Share

Bab 12

Naomi pun merasa panik dan berseru, “Yang kubilang itu kenyataan, tapi kamu nggak percaya. Apa sebenarnya yang mau kamu dengar? Kamu mau aku bilang apa? Aku nggak berniat untuk mendekatimu dan nggak ada juga yang beri aku perintah. Kalau bisa, aku malah ingin menjauh darimu dan nggak mau bertemu denganmu lagi selamanya!”

Caden menjawab dengan ekspresi kelam, “Bukannya kamu nggak kenal sama aku? Kalau begitu, kenapa kamu mau menjauhiku dan nggak mau bertemu denganku lagi selamanya? Memangnya ada dendam di antara kita?”

Naomi menyadari dirinya sudah keceplosan. Dia pun merasa panik untuk sesaat, lalu membantah, “Nggak, kok!”

“Kalau begitu, apa maksudmu tadi?”

“A ... aku merasa kamu sangat jelek dan nggak ingin ketemu sama kamu lagi. Begitu melihatmu, aku langsung teringat raja neraka. Makanya, aku ingin menjauhimu.”

Caden pun terdiam.

Sementara itu, berhubung pintu mobil terbuka, beberapa pengawal yang berdiri di sisi mobil juga mendengar ucapan itu dan menunjukkan ekspresi yang sangat menarik. Meskipun Caden memang dijuluki raja neraka di luar sana, tetapi ... Naomi adalah orang pertama yang berani langsung mengungkapkannya di depan Caden. Selain itu, Naomi juga mengatakan bos mereka itu jelek!

“Jebloskan dia ke penjara! Biarkan saja dia kelaparan selama 3 hari. Tanpa izinku, dia nggak boleh diberi makan! Kurung dia sampai dia bersedia berkata jujur!” perintah Caden. Setelah itu, dia pun memejamkan matanya dan tidak menghiraukan Naomi lagi.

Setelah mendapat perintah dari Caden, dua orang pengawal buru-buru membawa Naomi keluar dari mobil.

Naomi pun merasa panik. Jika dia dijebloskan ke penjara, bagaimana dengan anak-anaknya? Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan berseru, “Bajingan! Kamu nggak boleh menangkapku! Aku ini istrinya Caden Pangestu!”

Begitu mendengar ucapan Naomi, Caden langsung membuka matanya dan menatap Naomi dengan kening berkerut. Di sisi lain, Steven dan para pengawal juga langsung tercengang.

Naomi memberanikan diri untuk melanjutkan, “Aku ini benar-benar istrinya Caden Pangestu! Kalau nggak percaya, selidiki saja sendiri. Kamu pernah dengar tentang Keluarga Pangestu, ‘kan? Mereka itu keluarga terbesar dan paling berkuasa di Jawhar. Biarpun lumpuh dan kurang dihargai dalam keluarga, Caden tetap adalah anggota Keluarga Pangestu.”

“Aku ini istrinya dan termasuk anggota Keluarga Pangestu. Menindasku setara dengan menindas Caden dan seluruh Keluarga Pangestu. Keluarga besar biasanya sangat mementingkan harga diri. Apa kamu nggak takut Keluarga Pangestu menghabisimu?” ancam Naomi.

Melihat Caden yang tidak berbicara, Naomi melanjutkan, “Asal kamu tahu, Ca ... Ca ... Caden cinta banget sama aku dan nggak bisa hidup tanpa aku! Coba saja kalau kamu berani melukaiku! Dia nggak akan mengampunimu!”

Begitu mendengar ucapan Naomi, Caden dan para pengawal pun terdiam. Keheningan saat ini terasa sangat mencekam.

Caden ada di hadapan Naomi, tetapi Naomi malah tidak mengenalinya. Selain itu, Naomi juga berani berkata Caden sangat mencintainya dan bahkan tidak bisa hidup tanpanya. Siapa pun yang mendengar ucapan ini pasti tahu ini adalah sebuah kebohongan yang sangat tidak masuk akal.

Jika Naomi hanya berkata dia adalah istrinya Caden, Caden mungkin masih akan percaya. Sekarang, Caden sama sekali tidak dapat memercayai omongan Naomi. Dia menggigit bibirnya dan terlihat jelas merasa sangat kesal. Namun, dia malas membongkar kebohongan Naomi. Dia hanya melirik Naomi, lalu memberi perintah dengan dingin, “Bawa dia pergi!”

“Woi! Kamu ... umph!”

Pengawal segera membekap mulut Naomi dan menyeretnya turun dari mobil agar bisa mengantarnya ke kantor polisi. Namun, Steven yang sedang membawa rekaman CCTV tiba-tiba berlari mendekat dan berpesan pada para pengawal, “Tunggu dulu!”

Kemudian, Steven naik ke mobil dan berbisik, “Kak Caden, aku sudah menemukan wanita yang dimaksud Robbin. Wanita itu ternyata adalah Bu Naomi yang kita cari-cari! Lihat, tadi dia benar-benar berhasil menenangkan Calvin!”

Caden merasa sangat terkejut dan buru-buru mengambil tablet dari tangan Steven. Setelah menonton rekaman CCTV itu, dia melirik ke arah Naomi yang ada di luar mobil dengan ekspresi campur aduk. Dia tidak menyangka wanita yang ingin dicari Robbin ternyata adalah Naomi.

Calvin adalah keponakan Dylan Hermanto, sahabat Caden. Dua tahun yang lalu, Calvin pernah diculik dan mengalami trauma sehingga mengidap penyakit bipolar. Saat penyakitnya kambuh, kondisinya kurang lebih sama dengan Rayden.

Keluarga Himawan juga sudah memeriksakan Calvin ke seluruh dokter spesialis anak seperti Caden, tetapi masih tidak menemukan orang yang mampu menyembuhkan Calvin. Tak disangka, Naomi malah mampu melakukannya. Wanita ini ....

Jika bukan karena hal sebelumnya, Caden pasti akan segera meminta Naomi untuk membantunya merawat Rayden. Sekarang, dia merasa agak khawatir. Dia takut insiden Calvin adalah jebakan yang sengaja dibuat Naomi. Bagaimana jika ini hanyalah sandiwara Naomi demi mendekatinya dan Rayden? Bagaimanapun juga, telah terjadi banyak masalah setelah kemunculan Naomi. Jadi, Caden merasa Naomi tidak sesederhana yang terlihat di permukaan.

Setelah berpikir sejenak, Caden berkata dengan nada dingin, “Lepaskan saja dulu dia.”

Caden berencana untuk terlebih dahulu mengawasi Naomi dengan baik. Jika Naomi memang mendekatinya dengan maksud tertentu, Naomi pasti akan memikirkan cara untuk muncul di hadapannya lagi. Sebelum meminta Naomi merawat Rayden, dia harus memastikan Naomi tidak berniat jahat.

Naomi yang tiba-tiba dibebaskan pun merasa agak terkejut dan menatap ke dalam mobil dengan bingung. Apa pria itu sudah mengetahui dirinya benar-benar adalah istrinya Caden, makanya dia takut? Seharusnya begitu!

Sepertinya, meskipun Caden hanyalah orang lumpuh dan kurang dihargai di Keluarga Pangestu, namanya tetap berguna. Bagaimanapun juga, Keluarga Pangestu adalah keluarga paling hebat di Kota Jawhar.

Naomi tidak lagi berpikir panjang dan buru-buru kabur. Di sebuah tempat yang gelap, seorang pria berperawakan tinggi yang terlihat bagaikan hantu sedang mengamati semua kejadian ini. Dia pun tersenyum penuh arti dan bergumam, “Menarik, menarik! Hehehe ....”

Caden sepertinya merasakan sesuatu yang aneh. Dia pun menurunkan kaca jendela mobil dan melirik ke arah kerumunan orang. Namun, dia tidak menemukan hal yang mencurigakan.

“Kak Caden, kenapa?”

“Nggak apa-apa. Ayo jalan!”

...

Di sisi lain, Naomi sudah kembali ke rumah. Begitu masuk ke rumah, tercium aroma yang sangat harum. Saat ini, Jayden sedang berdiri di atas kursi kecil dan memasak nasi goreng.

Berhubung sudah melampiaskan emosinya tadi, suasana hati Naomi pun menjadi jauh lebih baik. Meskipun masih belum bisa bercerai, dia juga tidak begitu marah lagi. Terutama setelah melihat anaknya, seluruh amarahnya pun sirna. Tidak peduli kapan pun itu, anak-anaknya adalah sumber kebahagiaannya.

“Jayden,” panggil Naomi dengan penuh kasih sayang.

Jayden pun menoleh dan langsung merasa gembira begitu melihat Naomi. Dia juga menyapa Naomi dengan suara yang imut, “Mama.”

Sapaan itu terdengar sangat merdu dan langsung meluluhkan hati Naomi. Dia berjalan ke dapur, lalu mengecup pipi Jayden dan berkata, “Pergilah bermain! Biar Mama saja yang masak.”

“Nggak usah, masakannya sudah siap kok. Mama tunggu saja di meja makan,” kata Jayden sambil mematikan api. Kemudian, dia memindahkan nasi goreng itu ke piring.

Selain menggunakan telur, Jayden juga menaruh udang, sosis, daging cincang, wortel, dan buncis. Nasi goreng itu terlihat sangat menggugah selera.

Begitu mendengar pergerakan di luar, Braden dan Hayden juga berjalan keluar dari kamar. Setelah melihat Naomi, mereka buru-buru menghampirinya.

Braden bertanya, “Mama, bagaimana urusannya? Sudah selesai?”

Naomi menggeleng dengan tidak berdaya dan menjawab, “Belum. Kita mungkin masih harus tinggal di Jawhar selama beberapa hari.”

“Kenapa belum selesai?”

“Orang yang mau aku temui lagi dinas. Setelah dia pulang, urusannya baru bisa ditangani,” jawab Naomi. Dia tidak memberi tahu anak-anaknya mengenai tujuan kepulangannya kali ini. Anak-anak tidak mengetahui keberadaan Caden dan dia juga tidak ingin mereka mengetahui kejadian di masa lalu. Dia hanya berharap anak-anaknya tumbuh besar dengan sehat dan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan masalah orang dewasa.

“Ya sudah, kalian nggak usah khawatir soal urusan Mama. Ayo makan!”

“Oke!”

Setelah makan siang, ketiga bocah itu pun beristirahat. Sementara itu, Naomi duduk di sisi tempat tidur dan menghitung uangnya. Saat ini, seluruh uangnya yang tersisa tidak sampai 20 juta. Dia benar-benar miskin ....

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fetrinaelfita
siapa tau... besok uang jadi banyak.. dan hutang pun udah beres
goodnovel comment avatar
Sri Asni
Bagus dan enak cerita nya
goodnovel comment avatar
Nurlaeli Dg Ngasi
Naomi, teruslah berusaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status