Selena hanya merasa aneh dan bertanya dengan spontan, dia tidak menyangka akan mendapatkan informasi."Latar belakang apa yang bisa dimiliki seorang petugas kebersihan?"“Kudengar, petugas kebersihan ini pernah menyelamatkan Tuan Harvey.”Selena tertawa, "Karena dia adalah penyelamatnya, mengapa Harvey masih menyuruhnya menjadi seorang pembersih?""Petugas pembersih itu nggak memiliki keluarga, dia juga sudah terbiasa bekerja sebagai pembersih, jadi dia memilih untuk terus melanjutkan pekerjaan pembersih ini, hanya saja dia bertanggung jawab untuk membersihkan kantor Tuan Harvey saja, sebenarnya pekerjaannya enggak begitu banyak, cukup ringan."Selena mengangguk, "Oh begitu."Setelah berbicara sebentar, Selena barulah pergi dan diam-diam mengingat petugas kebersihan ini.Malam sudah mulai larut, Selena menghadiri perjamuan bersama Lina.Lina yang sedang make up di dalam mobil terus melirik ke arah Selena, "Selena, aku lihat usiamu masih muda, asal kamu bisa memenangkan hati Pak Niko ma
Selena menenangkan pikirannya dan membuka pintu, ekspresi wajahnya sudah kembali normal."Aku sudah siap."Lina melihat wajahnya yang agak pucat, "Riasan apa yang kamu rias, sudahlah, lebih baik kamu pakai saja lipstikku, ini warna populer yang paling disukai pria tahun ini."Lipstik yang cerah dioleskan ke bibirnya seolah-olah memberikan cahaya kilauan pada dirinya, Selena terlihat lebih segar.Lina menyemprotkan parfum aroma yang kuat dan memikat ke tubuhnya lagi.Selena mengerutkan keningnya, tubuhnya sudah tersemprot dengan parfum sebelum dia sempat menolak."Selesai, ayo kita masuk, jangan biarkan Pak Niko menunggu kita terlalu lama."Lina memastikan lagi, "Kamu tahu aturan perjamuan, kan? Nggak perlu aku ajari kamu lagi, 'kan?""Aku mengerti.""Baiklah."Mereka baru saja masuk ke ruangan pribadi, mungkin karena Lina sudah diam-diam mengirim foto Selena, jadi Pak Niko sudah datang lebih awal.Dia enggak terlambat setengah jam seperti dulu, dia bahkan datang senyuman yang ceria di
Pak Niko melihat kaki babi yang menumpuk di mangkuknya seperti gunung kecil, kemudian dia mengangkat kepalanya melihat wajah Selena yang tulus.Seketika dia tidak tahu apakah Selena benar-benar tidak mengerti atau pura-pura bodoh, tetapi tatapan mata Selena begitu polos sehingga tidak ada tanda-tanda berpura-pura yang terlihat.Di usianya yang masih muda, sangat wajar jika dia tidak mengerti etika perjamuan di meja makan.Lina sangat panik, apakah ini maksud 'mengerti' yang dikatakan Selena?Jangankan kerja sama, sepertinya Pak Niko sudah ingin memblokirnya.Kenyataannya, pria selalu lebih toleran dan sabar terhadap gadis cantik.Lina melihat Pak Niko dengan hati-hati, tetapi dia melihat Pak Niko sedang tertawa bahagia tanpa ada rasa marah, "Anak muda memang bagus, dia sangat bersemangat."Lina melirik Selena dengan pandangan dingin, Selena pura-pura tidak melihatnya dan langsung kembali ke tempatnya sendiri."Baguslah jika Pak Niko suka.""Suka, suka, tentu saja aku suka makanan yang
Wajah gemuk besar Pak Niko yang percaya diri itu langsung membeku.Yang benar saja, dia belum pernah bertemu dengan gadis yang begitu sombong dalam sepanjang hidupnya!Awalnya dia sudah marah, tetapi dia malah tertawa marah karena kata-kata Selena yang mengingatkannya untuk membayar tagihan."Bagus, bagus sekali! Ketua Lina, lain kali jangan ganggu aku lagi, aku enggak akan bekerja sama dengan kalian.""Jangan seperti ini," ucap Lina dengan takut, Pak Niko adalah pihak calon kerja sama yang sudah lama dia bujuk.Dia sudah hampir mencapai kesuksesannya, tetapi Selena malah langsung memutuskan jalur keuangan masa depannya."Semua ini kesalahan yang disebabkan oleh karyawan baru yang enggak tahu aturan, Pak Niko begitu murah hati, aku sudah menyiapkan banyak permainan yang unik untuk nanti, bukankah sangat sayang sekali jika Pak Niko pergi begitu saja? Aku akan menyuruh gadis ini untuk menebus kesalahannya kepada Pak Niko."Tatapan Pak Niko masih terpaku di wajah Selena, gadis ini memang
Malam ini Lina benar-benar sangat terkejut, ini pertama kalinya dia mendengar perkataan Selena yang begitu mengejutkan.“Kamu, beraninya kamu menyebut nama lengkap Tuan Harvey, kamu sudah bosan hidup?”"Memang dia Dewa? Mengapa aku nggak boleh menyebut nama lengkapnya?" Selena berpikir dalam hati, 'Aku nggak hanya berani memanggil nama lengkapnya, aku juga berani memukulnya!'Lagi pun dia juga sudah memiliki saham Grup Irwin, sebelum cerai, Harvey sudah memberikannya sebagian saham Grup Irwin, selama dia masih hidup, dia bisa mendapat pembagian dividen yang banyak di setiap akhir tahun meskipun hanya berbaring di rumah.Apakah dia perlu menemani Pak Niko hanya demi bonus yang kecil?"Kamu sekarang masih muda dan nggak mengerti kekejaman realitas, ketika kamu sudah mencapai usia sepertiku, kamu akan tahu betapa enggak berdayanya diriku, jika kamu marah karena aku sudah menyakitimu sebelumnya, maka aku akan minta maaf padamu, ada banyak hal yang terpaksa aku harus lakukan karena posisi y
Di dalam lift yang luas itu, hanya ada keduanya. Cermin di sekeliling memantulkan wajah Harvey yang dingin, sementara Selena terjebak di pojokan yang sempit dan tidak berani bergerak, menahan aura Harvey yang mendominasi."Tuan Harvey, tolong jaga sikapmu, kamu dan Agatha akan segera bertunangan."Selena tidak menyangka bahwa suatu saat dia akan memanfaatkan orang yang paling dibencinya sebagai tameng."Aku sudah bilang, nggak usah ikut campur urusanku sama dia," ujar Harvey dengan dingin seraya menatap Selena lekat-lekat.Saat Selena hendak angkat bicara, lift melaju dengan cepat ke lantai atas, kemudian Harvey menariknya keluar.Melihat tempat yang familier, wajah Selena menjadi agak berubah, "Untuk apa kamu membawaku ke sini? Kamu ingin aku melihat siaran langsungmu dengan Agatha? Harvey, jangan keterlaluan!""Pip."Pintu terbuka setelah Harvey menempelkan jari Selena untuk memasukkan sidik jari.Selena pun tertegun sesaat. Harvey belum menghapus sidik jarinya? Bahkan Agatha tidak a
Segera setelah mengatakannya, Harvey menjadi penasaran, jari-jarinya turun ke leher Selena, "Cemburu?" tanyanya."Tuan Harvey bercanda, statusku sekarang ini nggak layak untuk cemburu."Melihat tatapan jijik yang terlintas di mata Selena, Harvey membungkuk dan menggigit lehernya.Terkadang dia bahkan ingin menggigitnya keras-keras, mengakhiri semua perselisihan di antara mereka.Dengan perlawanan yang jelas dari Selena, Harvey mengangkat tangan Selena ke atas kepalanya dan jari-jarinya meremas dagu Selena sambil perlahan bertanya, "Kalau kamu tahu statusmu, kenapa kamu nggak mau pegang?"Selena pun mengernyit, "Harvey, ada apa kamu datang ke tempatku?" ujarnya."Heh."Harvey melepas dagu Selena, lalu jari-jarinya mulai membuka kancing baju Selena.Dari dulu, Selena sudah bersepakat dengannya, dia tidak mampu melawannya, tidak seharusnya dia melawan.Karena itu, Selena hanya bisa mengungkit keluarga Wilson, "Harvey, kamu sudah berjanji pada keluarga Wilson, kenapa sekarang kamu menemuik
Harvey mengusap alis Selena dengan ujung jarinya. Bola matanya yang gelap seperti kolam yang dalam, seolah-olah ingin menyedotnya dalam-dalam."Kalau aku bilang, sekarang aku ingin kamu kembali, bagaimana?""Sudah terlambat," jawab Selena tanpa ragu.Sembari membelakangi Harvey, Selena menunjuk pemandangan di bawah kaki mereka, "Aku yang dulu sudah kamu dorong sendiri dari sini bersama dengan semua cintaku padamu dan keengganan, semua hancur lebur," jelasnya.Harvey semakin memegang erat pinggang Selena. Segera setelah itu, dia menekan Selena dengan keras ke kaca.Dia menunduk menatap wajah Selena yang putih bersih dengan serius. Suaranya tenang dan dingin, bahkan terdengar sedikit mengancam."Aku nggak peduli cintamu ada di mana, pokoknya, yang aku mau adalah kamu."Harvey seolah seperti dewa yang sangat berkuasa, yang dapat menentukan hidup dan mati seseorang dengan mudah.Sementara Selena seolah seperti semut di hadapannya, yang dapat dibunuh dengan mudah hanya dengan mengangkat tan