna. Kekuatan dapat dikembangkan tergantung pengguna]

[Super Human : Memanfaatkan mana untuk meningkatkan kinerja tubuh. Konsumsi 10 mana/detik]

Nampaknya levelku sudah menjadi 5, cukup jauh untuk anak seusiaku.

Umumnya, anak berusia 4-5 tahun hanya berada di level 1 atau 2.

Jika berada di level 3, mungkin sudah bisa dianggap jenius.

Perhitungan level seperti ini hanya skala perhitunganku dari sudut pandangku untuk menghitung kekuatan orang lain.

Orang normal tentunya tidak akan tahu-menahu mengenai konsep level ini.

Namun, ada satu hal yang masih menghantui pikiranku....

"Statistik milikku sudah meningkat puluhan kali lipat dibandingkan sebelumnya. Namun, masih belum bisa menggunakan [World Treasure]. Selain itu, [Super Human] belum bisa digunakan terlalu lama." gumamku dengan penuh kebingungan.

Karena masih tak kunjung mendapat jawaban mengenai masalah ini, aku akhirnya menghilangkan pemikiran tersebut.

Kemudian, aku meraih pakaian yang tergeletak di atas rumput dan berjalan memasuki mansion.

----------------

P.O.V. Reader.

Tanpa Van sadari, ada dua sosok kecil yang melihat Van dari balik jendela.

"Kak Van gugu gaga." ucap anak laki-laki kecil sambil menunjuk Van yang berjalan memasuki mansion.

Anak laki-laki tersebut hanya setinggi 70 cm dengan rambut pirang dan mata biru. Wajahnya yang imut dan lucu pasti akan membuatnya menjadi seorang pria tampan di masa depan.

"Guga." ucap anak perempuan kecil seolah membalas ucapan sang anak laki-laki.

Anak perempuan tersebut jauh lebih pendek dari sang anak laki-laki, yaitu sekitar 60 cm. Rambut pirang dan mata birunya sama seperti saudara laki-lakinya. Wajahnya yang imut dan cantik pasti membuatnya terlihat cantik di masa depan.

"Astaga, Oliver, Olivia, kalian ternyata di sini. Ibu sibuk mencari kalian." ucap Ibu kepada kedua anak kecil tersebut.

"Mama, Kak Van guga!" ucap Oliver sambil menunjuk ke luar jendela.

"Ada apa, Oliver? Apa kau ingin bertemu Kak Van?" tanya Ibu kepada Oliver.

"Ummu!" balas Oliver sambil menganggukkan kepalanya yang kecil.

"Baiklah. Ayo kita temui kak Van." ucap Ibu sambil menggandeng tangan kedua anak kecil tersebut dan berjalan keluar dari kamar.

Di sepanjang koridor, Ibu menggandeng tangan kedua anak kecil tersebut sambil menceritakan beberapa kisah menarik.

"Tahukah kalian? Suatu saat nanti, akan ada seorang pahlawan yang menarik pedang dari dalam batu. Dengan menggunakan pedang tersebut, pahlawan tersebut akan membunuh Raja Iblis!" cerita Van.

"Gugu gaga?" tanya Oliver sambil menunjuk dirinya.

"Ada apa? Oliver ingin menjadi seorang pahlawan?" tanya Ibu sambil tersenyum tipis.

"Ya! Pah-lawan keren!" ucap Oliver dengan terbata-bata.

"Ya, Oliver pasti bisa menjadi pahlawan." ucap Ibu dan berbalik kepada Olivia, "Bagaimana dengan Olivia?"

Mendengar pertanyaan Ibunya, Olivia memutar jari telunjuknya di udara dan berkata, "Skadoosh!"

"Begitu. Olivia ingin menjadi seorang penyihir?" tanya Ibu.

"Pe-nyihir?" tanya Olivia dengan bingung.

"Ya, penyihir! Orang yang bisa menggunakan sihir seperti ini." jawab Ibu sambil menjentikkan jarinya.

Kemudian, sebuah bola api melayang di atas tangan Ibu.

Melihat bola api tersebut, mata Olivia berbinar kagum.

"Ibu, apa yang kalian lakukan?"

Mendengar suara tersebut, ketiganya berbalik ke belakang dan melihat Van sedang berjalan ke arah mereka.

Melihat kedatangan Van, Olivia langsung bersembunyi di balik Ibunya, sedangkan Oliver langsung melepaskan diri dari genggaman Ibunya dan berlari menuju Van.

"Ka-kak!" teriak Oliver sambil merentangkan tangannya.

Van yang melihat Oliver berlari ke arahnya langsung mengambil selangkah ke samping.

Akibatnya, Oliver gagal memeluk Van dan terjatuh ke tanah.

"Jangan menyentuhku, anak nakal." ucap Van dengan datar.

Oliver yang terjatuh hanya mengangkat kepalanya sambil mengelus-elus dahinya yang kesakitan

Meskipun begitu, Oliver tetap bangkit berdiri dan terus berusaha untuk memeluk Van.

Namun, Van terus menghindari Oliver dan berkata, "Mandi sana sebelum memelukku, dasar bau."

Hingga setelah beberapa saat, Van akhirnya menyerah untuk menghindar dan membiarkan Oliver memeluk kakinya.

'Sigh. Mengapa aku memberikan [True Eye] kepada Oliver.' pikir Van.

[True Eye] adalah mata yang diperoleh oleh Oliver karena memiliki garis keturunan Aurelius.

[True Eye] memiliki kemampuan untuk melihat hal sebenarnya dari dunia ini.

Untuk saat ini, [True Eye] milik Oliver hanya bisa mendeteksi aura milik seseorang.

Misalnya, Oliver dapat mendeteksi baik jahatnya seseorang melalui warna aura mereka yang berwarna hitam atau putih.

Semakin warna putih warna aura seseorang, maka semakin baik orang tersebut, dan begitupun sebaliknya.

Namun, ada juga campuran warna lain selain hitam dan putih. Warna lainnya berfungsi untuk menunjukkan emosi seseorang, seperti warna biru yang menandakan seseorang sedang sedih, warna merah yang menandakan seseorang sedang marah, dan warna-warna lainnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status