Ada warganet yang meninggalkan pesan untuk Morris.[ Halo, Pak Morris. Apa kamu mengerti persoalan Camila dan Leon? ]Morris yang selama ini sangat kalem itu pun membalas langsung.[ Nggak begitu jelas. Setahuku, dulu Camila sangat mencintainya. Tapi sekarang dia sudah seperti angin lalu di mata Camila. ]Warganet bertanya.[ Pak Morris, kalau Camila nggak suka sama Leon lagi, kenapa dia tinggal di rumah pernikahan mereka dulu? Dia juga bukannya nggak ada uang untuk beli rumah baru. ]Morris membalas.[ Aku nggak bisa membahas terlalu banyak soal privasi orang lain. Tapi, aku yakin dia nggak pindah dari rumah itu nggak ada hubungannya dengan Leon. Aku harap kalian semua bisa mempertahankan akal sehat kalian, jangan mendengar kabar angin. ]Warganet bertanya lagi. [ Pak Morris, apa Camila itu bucin? ]Morris mengetik.[ Setahuku, dia bukan bucin, pemikirannya sangat jernih. Dia berani mencintai dan membenci, tegar dan rasional. Kepribadiannya bukan dibuat-buat, melainkan memang seperti
Naomi membaca berita di ponselnya. Hati yang tadinya tegang akhirnya menjadi lega. Dia mengangkat kepalanya menatap Morris dengan penuh rasa terima kasih.Naomi mengerti Morris bisa mendukung Camila juga karena melihat hubungan mereka. Naomi sungguh merasa beruntung bisa bertemu lebih banyak orang yang berhati baik daripada yang jahat.Camila mengirim sebuah emotikon memeluk dan mencium.[ Nanti saat kamu dan Jayden pulang, aku akan bersujud dan berterima kasih sama kamu! ]Naomi membalas dengan tersenyum.[ Aku lagi temani Pak Morris makan. Sampai jumpa besok. ]Camila segera membalas.[ Bantu aku sampaikan rasa terima kasihku yang sebanyak-banyak … banyaknya kepada Pak Morris! ][ Aku mengerti. ]Camila mengirimkan emotikon cium. Dia berpikir sejenak, lalu menelepon Dylan. “Aku berterima kasih kepadamu atas masalah Pak Morris. Tapi, kamu nggak usah keluarkan uang itu. Berapa pesanan itu? Biar aku transfer ke kamu.”Dylan berkata, “Sudah seharusnya aku yang mengeluarkan uang itu. Uang
Camila merias wajahnya sembari berkata, “Aku dan Dylan cuma berteman saja. Hubungan kami cukup bagus. Mengenai masalah terlibat, anggap saja aku lagi sial.”Tiara berkata, “Dia menghabiskan uang begitu banyak buat kamu. Warganet saja nggak bisa tinggal diam lagi. Coba kamu terus terang sama aku. Sebenarnya apa hubungan kalian?”Camila berkata dengan tersenyum, “Kalau ada apa-apa dengan kami, apa mungkin aku nggak beri tahu kamu dan Naomi? Kami nggak ada hubungan apa-apa.”Tiara menghela napas panjang. “Baguslah kalau nggak ada hubungan apa-apa. Aku benar-benar khawatir kamu akan terluka lagi.”Camila tahu Tiara sedang mencemaskannya. Setelah merias wajahnya, dia pun berdiri untuk memeluk Tiara. “Tenang saja. Kelak aku yang boleh menindas cowok berengsek, aku nggak akan ditindas cowok berengsek lagi!”Tiara mengangguk dengan tersenyum. “Emm!”Camila ingin mengatakan mengenai persoalan Tiara dengan Andrew. Namun, begitu mengungkit soal Andrew, Camila pasti akan merasa sedih. Jadi, dia la
Dylan berkata dengan tersenyum, “Aku nggak melakukan apa-apa. Pandangan Paman dan Bibi itu memang bagus. Dalam sekilas mata, mereka bisa menyadari keunggulanku!”Camila tersenyum sinis. “Apa kamu nggak malu ketika mengatakannya? Apa kamu nggak sadar dengan perilakumu?”Dylan berkata, “Berwajah tampan, beretika bagus, disukai wanita!”Camila menjulingkan bola matanya. Dia malah menyindir Dylan lagi. Pada saat ini, Camila kepikiran sesuatu, lalu membuka aplikasi navigasi di dalam ponselnya. “Kita ke sini dulu.”Dylan melihat sekilas. “Ngapain?”“Kak Fiona juga lagi di rumahmu. Aku mau beliin sedikit makanan buat dia. Toko camilan itu dibuka khusus untuk ibu hamil. Makanannya enak, aman, dan bergizi.”Dylan menyipitkan matanya. “Ngapain kamu menyenangkan kakakku?”Camila kembali menjulingkan matanya. “Aku bukan lagi menyenangkannya. Aku dan Kak Fiona itu teman baik.”Dylan bergumam, “Nanti dikira orang kamu suka sama aku, makanya kamu sengaja ingin menyenangkan anggota keluargaku.”Camila
Joana masih mengira Lyana sedang merahasiakannya. Dia pun berkata, “Aku sudah melihatnya. Putramu membawa seorang gadis cantik untuk beli kue di toko khusus ibu hamil. Perut wanita itu masih belum kelihatan. Sepertinya dia baru saja hamil.”Kevin sungguh merasa gembira. Dia ingin merebut ponsel untuk berbicara! Namun, dia malah dipelototi oleh Lyana. Kemudian, dia bertanya pada Joana dengan tersenyum, “Jangan-jangan kue itu buat kakaknya. Fiona lagi hamil anak kedua. Sekarang sudah hamil bulan keempat.”“Bukan, tadi saat pelayan toko memanggil dengan sebutan “istrimu”, mereka berdua juga tidak membantah. Saat mengatakan usia kehamilannya masih trimester awal, mereka berdua juga nggak membantah.”Kevin tidak bisa menahan dirinya, lalu bertanya dengan suara keras, “Serius?”Joana terbengong sejenak, kemudian berkata dengan tersenyum, “Pak Kevin juga lagi di rumah, ya. Serius! Kalian tunggu saja. Aku sudah merekam video. Aku akan kirimkan kepada kalian.”Joana mengakhiri panggilan, lalu m
Lyana berkata dengan tersenyum, “Pergilah, pergi, laporkan kabar gembira ini.”Kevin pergi melaporkan kabar gembira ini ke aula persembahan dengan riang. Baru saja berjalan ke sisi pintu, dia malah kembali lagi.“Dengar-dengar sekarang banyak gadis muda nggak bersedia untuk melahirkan. Kalau putramu nggak menginginkan anak, kami bisa memberi pelajaran kepadanya. Tapi, kalau masalah itu kehendak Camila, kita juga nggak bisa ikut campur.”“Kita mesti membuat Camila melihat ketulusan hati Keluarga Hermanto kita. Kamu persiapkan aset properti atau saham dulu. Nanti malaman kita ajak Camila untuk ketemuan.”Lyana tahu apa maksud Kevin. Dia pun sangat memberi dukungan penuh. “Oke!”Kali ini, Kevin baru meninggalkan tempat dengan gembira. Dia pergi mencari leluhur!Putranya bisa diandalkan. Sekarang Kevin juga bisa merasa bangga di hadapan para leluhur!Lyana mengusap air matanya, lalu tersenyum dan membalas pesan Joana dengan riang.[ Bukan kami sengaja menyembunyikannya, hanya saja mereka b
Camila tidak tahu ternyata statusnya di Keluarga Hermanto begitu agung? Seperti level barang berharga di negara dan juga level leluhur!Setelah menyapa semua orang, Camila dan Dylan sama-sama berjalan ke gedung utama.Lyana mengenakan terusan batik berwarna merah terang duduk di ruang tamu untuk menunggu kedatangan mereka. Ketika melihat kedatangan Dylan dan Camila, dia segera melangkah maju untuk menyambut.Hanya ada Camila di dalam mata Lyana, tidak ada putranya!Lyana menggenggam tangan Camila, lalu berkata dengan sakit hati, “Sudah semalam ini, kenapa kamu mengenakan pakaian sesedikit ini? Apa kamu merasa dingin?”Camila menggeleng dengan tersenyum. “Bibi Lyana, aku nggak dingin.”Dylan berusaha untuk menonjolkan keberadaannya. “Mama, aku dingin.”Lyana meliriknya sekilas. “Biar membeku saja!”Dylan juga tidak marah. Dia menyipitkan matanya, lalu bertanya dengan tersenyum, “Ma, kamu terus terang sama aku, sebenarnya aku itu anak pungut atau bukan?”Lyana menjulingkan bola matanya.
Lyana mengangguk dengan tersenyum. “Sudah baca, sudah. Untung ada Pak Morris! Respons Dylan kali ini juga bagus. Dia tahu juga mencari Pak Morris untuk membantumu. Tapi, Dylan, kelak jangan lagi sengaja membuat gosip! Furla itu yang terakhir!”Lyana mengira Furla adalah wanita yang sengaja dicari Dylan untuk merahasiakan hubungannya dengan Camila.Camila tidak mengerti, tetapi Dylan mengerti! Dia takut ibu kandungnya akan melanjutkan omongannya, jadi dia segera berkata, “Aku mengerti, kamu tenang saja. Aku akan mendengar kata mama kandungku.”Lyana tersenyum. Suasana hatinya sangat bagus. Beberapa kali dia kepikiran untuk bertanya masalah kehamilan Camila. Namun, berhubung Camila dan Dylan tidak mengungkitnya, dia pun terpaksa menahan rasa penasarannya.Mereka bertiga mengobrol sebentar. Dylan bertanya, “Di mana papaku?”Lyana menjawab, “Di aula persembahan.”Dylan merasa syok. Dia langsung duduk tegak. “Aula persembahan? Apa dia mau menghukumku lagi?”Camila juga merasa kaget. Dia tah
Dylan merasa sakit kepala. Dalam waktu singkat, dia tidak kepikiran cara yang bagus. Dia menekan-nekan keningnya, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat mercusuar di kejauhan ….Dylan terdiam dalam waktu lama, baru berjalan ke lantai atas. Dia pergi mengganti pakaian, lalu menghubungi pembantu, meminta mereka untuk membereskan rumah. Dia pun mengendarai mobil meninggalkan rumah.Saat sudah berjarak jauh dari kompleks, tiba-tiba Dylan kepikiran dengan terusan Camila. Terusan itu model sempit di bagian pinggang, tidaklah gampang untuk melepaskannya. Berhubung mereka berdua sangat buru-buru semalam, Dylan juga tidak menarik ritsleting, melainkan langsung merobeknya!Camila mengenakan terusan yang robek itu memamerkan pundak indah dan lekuk tubuhnya yang indah. Dia menarik kerah kemeja Dylan, lalu mengangkat dagu si pria ….Wanita itu sangat seksi dan memesona, hingga tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata! Waktu itu, Dylan menindih Camila di kaca …. Dia juga tidak pergi ke lantai ata
Fiona berkata dengan nada kesal, “Gosip itu bukan disebar sama Papa Mama, tapi disebar sama Bu Joana. Dia nggak tahu wanita itu adalah Camila. Kamu nggak usah khawatir dengan reputasi Camila.”“Tapi, Dylan, kamu tahu betapa inginnya Papa dan Mama punya cucu? Kalau kamu seperti ini terus, apa Papa dan Mama sanggup untuk menerimanya?”“Semalam Mama nggak tidur semalaman karena merasa gembira! Papa juga bangun sebelum langit terang. Dia berlutut di aula persembahan dan baru berdiri pada jam 12 siang! Semua Papa lakukan demi berdoa semoga leluhur melindungi kamu dan Camila, juga melindungi anak di dalam perut Camila!”“Mereka sudah berumur 50-an tahun. Kalau kamu begini terus, kondisi tubuh mereka pasti nggak tahan! Lagi pula, hari ini ada beberapa teman Mama telepon Mama untuk bertanya masalah itu. Mama memang nggak mengaku, tapi mereka sudah mulai beri selamat.”“Karena kehidupan pribadimu terlalu kacau, Papa dan Mama sering ditertawakan orang-orang. Akhirnya hari ini mereka bisa membusu
Jadi kalau ada yang mengandung anak Dylan, orang itu pasti adalah Camila!Namun, Dylan dan Camila baru saja berhubungan semalam. Camila juga tidak mungkin mengandung dalam waktu secepat itu! Gosip! Semua ini murni adalah gosip!Dylan bertanya dengan raut murung, “Kamu dengar dari siapa?”Edward menjawab, “Aku dengar dari mamaku. Mamaku dengar dari Bu Joana!”Dylan terbengong. “Bu Joana? Dia nggak sering berhubungan sama aku. Kenapa dia bisa tahu kekasihku hamil atau nggak?”Edward berkata, “Mengenai masalah itu, aku juga nggak tahu. Tapi kata mamaku, setelah dia dengar kabar dari Bu Joana, dia telepon mamamu. Mamamu memang nggak mengakuinya, tapi juga nggak menyangkal.”“Intinya, sekarang bukti sudah kuat. Mamamu juga sudah mulai cari pusat perawatan pasca-melahirkan. Lagi pula, dari bulan yang dia pesan, seharusnya bukan dipesan buat kakak kita.”Dylan terdiam membisu.Pantas saja semalam Kevin dan Lyana begitu gembira hingga memasang karpet, juga pergi ke aula persembahan untuk melap
Kamu berbeda sama mereka ….Detak jantung Camila menjadi melambat. Dia terbengong beberapa detik, baru menunjukkan wajah tenangnya. “Apanya yang berbeda?”Bibir Dylan bergerak, tetapi dia tidak bersuara.Camila tersenyum. Nada bicaranya terdengar lembut. “Aku sama seperti mereka, nggak ada bedanya.”Kening Dylan tidak berhenti berkerut. “Beda!”Camila terdiam.Suasana di sekitar menjadi hening dalam seketika. Camila kembali berbicara, “Masalah semalam sudah berlalu bagiku. Aku nggak akan masukin ke hati. Kalau kamu ingin bertanggung jawab sama aku, lupakan saja. Aku nggak butuh. Kalau kamu ingin suruh aku tanggung jawab sama kamu, kamu bilang saja bagaimana cara tanggung jawabnya.”Dylan menurunkan kelopak matanya untuk menatapnya. “Seharusnya aku yang tanggung jawab.”Camila tersenyum. “Aku sudah bilang. Aku nggak butuh tanggung jawab dari kamu.”Suara Dylan terdengar buru-buru. “Kelak ….”Camila memotong omongan Dylan. Nada bicaranya terdengar santai, “Tergantung kamu saja, kalau kam
Dylan berkata pada Camila dengan berlagak tenang, “Kamu tunggu sebentar, ya. Aku akan goreng 2 telur buat kamu. Selesai makan, kita baru bicara baik-baik. Jangan sampai kamu kelaparan.”Dylan mengulurkan tangannya. Dia menyadari belasan telur ayam yang baru diantar tadi sudah disia-siakannya! Tumpukan masakan gosong di dalam tong sampah adalah “hasil karya” Dylan! Dia tidak terlalu jago dalam soal memasak ….Lebih tepatnya bukan tidak terlalu jago, melainkan tidak bisa sama sekali!Dulu Dylan tidak pernah memasak. Dia sama sekali tidak tertarik dalam soal memasak. Dia bisa turun tangan untuk memasak hari ini juga karena kondisi agak berbeda.Tempat ini jauh dari pusat kota, jadi tidaklah gampang untuk memesan makanan. Mereka berdua telah berhubungan sangat lama semalam, Camila sedang krisis tenaga. Dia belum sarapan dan juga belum makan siang. Sekarang dia pasti kelaparan.Jadi, Dylan baru memutuskan untuk memasak. Dia ingin memasak 2 telur goreng untuk mengisi energi Camila. Dia juga
Ruangan kamar menjadi hening dalam seketika. Camila baru mencondongkan kepalanya. Dia menyalakan lampu di kamar. Setelah memastikan Dylan benar-benar telah pergi, dia baru membungkus tubuhnya dengan selimut dan menuruni ranjang.Baru saja kaki Camila menginjak ke lantai, dia kembali jatuh duduk di atas ranjang. Seluruh tubuhnya terasa pegal. Kedua kakinya juga lemas, seolah-olah ditindih oleh benda berat saja.Camila tahu inilah hasil dari kegembiraan semalam!Camila mengerutkan keningnya dan menenangkan dirinya sejenak. Dia memaksa dirinya untuk menahan rasa tidak nyaman itu, lalu pergi mengunci pintu kamar. Setelah pintu dikunci, Camila baru merasa tenang.Ketika melihat tisu-tisu di atas lantai, gambaran semalam kembali terbayang di benaknya ….Pertempuran yang sengit. Hal yang paling penting adalah Camila duluan yang memulai! Wajahnya terasa membara. Dia sungguh merasa canggung.Camila bukanlah wanita yang manja. Dia juga sudah dewasa, apalagi sudah pernah menikah, tidur dengan pri
Lagi pula, meskipun melarikan diri, setelah Camila bangun, dia juga akan tahu Dylan orangnya! Semua ini seperti mengemudi di saat mabuk saja. Pada dasarnya, masalah sudah sangat serius. Jika kamu melarikan diri lagi, permasalahan akan menjadi semakin serius lagi!Seandainya tidak melarikan diri, bagaimana kalau Dylan memukul dirinya hingga babak belur, lalu mengakui kesalahannya? Tidak! Dylan tidak sanggup untuk memukul dirinya sendiri!Ketika kepikiran bagaimana Camila mengakhiri hubungannya dengan Leon, Dylan pun merasa frustrasi. Jangan-jangan Camila juga akan mengebirinya?Jantung Dylan berdetak kencang ….Dylan sudah merokok belasan batang. Setelah galau selama setengah hari, pada akhirnya dia pun menerima nasibnya.Lagi pula, Dylan sudah meniduri Camila. Dia juga tidak bisa mengadang badai yang akan datang.Berhubung tidak kepikiran dengan solusi penyelesaian yang bagi, terserah saja mau bagaimana. Setelah Camila bangun, Dylan akan menyerahkan pisau kepadanya. Camila bebas untuk
Tanpa menunggu respons dari Dylan, sesosok hantu wanita berlumuran darah tiba-tiba muncul di depan layar!Dylan merasa kaget hingga tubuhnya gemetar. Dia spontan meraih ponselnya, lalu melemparnya sejauh mungkin!Ponsel menghantam bagian cermin di atas dinding. “Prang ….”Cermin hancur berkeping-keping di atas lantai!Seluruh bulu kuduk Dylan berdiri! Dia segera masuk ke dalam selimut dan memeluk wanita di atas ranjang dengan erat untuk memberanikan dirinya!Sejak kecil, Dylan takut dengan sosok hantu dan sejenisnya.Entah Camila terbangun akibat pelukan erat atau suara ricuh di dalam kamar. Dia yang masih memejamkan matanya berkata dengan kesal, “Ngapain?”Dylan masih merasa takut. Dia tidak sadar bahwa suara itu adalah suara Camila.“Sayang, layar ponselmu sudah mengagetkanku. Biarkan aku peluk sebentar.”“Awas! Aku mau tidur!”Camila masih belum sadar sepenuhnya. Dia memaksa untuk melepaskan tangan Dylan, lalu membalikkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya.“Ayo, sini, tidur sambil
Dylan pernah berhubungan dengan terlalu banyak wanita sebelumnya. Di hadapan wanita lain, biasanya Dylan berlagak terbengong. Namun, Camila telah membuat Dylan benar-benar terbengong!Dylan sungguh merasa tidak berdaya. Dia sungguh tidak menyangka mereka yang tadinya sedang mencurahkan isi hati akan berkembang hingga tahap seperti ini!Saat membuka telapak tangannya sendiri, tangannya sudah dipenuhi dengan keringat. Dia sungguh merasa syok!Ketika menunduk melihat perubahan tubuhnya, Dylan mengerutkan keningnya dan menggertakkan giginya!“Alkohol! Aku mau minum alkohol! Beri aku alkohol!” Tiba-tiba Camila mengangkat kepala untuk melihatnya.Riasan Camila sudah berantakan, begitu pula dengan rambutnya. Matanya memerah. Air mata terlihat menempel di atas bulu matanya. Dia kelihatan sangat malang.Belum sempat Dylan berbicara, Camila berkata lagi, “Apa aku nggak pantas untuk minum alkoholmu lagi?”Dylan berkata, “Kamu tunggu sebentar …. Aku akan biarkan kamu minum sampai puas!” Dylan pun