Share

Bab 4

Author: Erlina
Pada saat yang sama, Hayden sudah berkumpul kembali dengan Naomi.

Naomi tidak tahu masalah besar apa yang sudah ditimbulkan Hayden. Saat melihat Hayden berlari kembali, dia bertanya dengan khawatir, “Hayden, kamu ke mana saja? Mama sudah cari kamu dari tadi.”

Melihat sikap ibunya, Hayden tahu bahwa ibunya yang polos itu pasti belum tahu apa yang sudah terjadi. Dia pun menjawab sambil tersenyum, “Mama, nggak usah khawatir. Karena baru pertama kali datang, aku pun penasaran, jadi aku jalan-jalan ke sekeliling. Tempat ini ramai banget, ya!”

“Tentu saja! Ini adalah salah satu kota terbesar di negara ini! Jadi, kamu nggak boleh keluyuran, ya! Kalau kamu diculik orang, bagaimana dengan Mama, Braden, dan Jayden?”

Hayden memukul dadanya sembari menjawab, “Mama, nggak usah khawatir. Kalau ada penculik yang ingin menangkapku, seharusnya Mama khawatir sama penculiknya. Siapa suruh mamaku melahirkan anak sepintar aku. Mana mungkin aku bisa diculik?”

“Kamu memang paling jago melawan!” tegur Naomi. Namun, ekspresinya tidak terlihat galak, malah penuh dengan kasih sayang.

Hayden pun berkata dengan manja, “Ya sudah. Mama, nggak usah khawatir lagi. Bukannya aku sudah kembali dengan selamat? Ayo kita pergi makan dulu! Aku sudah hampir mati kelaparan! Kak Braden dan Jayden pasti juga sudah lapar.”

Hayden ingin segera pergi karena khawatir wanita jahat tadi akan menyusulnya, lalu membuat ibunya marah.

Naomi pun tertawa dan menjawab, “Oke, Mama akan bawa kalian pergi makan enak!”

“Emm!” seru ketiga bocah kecil itu sambil mengangguk.

Braden langsung mengambil alih koper yang sedang dipegang Naomi dan berkata, “Mama, biar aku saja.”

Sementara itu, Hayden buru-buru mengambil tas ransel Naomi dan berkata, “Wanita cantik hanya perlu santai-santai. Serahkan semua pekerjaan berat pada pria!”

Jayden juga mengulurkan tangannya dan berkata, “Mama, Jayden gandeng Mama, ya.”

Naomi merasa dirinya bagaikan seorang putri. Dia tersenyum bahagia dan menggandeng tangan kecil Jayden, lalu membawa ketiga putranya meninggalkan stasiun kereta api.

Tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengamati mereka dari kejauhan dengan tatapan sinis. Jelas-jelas orang itu sedang tersenyum, tetapi senyumannya terlihat sangat menakutkan.

...

Berhubung membawa koper ke restoran agak menyusahkan, Naomi terlebih dahulu mencari sebuah penginapan kecil di dekat stasiun kereta api. Saat ini, dia masih belum mulai bekerja lagi. Jadi, uangnya tidak cukup untuk tinggal di hotel bagus.

Naomi berencana untuk terlebih dahulu mengurus perceraiannya dengan Caden dan akta kelahiran anak-anaknya. Setelah itu, dia baru akan membawa ketiga putranya menetap di sebuah kota yang cuacanya bagus sepanjang tahun dan mencari pekerjaan di sana.

“Mama, apa kita tinggal di sini hari ini?” tanya Braden.

Naomi tahu Braden sangat mementingkan kebersihan dan pasti tidak suka dengan lingkungan di penginapan kecil ini. Dia pun menghibur, “Uang Mama nggak cukup untuk pesan hotel yang lebih bagus. Jadi, kita hanya bisa tinggal dulu di sini. Jangan khawatir, nanti Mama akan bersihkan kamarnya, lalu ganti seprainya dengan seprai kita sendiri. Kita nggak akan tinggal lama di sini kok. Habis semua masalah selesai ditangani, kita akan langsung pindah dari sini.”

Setelah memikirkan uang ratusan triliun yang dimilikinya, Braden merasa agak tidak berdaya. Ibunya memang baik, tetapi agak bodoh.

Dua tahun yang lalu, Braden pernah memberikan sejumlah uang kepada Naomi. Itu adalah penghasilan pertamanya. Namun, Naomi merasa sangat terkejut setelah melihat uang berjumlah 200 juta itu. Dia tidak percaya seorang anak kecil bisa menghasilkan uang sebanyak itu dengan mudah dan mengira itu adalah cara baru yang digunakan penculik untuk membohongi anak-anak.

Hal ini membuat Naomi merasa sangat khawatir hingga insomnia selama berhari-hari. Pada saat itu, dia juga kehilangan senyumannya untuk beberapa saat.

Saat menghasilkan penghasilan kedua sebesar 2 miliar, Braden pun merasa sangat ragu untuk memberi tahu Naomi atau tidak. Berhubung khawatir ibunya berpikir sembarangan lagi, apalagi penghasilannya makin banyak, dia pun menyimpan seluruh uang yang dihasilkannya selama ini di bank dan masih belum sempat menggunakannya.

Saat hendak turun gunung dan dan melihat Naomi tidak memiliki uang, Braden diam-diam menyuruh Hayden memberikan 10 juta kepada Naomi. Mereka mengatakan uang itu didapatkan dari memenangkan undian di supermarket kecil yang terletak di kaki gunung.

Braden menatap ibunya sambil berdesah dalam hati, lalu berkata dengan wajah penuh kasih sayang, “Mama nggak usah pikir terlalu banyak. Aku cuma tanya doang, bukan nggak suka tempat ini. Asalkan bersama Mama, aku akan senang di mana pun kita tinggal.”

Setelah mendengar perkataan Braden, Naomi pun tersenyum dan menjawab, “Sayang, jangan khawatir. Kelak, Mama akan kerja keras supaya hidup kita bisa lebih baik lagi!”

“Emm, semangat, Ma!”

“Mama paling hebat!”

Hayden dan Jayden juga memberi semangat pada Naomi.

Senyum di wajah Naomi pun bertambah lebar. Dia berkata, “Ya sudah, ayo kita letakkan dulu kopernya di dalam. Habis itu, Mama bawa kalian pergi makan!”

“Oke!”

Setelah makan malam, 3 bocah itu pergi mandi, sedangkan Naomi mengganti seprai di luar.

“Tok! Tok! Tok!”

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu.

Naomi mengira itu adalah karyawan penginapan. Dia pun membuka pintu sambil bertanya, “Ada ....” (Urusan apa?)

“Bawa pergi!”

Sebelum Naomi menyelesaikan ucapannya, pria berpakaian hitam yang berdiri di paling depan langsung memberi perintah kepada 2 pria di belakangnya.

Begitu ditangkap oleh 2 pria itu, Naomi pun bertanya dengan panik, “Siapa kalian? Apa mau kalian? Lepaskan aku! Kalian ... umph ....”

Mulut Naomi dibekap, lalu dia dibawa paksa meninggalkan penginapan kecil itu. Tidak lama kemudian, dia tiba di sebuah gedung perusahaan. Saat ini, Caden ada di dalam. Dia adalah tipikal pecandu kerja. Selain putranya, dia hanya tertarik pada pekerjaan.

Setelah mengantar Jessica pulang tadi, Caden segera datang untuk melakukan survei terhadap gedung ini karena ingin membelinya. Saat sedang membaca dokumen di kantor, Steven mengetuk pintu sebelum berjalan masuk.

“Kak Caden, aku sudah selidiki semuanya dengan jelas. Keempat ban itu diledakkan dengan bahan peledak skala kecil, tapi latar belakang anak itu sangat biasa. Dia sudah kehilangan ayahnya sejak kecil dan hidup di desa bersama 2 saudara dan ibunya. Hari ini, mereka baru tiba di Jawhar. Nggak ada yang aneh sama mereka sekeluarga. Kami sudah bawa ibunya datang. Saat ini, dia ada di ruang rapat,” ujar Steven.

Caden pun mengerutkan keningnya, bahan peledak skala kecil? Setelah itu, dia meletakkan dokumen yang sedang dibacanya dan berjalan ke arah ruang rapat.

Steven juga mengikuti Caden. Dia sangat memahami sifat Caden. Hari ini, bom itu hanya menghancurkan ban mobil, tetapi sama sekali tidak melukai badan mobil ataupun orang yang berada di dalam mobil. Sangat jelas bahwa dosis bahan peledak itu dikontrol dengan sangat tepat. Seorang anak kecil tidak mungkin memiliki keahlian sehebat itu.

Steven tahu bosnya curiga bahwa ada orang di yang berada di balik anak itu. Bagaimanapun juga, ada terlalu banyak orang yang hendak membunuh Caden dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, dia mau tak mau harus hati-hati.

Di dalam ruang rapat, Naomi masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan merasa sangat ketakutan. Dia bertanya, “Siapa kalian? Buat apa kalian membawaku kemari? Kalian ....”

“Krek!” Pintu ruang rapat tiba-tiba dibuka. Kemudian, Caden berjalan ke hadapan semua orang dengan memancarkan aura mengesankan. Dia terlihat bak seorang raja.

Berhubung memiliki tinggi badan 190 sentimeter, Caden sangat menarik perhatian sehingga pandangan Naomi langsung tertuju padanya. Selanjutnya, Naomi pun membelalak dan tanpa sadar menahan napas. Dia mengamati Caden sekali lagi dan langsung tercengang.

Pria ini ... sangat mirip dengan Braden dan Hayden! Apa dia itu ayahnya anak-anak dan pria bajingan yang menghancurkan hidupnya dulu?

Begitu memikirkan hal ini, Naomi pun mengerutkan kening dan tanpa sadar mengepalkan tangannya. Tensi darahnya juga langsung melejit naik dan napasnya mulai menjadi kacau.

Naomi sudah tidak ingin mengingat masa lalu, apalagi malam itu sudah menghancurkan seluruh hidupnya. Berhubung hamil, reputasinya pun tercoreng dan dia juga dicaci maki oleh orang-orang dengan kata-kata tidak sedap seperti wanita jalang, wanita murahan, dan pelacur.

Sebagai seorang ibu, Naomi memang merasa sangat bahagia karena memiliki 3 putra yang bagaikan malaikat. Namun, dia telah menanggung penderitaan yang bahkan tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata. Semua penderitaannya disebabkan oleh pria bajingan itu!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Nurul Amanah
kembar 4 atau 3 si
goodnovel comment avatar
July Elly
alur ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Yusuf Tafseer
anak 5 tahun apa bisa buka rekening bank sendiri dan atas namanya sendiri. kenapa banyak author kurang berfikir faktor logika yang berlaku umum
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 5

    Saat melihat Naomi, ada kilatan aneh yang juga melintasi mata Caden. Dia bereaksi seperti itu bukan karena Naomi sangat cantik, melainkan merasa Naomi lumayan familier .... Caden merasa seperti pernah bertemu dengan Naomi sebelumnya. Namun, setelah mengamati Naomi dengan saksama, dia tetap tidak ingat di mana mereka pernah bertemu. Setelah itu, dia pun berjalan ke depan meja rapat dan duduk dengan ekspresi dingin.Saat melihat tatapan membunuh Naomi, Caden mau tak mau mengerutkan keningnya. Putra Naomi sudah merusak mobilnya, tetapi Naomi bukannya meminta maaf, malah menatapnya dengan tatapan seperti sedang memelototi musuh. Meskipun berperawakan kecil, Naomi benar-benar bernyali seperti putranya.“Kenapa kamu suruh anakmu merusak mobilku?” tanya Caden. Dia langsung menyalahkan Naomi atas perbuatan Hayden.Naomi masih mengepalkan tangannya dan memelototi Caden. Berhubung terlalu emosi, seluruh tubuhnya pun gemetar. Begitu mendengar ucapan Caden, dia merasa agak bingung. Apa pria itu t

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 6

    Sangat jelas bahwa Caden telah menyalahartikan maksud Naomi. Dia merasa Naomi sedang merayunya di depan umum. Dia pun memaki, “Dasar nggak tahu malu!”Naomi membelalak dan tahu bahwa Caden telah salah paham. Dia buru-buru menjelaskan, “Kamu salah paham. Aku cuma mau lihat ....” (Apa ada bekas gigitan di bahumu atau nggak!)Setelah pingsan dulu, Naomi sempat tersadar lagi karena kesakitan. Jadi, dia pun menggigit bahu pria itu dengan kuat. Dengan kekuatan seperti itu, gigitannya pasti akan meninggalkan bekas di kulit orang normal. Apabila ada bekas gigitan di bahu Caden, dia sudah bisa membuktikan bahwa Caden adalah pria bajingan itu. Namun, sebelum Naomi menyelesaikan kalimatnya, ponsel Caden tiba-tiba berdering. Dia pun mengangkat teleponnya dan bertanya, “Ada apa?”Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon sehingga membuat ekspresi Caden berubah drastis. Kemudian, terdengar Caden menjawab, “Aku akan segera pulang.”Setelah memutuskan sambungan telepon, Caden langsung pergi den

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 7

    “Rayden ....”“Kamu keluar saja. Aku mau tenangkan diri.”Caden merasa tidak berdaya dan hanya bisa meninggalkan Rayden untuk sementara. Begitu keluar dari kamar, ekspresinya langsung berubah. Baru saja dia hendak pergi ke rumah Jessica, Jessica yang berlinang air mata tiba-tiba muncul di ruang tamu lantai 1.Begitu melihat Caden keluar dari kamar Rayden, Jessica buru-buru menghampirinya dan bertanya dengan penuh perhatian, “Caden, bagaimana keadaan Rayden?”Ekspresi Caden sangat dingin, tetapi dia tidak langsung meluapkan emosinya. Bagaimanapun juga, Jessica adalah penyelamat Rayden. Dulu, Jessica yang menemukan Rayden di depan pintu sehingga berhasil menyelamatkan nyawanya. Caden pernah curiga apakah benar ada kejadian yang begitu kebetulan? Dia sempat berpikir mungkin saja demi mendekatinya, Jessica menyembunyikan ibu kandung Rayden, lalu sengaja meletakkan Rayden yang baru lahir di depan pintunya dan berpura-pura menyelamatkan Rayden agar dia merasa berterima kasih pada Jessica. D

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 8

    Pada saat yang sama, Naomi sudah dibawa ketiga putranya kembali ke tempat tinggal baru.Beberapa saat yang lalu, Braden, Hayden, dan Jayden yang sudah selesai mandi langsung merasa sangat khawatir karena tidak menemukan Naomi. Apalagi, pintu kamar juga dalam keadaan menganga. Braden pun segera memeriksa rekaman CCTV dan menyadari bahwa Naomi ditangkap orang. Oleh karena itu, dia buru-buru menyusun rencana untuk menyelamatkan Naomi.Saat ini, Naomi masih tidak tahu bahwa dirinya sebenarnya ditolong oleh ketiga putranya sehingga masih merasa agak takut. Begitu mendengar suara alarm tadi, dia buru-buru berlari ke arah pintu dan pintunya ternyata sudah tidak terkunci. Kemudian, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari turun dan langsung bertemu ketiga putranya. Setelah itu, mereka berempat segera menghentikan sebuah taksi dan melaju pulang.Setelah menenangkan diri, Naomi bertanya, “Kenapa kalian bertiga bisa tiba-tiba muncul di sini?”Braden menjawab, “Karena Mama nggak ada di rumah

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 9

    Ada beberapa baris kata yang tiba-tiba muncul di layar komputer.[ Masalah hari ini hanyalah peringatan. Kalau kamu masih berani menindas wanita itu, aku akan mencarimu lagi! Pak Caden, berhati-hatilah! ]Semua karyawan Grup Pangestu langsung geger setelah membaca pesan di layar komputer. Mereka tiba-tiba lupa diri mereka sedang berada di mana dan mulai bergosip.“Gila! Ternyata, komputer kita tiba-tiba bermasalah karena ulah orang? Siapa yang begitu hebat hingga mampu membobol sistem keamanan komputer Grup Pangestu? Selain itu, dia juga berani memperingati Pak Caden untuk berhati-hati!”“Di ... di ... dia juga bilang Pak Caden menindas seorang wanita!”Di dalam kantor presdir, Caden memelototi layar komputernya dengan ekspresi yang sangat suram. Steven merasa ruangan ini seolah-olah akan segera meledak, tetapi tetap memberanikan diri untuk berkata, “Kak Caden, ja ... jangan marah. Ini hanyalah tuduhan yang nggak berdasar. Kami semua tahu jelas mengenai karaktermu. Kamu ....”“Di mana

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 10

    Entah apa yang dikatakan Naomi, Calvin pun akhirnya berjalan ke sisinya setelah beberapa menit. Kemudian, Calvin memeluk lehernya dan menangis dengan membenamkan kepalanya di bahu Naomi. Naomi menggendong Calvin dan berjalan ke taman sebelah. Setelah duduk, dia mulai mengobrol dengan Calvin.Setengah jam kemudian, Calvin pun tertidur di pelukannya. Melihat situasi ini, orang tua Calvin baru berjalan mendekat dan berkata dengan sangat terkejut, “Setiap kali penyakit anak ini kambuh, dia harus disuntik dengan obat penenang baru bisa tenang. Tak disangka, dia juga bisa tenang tanpa pakai obat.”Naomi menjawab, “Penyakit bipolar pada dasarnya adalah gangguan psikologis. Obat-obatan hanya bisa membantu, tapi yang terpenting itu tetap mencoba berbicara dengannya dan masuk ke dunia mentalnya.”Saat berbicara, Naomi mengeluarkan pena dan kertas dari tasnya, lalu menuliskan beberapa nama bahan obat tradisional. Setelah itu, dia melanjutkan, “Kalau kalian percaya, masaklah obat-obat ini dan camp

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 11

    Semua amarah dan kesedihan yang sudah dipendam Naomi akhirnya meluap. Dia pun mulai menangis sambil berseru, “Kenapa kamu begitu keterlaluan? Apa kamu merasa hidupku masih belum cukup menyedihkan? Apa sebenarnya maumu? Apa kamu mau mencelakaiku lagi?”Melihat Naomi yang menangis, Caden pun tercengang. Dia tiba-tiba teringat ibu kandung Rayden yang menangis di bawah tindihannya malam itu. Pada saat itu, lampu dalam ruangan tidak menyala sehingga Caden tidak melihat jelas wajahnya. Apalagi, otaknya juga sangat kabur karena sudah dibius. Dia bahkan tidak mengingat jelas suara wanita itu. Namun, saat mencium sudut mata wanita itu, dia menemukan air mata yang tidak berhenti mengalir.Caden tidak tahu kenapa dirinya bisa teringat wanita itu saat melihat Naomi menangis. Namun, perasaan kasihan dan simpati tiba-tiba muncul di hatinya. Dia bahkan hendak mengulurkan tangan untuk menyeka air mata Naomi.Hanya saja, pada detik selanjutnya, Caden tiba-tiba mengerutkan keningnya lagi. Naomi bukan wa

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 12

    Naomi pun merasa panik dan berseru, “Yang kubilang itu kenyataan, tapi kamu nggak percaya. Apa sebenarnya yang mau kamu dengar? Kamu mau aku bilang apa? Aku nggak berniat untuk mendekatimu dan nggak ada juga yang beri aku perintah. Kalau bisa, aku malah ingin menjauh darimu dan nggak mau bertemu denganmu lagi selamanya!”Caden menjawab dengan ekspresi kelam, “Bukannya kamu nggak kenal sama aku? Kalau begitu, kenapa kamu mau menjauhiku dan nggak mau bertemu denganku lagi selamanya? Memangnya ada dendam di antara kita?”Naomi menyadari dirinya sudah keceplosan. Dia pun merasa panik untuk sesaat, lalu membantah, “Nggak, kok!”“Kalau begitu, apa maksudmu tadi?”“A ... aku merasa kamu sangat jelek dan nggak ingin ketemu sama kamu lagi. Begitu melihatmu, aku langsung teringat raja neraka. Makanya, aku ingin menjauhimu.”Caden pun terdiam. Sementara itu, berhubung pintu mobil terbuka, beberapa pengawal yang berdiri di sisi mobil juga mendengar ucapan itu dan menunjukkan ekspresi yang sangat

Latest chapter

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1564

    “Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1563

    “Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1562

    “Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1561

    Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1560

    Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1559

    Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1558

    Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1557

    Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1556

    Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status