Malam ini Lina benar-benar sangat terkejut, ini pertama kalinya dia mendengar perkataan Selena yang begitu mengejutkan.“Kamu, beraninya kamu menyebut nama lengkap Tuan Harvey, kamu sudah bosan hidup?”"Memang dia Dewa? Mengapa aku nggak boleh menyebut nama lengkapnya?" Selena berpikir dalam hati, 'Aku nggak hanya berani memanggil nama lengkapnya, aku juga berani memukulnya!'Lagi pun dia juga sudah memiliki saham Grup Irwin, sebelum cerai, Harvey sudah memberikannya sebagian saham Grup Irwin, selama dia masih hidup, dia bisa mendapat pembagian dividen yang banyak di setiap akhir tahun meskipun hanya berbaring di rumah.Apakah dia perlu menemani Pak Niko hanya demi bonus yang kecil?"Kamu sekarang masih muda dan nggak mengerti kekejaman realitas, ketika kamu sudah mencapai usia sepertiku, kamu akan tahu betapa enggak berdayanya diriku, jika kamu marah karena aku sudah menyakitimu sebelumnya, maka aku akan minta maaf padamu, ada banyak hal yang terpaksa aku harus lakukan karena posisi y
Di dalam lift yang luas itu, hanya ada keduanya. Cermin di sekeliling memantulkan wajah Harvey yang dingin, sementara Selena terjebak di pojokan yang sempit dan tidak berani bergerak, menahan aura Harvey yang mendominasi."Tuan Harvey, tolong jaga sikapmu, kamu dan Agatha akan segera bertunangan."Selena tidak menyangka bahwa suatu saat dia akan memanfaatkan orang yang paling dibencinya sebagai tameng."Aku sudah bilang, nggak usah ikut campur urusanku sama dia," ujar Harvey dengan dingin seraya menatap Selena lekat-lekat.Saat Selena hendak angkat bicara, lift melaju dengan cepat ke lantai atas, kemudian Harvey menariknya keluar.Melihat tempat yang familier, wajah Selena menjadi agak berubah, "Untuk apa kamu membawaku ke sini? Kamu ingin aku melihat siaran langsungmu dengan Agatha? Harvey, jangan keterlaluan!""Pip."Pintu terbuka setelah Harvey menempelkan jari Selena untuk memasukkan sidik jari.Selena pun tertegun sesaat. Harvey belum menghapus sidik jarinya? Bahkan Agatha tidak a
Segera setelah mengatakannya, Harvey menjadi penasaran, jari-jarinya turun ke leher Selena, "Cemburu?" tanyanya."Tuan Harvey bercanda, statusku sekarang ini nggak layak untuk cemburu."Melihat tatapan jijik yang terlintas di mata Selena, Harvey membungkuk dan menggigit lehernya.Terkadang dia bahkan ingin menggigitnya keras-keras, mengakhiri semua perselisihan di antara mereka.Dengan perlawanan yang jelas dari Selena, Harvey mengangkat tangan Selena ke atas kepalanya dan jari-jarinya meremas dagu Selena sambil perlahan bertanya, "Kalau kamu tahu statusmu, kenapa kamu nggak mau pegang?"Selena pun mengernyit, "Harvey, ada apa kamu datang ke tempatku?" ujarnya."Heh."Harvey melepas dagu Selena, lalu jari-jarinya mulai membuka kancing baju Selena.Dari dulu, Selena sudah bersepakat dengannya, dia tidak mampu melawannya, tidak seharusnya dia melawan.Karena itu, Selena hanya bisa mengungkit keluarga Wilson, "Harvey, kamu sudah berjanji pada keluarga Wilson, kenapa sekarang kamu menemuik
Harvey mengusap alis Selena dengan ujung jarinya. Bola matanya yang gelap seperti kolam yang dalam, seolah-olah ingin menyedotnya dalam-dalam."Kalau aku bilang, sekarang aku ingin kamu kembali, bagaimana?""Sudah terlambat," jawab Selena tanpa ragu.Sembari membelakangi Harvey, Selena menunjuk pemandangan di bawah kaki mereka, "Aku yang dulu sudah kamu dorong sendiri dari sini bersama dengan semua cintaku padamu dan keengganan, semua hancur lebur," jelasnya.Harvey semakin memegang erat pinggang Selena. Segera setelah itu, dia menekan Selena dengan keras ke kaca.Dia menunduk menatap wajah Selena yang putih bersih dengan serius. Suaranya tenang dan dingin, bahkan terdengar sedikit mengancam."Aku nggak peduli cintamu ada di mana, pokoknya, yang aku mau adalah kamu."Harvey seolah seperti dewa yang sangat berkuasa, yang dapat menentukan hidup dan mati seseorang dengan mudah.Sementara Selena seolah seperti semut di hadapannya, yang dapat dibunuh dengan mudah hanya dengan mengangkat tan
Pura-pura?Selena begitu marah, dia berbalik menatapnya dengan tajam sambil berkata dengan dingin, "Kamu pun juga, aku bukan satu-satunya wanita, tapi kenapa harus aku? Agatha ada di lantai bawah, perlu aku panggilkan?""Karena cuma kamu!" batin Harvey.Jawaban itu disembunyikan Harvey di dalam hatinya, sementara jari-jarinya mencubit pinggang Selena dan menarik napas dalam-dalam."Apa kamu harus berselisih denganku?"Perkataan Selena bahwa menurutnya Harvey menjijikan itu tidak dilontarkan. Dia menyadari bahwa hubungannya dengan Harvey sekarang ini seperti berjalan di atas tali, dia harus mengontrol keseimbangan dengan hati-hati dan tidak boleh terlalu agresif.Memikirkan hal ini, Selena menunduk lemas dan menyingkirkan pengawalannya, "Aku ... cuma agak nggak terbiasa."Benar saja, setiap kali dia memperlihatkan kelemahannya, Harvey selalu luluh.Melihat Selena menunduk dengan sedih, Harvey memperlihatkan bagian lehernya yang putih.Seperti anak kucing yang memperlihatkan kelemahannya
Selena merinding melihat tatapannya. "Kemarin aku lihat seorang petugas kebersihan di kantormu," ujarnya berdeham pelan.Harvey kira Selena akan mengatakan perkataan yang lembut, ternyata dia malah menyinggung orang lain yang tidak ada kaitannya."Selena, kamu curiga kalau aku selingkuh dengan petugas kebersihan?" tanya Harvey yang terdengar agak marah."Kamu ngomong apa sih? Aku cuma merasa aneh, kenapa orang bersih-bersih di tempat sepenting kantormu waktu kamu kerja?""Rumah Bibi Mina jauh, dia harus pulang kerja lebih awal. Kadang-kadang dia juga bersih-bersih sebelum aku bekerja. Kenapa? Kamu nggak keberatan sama Agatha, tapi keberatan sama petugas kebersihan?" ucap Harvey dengan cuek."Sejak kapan keluarga Irwin menjadi dermawan?"Sambil memotong steak, Harvey menjawab dengan datar, "Bibi Mina beda dengan yang lainnya. Dia pernah menyelamatkanku, jadi aku memberinya perlakuan khusus.""Kapan? Kok aku nggak tahu?" tanya Selena meletakkan pisau dan garpu."Kamu mengkhawatirkanku?"
Menyadari bahwa ada yang tidak beres, Selena segera menjelaskan, "Aku sudah membaca dokumen-dokumen itu, tapi aku menemukan beberapa masalah. Dokumen-dokumen itu nggak membuktikan secara langsung kalau adikmu dibunuh oleh ayahku. Nggak ada bukti fisik, dan nggak ada saksinya juga, cuma dugaan kalau ayahku punya motif untuk melakukan kejahatan."Harvey langsung menjatuhkan piring di atas meja ke lantai.Wajahnya yang tadinya tersenyum, kini terus menjadi sangat dingin. Harvey tiga bulan yang lalu pun kembali muncul.Sebelum Selena sempat memberi penjelasan lebih lanjut tentang masalah ini, Harvey berdiri dan menatapnya dengan hina, dengan aura penindasan yang kuat."Pertama, aku sudah melakukan tes DNA terhadap mayat itu, tentunya dia adalah adikku. Kemudian, aku juga sudah melakukan tes DNA terhadap mayat anak yang ada di dalam kandungannya dengan Arya untuk memastikan bahwa Arya adalah ayah kandungnya.""Kedua, aku sudah menyelidiki kehidupan Lanny beberapa waktu sebelum meninggal, ba
Selena yang pulang ke rumah dengan penuh amarah, menyalakan komputernya untuk memeriksa alat pelacak yang dia berikan kepada lima sekretarisnya.Keempat orang di antaranya berada di Apartemen Golda. Selena tahu bahwa apartemen itu adalah apartemen yang disediakan untuk karyawan senior.Sementara itu, Serlin berada di sebuah bar. Sesuai dengan kepribadiannya, dia menjadi sekretaris senior di siang hari dan menjadi ratu pesta di malam harinya.Keberadaan alat pelacak yang dia letakkan di meja Olive agak lebih rumit. Dia hampir mengelilingi seluruh area sebelum akhirnya berhenti di pusat pembuangan sampah.Selena pun memegangi dahinya, memang ada yang tidak beres dengan Olive.Siapa yang tidak suka dengan uang? Bros yang Selena berikan untuknya dibuang begitu saja ke tempat sampah.Karena tidak tahu bagaimana hasil penyelidikan George, Selena menghubungi nomor itu."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."Selena menjadi agak cemas, tidak mungkin terjadi sesuatu pada George, 'kan?