Share

Bab 13

Author: Erlina
Naomi harus membayar biaya tempat tinggal, makan, dan kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun anak-anak makannya tidak banyak, mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan dan tidak mungkin mengikutinya makan roti setiap hari. Mereka harus makan makanan yang bergizi seperti buah, kacang-kacangan, sayur, susu, telur, makanan laut, daging, dan sebagainya.

Setelah dihitung-hitung, biaya hidup mereka berempat juga tidak kecil. Uang yang dimiliki Naomi tidak akan cukup untuk menopang kebutuhan hidup mereka terlalu lama. Berhubung tidak memiliki uang, dia pun mulai cemas.

Naomi merasa dia harus terlebih dahulu mencari pekerjaan sampingan yang gajinya dibayar per hari. Bagaimanapun juga, dia tidak tahu kapan Caden akan kembali. Tidak mungkin dia baru pergi bekerja setelah uangnya habis. Namun, masyarakat zaman sekarang sangat mementingkan ijazah. Berhubung tidak memiliki ijazah, dia tidak akan bisa melakukan pekerjaan yang disukainya.

“Haih ....” Naomi menghela napas dengan tidak berdaya. Di saat-saat seperti ini, dia selalu merasa sangat sedih. Padahal, dia jelas-jelas sudah masuk ke universitas yang sangat bagus. Alhasil .... Takdir memang suka mempermainkan orang. Namun, tidak ada gunanya juga dia mengenang masa lalu.

Kemudian, Naomi pun mencari lowongan pekerjaan di internet. Hanya saja, tidak ada pekerjaan yang disukainya. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk melamar kerja di tempat yang gajinya paling tinggi.

Setelah membandingkan semuanya, hanya pekerjaan menjual alkohol di bar yang gajinya tinggi, yaitu 760 ribu per malam dan akan ditambah dengan komisi sebesar 2%. Selain itu, gajinya juga akan dibayar per hari. Meskipun tidak menyukai lokasi seperti itu, Naomi akhirnya mengalah karena harus menghasilkan uang.

Pada jam 7 malam, Naomi tiba di Happy Bar. Tempat ini dinamai Happy Bar karena pemiliknya merasa alkohol bisa memberikan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan. Happy Bar adalah bar paling mewah dan besar di Kota Jawhar. Orang yang mampu datang ke bar ini hanyalah orang-orang kaya.

Hanya dalam waktu 1 jam, Naomi sudah berhasil menjual 3 botol alkohol. Harga setiap botol alkohol itu mencapai 20-40 juta. Jika dijumlahkan, komisi yang didapatkannya sampai sekarang sudah mencapai 1 juta lebih.

Di zaman sekarang, selain ijazah dan pendidikan, penampilan juga sangat penting.

Naomi sangat cantik, juga memiliki tubuh bagus dan suara yang merdu. Hal yang terpenting adalah, tangannya juga sangat indah. Mendengarnya berbicara dan menyaksikannya menuang alkohol juga merupakan semacam kebahagiaan. Jadi, Naomi sangat disukai di tempat ini. Namun, orang yang terlalu cantik juga repot karena malah menjadi incaran orang.

“Minumlah segelas alkohol ini, aku traktir!” ujar Brain Senjaya, paman kedua Jessica. Dia merupakan tipikal hidung belang yang sangat terkenal di Kota Jawhar. Selain jelek dan gemuk, dia juga sangat mesum.

Naomi tidak mengenalnya. Setelah mendengar ucapan Brian, dia pun bertanya dengan terkejut, “Kamu mau aku minum?”

“Benar, cepat minum sampai habis!”

“Umm ... sepertinya itu kurang bagus. Ini adalah alkohol yang kalian pesan dan harganya juga lumayan mahal.”

“Nggak masalah. Sebotol alkohol ini cuma 200 juta, kok. Begitu kamu minum, aku akan langsung bayar,” jawab Brian sambil mengamati tubuh Naomi dengan tampang mesum.

Naomi tahu dia sudah bertemu dengan hidung belang, tetapi tetap menahan keinginannya untuk memukul orang. Dia berkata sambil tersenyum sopan, “Maaf, sebelum datang kemari, aku sudah minum obat demam. Jadi, aku nggak boleh minum alkohol.”

Begitu mendengar ucapan Naomi, Brian pun merasa tidak senang. Dia berkata, “Kalau begitu, bawa pergi alkoholnya. Kami nggak jadi pesan.”

Naomi pun menjawab dengan terkejut, “Menurut peraturan bar, alkohol yang sudah dibuka nggak boleh dikembalikan.”

“Heh, memangnya aku menyuruhmu membukanya? Kamu sendiri yang membukanya, ‘kan? Kalau nggak bisa dikembalikan, kamu bayar saja sendiri.”

Naomi menahan amarahnya dan menjawab, “Bukannya Bapak yang menyuruhku membukanya? Di ruang privat ini juga ada CCTV, silakan periksa saja rekamannya.”

Begitu mendengar ucapan Naomi, semua orang yang berada di dalam ruang privat pun tertawa dan berkata, “Gadis ini pasti jarang datang ke tempat seperti ini. Kalau ada CCTV di bar, orang-orang mana bisa bersenang-senang di bar? Haha!”

Naomi pun mengepalkan tangannya dan diam-diam menggertakkan gigi. Dia memang tidak pernah datang ke tempat seperti ini sehingga tidak memahami situasinya.

Ada orang yang tiba-tiba berkata, “Cantik, kamu seharusnya merasa terhormat karena Pak Brian menyukaimu. Kalau dia suruh kamu minum, minum saja. Jangan nggak tahu diri! Kamu tahu dia itu siapa? Kalau tahu, kamu pasti akan terkejut! Tapi, kalau kamu menyenangkannya, kelak kamu pasti akan bahagia.”

Dari perkataan itu, Naomi tahu bahwa hidung belang di hadapannya ini memiliki status yang tinggi. Jika mereka memang ingin bermain curang, dia pasti akan dirugikan dengan melawan mereka. Bagaimanapun juga, orang-orang dari lapisan bawah masyarakat bukanlah apa-apa di hadapan orang kaya.

Harga sebotol alkohol ini mencapai 200 juta. Berapa banyak orang yang mampu menghasilkan uang sebanyak itu dalam setahun? Namun, orang kaya malah bisa menghabiskan beberapa botol alkohol mahal itu dalam semalam. Jadi, bagaimana Naomi bisa melawan mereka? Lebih baik mereka langsung membunuhnya daripada meminta uang sebanyak itu darinya. Dia tidak punya uang untuk ganti rugi.

Setelah terdiam sesaat, Naomi pun bertanya sambil tersenyum, “Maaf, aku yang kurang peka. Pak Brian, tempat ini sangat ribut. Bagaimana kalau kita ngobrol berdua di luar?”

Brian langsung bersemangat dan terkekeh. Kemudian, dia bangkit dan menjawab, “Oke! Mari kita cari tempat yang lebih sepi. Jadi, kita bisa ngobrol lebih mendalam.”

Semua orang di dalam ruang privat pun segera bersorak, “Benar, benar! Makin dalam makin bagus! Hahaha!”

Setelah mendengar tawa mereka yang mengandung niat jahat, Naomi pun merasa muak dan ingin muntah. Namun, dia menahan rasa muaknya dan tersenyum sebelum berjalan keluar.

Baru saja hendak masuk ke lift, Caden kebetulan melihat Naomi yang berjalan ke arah pintu darurat. Dia pun menghentikan langkahnya dan menunjukkan ekspresi yang tidak dapat ditebak.

Pada detik selanjutnya, Brian berjalan keluar dari ruang privat, lalu buru-buru melangkah ke arah pintu darurat sambil bergumam, “Sayang, tunggu aku! Hehe.”

Ada banyak hal yang bisa terjadi di belakang pintu darurat di bar. Bagaimanapun juga, tempat itu sangat gelap dan sepi, juga merupakan tempat paling cocok bagi orang-orang yang tidak mampu menahan hasrat mereka saat berada di bar.

“Aku suka wanita sepertimu! Hanya dengan 1 lirikan, kamu sudah bisa membuatku terpesona. Jangan khawatir, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik. Setelah melayaniku sampai puas, kamu juga akan untung! Lihat saja bibir indah ini .... Cepat berlutut dan cium aku dulu ....”

Ucapan ini dapat membuat orang berimajinasi liar.

“Ah!” Tiba-tiba, terdengar teriakan Naomi.

Ekspresi Steven langsung berubah dan dia segera berkata, “Kak Caden, sepertinya Bu Naomi lagi dalam bahaya.”

Caden hanya mengerutkan keningnya dan tidak berencana untuk peduli pada Naomi. Namun, begitu teringat Rayden, dia mau tak mau berjalan ke arah pintu darurat. Kemudian, dia pun menyaksikan pemandangan yang sangat mengejutkan ....

Saat ini, kepala Brian dibungkus dengan plastik sampah warna hitam. Dia tergeletak di lantai sambil berteriak kesakitan dan melindungi kepalanya. Sementara itu, Naomi tidak berhenti menendang dan meninjunya. Meskipun kekuatan Naomi sangat lemah dan paling-paling hanya seperti anak SD yang berkelahi, Brian tetap berteriak kesakitan. Bagaimanapun juga, Naomi mengenakan sepatu hak tinggi.

Brian sepertinya sudah mabuk dan sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Setelah menghajar Brian untuk beberapa saat, Naomi pun terengah-engah. Dia juga tidak lupa membuat beberapa ekspresi mengejek ke arah Brian sebelum berpura-pura pingsan di lantai.

Setelah itu, Brian berdiri dengan terhuyung-huyung, lalu melepaskan plastik sampah yang membungkus kepalanya dan mengumpat, “Sialan! Siapa yang berani memukulku? Sudah bosan hidup, ya? Aku akan membunuhmu!”

Sementara itu, Naomi memegang kepalanya dan akhirnya “tersadar”. Kemudian, dia bertanya dengan pura-pura bingung, “Pak Brian, ada apa? Kepalaku sakit banget, seperti dipukul orang.”

“Ada orang yang tiba-tiba menyerangku! Apa kamu lihat siapa orangnya?”

“Nggak, aku langsung pingsan setelah dipukul tadi.”

“Kampret! Beraninya dia merusak hal baikku! Sayang, jangan takut. Aku akan segera suruh orang untuk menyelidikinya. Begitu menangkap pelakunya, aku akan membunuhnya!” umpat Brian sambil mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang.

Naomi berlagak takut, lalu memanfaatkan kesempatan ini untuk permisi pergi ke kamar mandi. Namun, baru saja dia berbalik, ekspresinya langsung berubah dan terlihat sangat menarik, seolah-olah sedang memaki Brian habis-habisan dalam hati.

Melihat situasi ini, Caden dan Steven pun tercengang. Setelah berpikir sejenak, mereka segera mengerti apa yang terjadi. Brian seharusnya ingin melecehkan Naomi. Namun, berhubung tidak dapat melawan Brian secara langsung, Naomi baru menggunakan cara selicik ini. Mereka benar-benar tidak tahu harus memuji kecerdasannya atau mengagumi keberaniannya.

Naomi berlagak takut dan berjalan keluar dari belakang pintu darurat dengan hati gembira. Namun, begitu melihat Caden dan Steven, dia langsung tercengang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (25)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
NAOMI CERDASSS JURUS AMPUH utk Mengalahkan laki² BRENGSEKKK hidung belang spt itu
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
NAOMI CERDASSS JURUS yg AMPUH MENGALAHKAN laki² hidung Belang spt itu
goodnovel comment avatar
Erah Jumaerah
ceritanya bagus ,lanjut ,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 14

    Caden menatap Naomi dengan kening berkerut dan menunjukkan ekspresi yang tidak dapat ditebak. Sementara itu, Steven menyapanya sambil tersenyum, “Halo, Bu Naomi.”Naomi menebak mereka pasti sudah melihat apa yang terjadi. Dia pun menelan ludah dengan susah payah karena merasa agak takut. Namun, sebelum sempat berbicara, tiba-tiba terdengar suara Brian berkata, “Ste ... Steven? Wah, kamu juga datang kemari? Baguslah! Tadi, aku tiba-tiba diserang orang. Cepat bantu aku selidiki siapa pelakunya!”Setelah Jessica menolong Rayden, seluruh Keluarga Senjaya pun ikut keciprat keuntungan. Brian tentu saja mengenal Caden dan Steven. Dari sudut pandangnya saat ini, dia hanya melihat Steven. Jadi, dia pun meminta bantuan pada Steven.Di sisi lain, sudut mulut Naomi tidak berhenti berkedut. Ekspresinya juga terlihat sangat menarik. Dia menatap Steven dengan ekspresi tidak percaya .... Ternyata mereka saling mengenal? Ke ... kenapa dia begitu sial?Steven masih menunggu Caden bersuara. Jadi, Naomi b

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 15

    Dylan sangat memahami Caden. Dia tahu hanya ada ibu kandung Rayden seorang di hati Caden. Selama ini, Caden benar-benar sangat menjaga diri. Meskipun ada banyak wanita yang mendekatinya, tidak ada seorang pun yang berhasil meluluhkan hatinya. Bahkan Jessica yang sudah berinteraksi dengannya begitu lama juga sama sekali tidak pernah menyentuhnya.Ekspresi Caden pun bertambah muram. Di benaknya, tidak berhenti berputar adegan di mana Naomi berjinjit, lalu menciumnya sambil menarik dasinya.Melihat Caden yang diam saja, Dylan juga tidak bertanya lagi. Dia hanya berkata, “Biarpun kesetiaanmu terhadap ibu kandung Rayden sangat mengharukan, kamu bahkan nggak tahu apa dia masih hidup atau sudah mati. Mungkin juga dia sudah nikah sama orang lain. Kalau sekarang dia sudah punya suami dan anak, juga hidup bahagia, apa kamu tega memisahkan mereka secara paksa?”“Ada banyak cara untuk balas budi, kok. Nggak harus paksakan diri untuk bersama. Buat apa kamu begitu jaga diri? Mungkin saja dia lagi a

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 16

    Kedua pengawal itu buru-buru menoleh. Namun, sebelum sempat melihat jelas tampang orang itu, mereka sudah diserang dari belakang dan langsung pingsan.Setelah melihat Naomi menghentikan taksi dan pergi, Hayden baru merasa tenang. Jika bukan karena Braden berpesan padanya untuk mengikuti ibu mereka secara diam-diam dan jangan menunjukkan diri selain dalam keadaan terpaksa, dia sudah langsung keluar dari tadi. Beraninya orang-orang ini melukai ibunya, apa mereka sudah bosan hidup? Setelah Naomi pergi, Hayden langsung pergi untuk mencari Jessica. Berhubung kakinya sudah terkilir, Jessica masih belum berdiri dari lantai sampai sekarang. Hayden berlari ke arah Jessica, lalu mulai berteriak dari kejauhan, “Bibi, minggir! Jangan halangi jalan!”Jessica menoleh ke arah datangnya suara dan melihat Hayden sedang berlari ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Akan sangat sakit apabila ditabrak anak yang larinya secepat kilat itu. Oleh karena itu, dia pun buru-buru berseru, “Ka ... ka ... kamu pela

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 17

    Pada saat yang sama, di Vila Maison.Vila yang besar ini terasa sangat dingin. Caden membawakan mie yang dimasaknya sendiri ke kamar Rayden. Saat ini, Rayden masih duduk di depan jendela sambil menatap ke luar. Sosoknya terlihat sangat kesepian.Melihat sosok Rayden yang seperti itu, Caden pun merasa sangat sedih. Dia berjalan menghampiri Rayden dan berkata, “Rayden, ayo makan dulu!”Rayden tidak bergerak dan masih tetap memandang ke luar.Caden menaruh semangkuk mie itu ke meja kecil di hadapan Rayden, lalu berkata, “Kalau kamu nggak makan, Mama akan sedih.”Begitu mengungkit tentang ibu, mata Rayden baru sedikit berbinar. Dia menatap Caden dan bertanya, “Apa kamu rasa Mama akan tahu?”“Tentu saja. Hati seorang ibu dan anaknya selalu terhubung. Dia akan tahu apa yang kamu pikirkan, juga tahu kamu nggak makan.”“Bagaimana kalau perasaan rindu? Apa dia akan tahu aku merindukannya?”“Dia pasti tahu.”“Kalau tahu aku merindukannya, kenapa dia nggak pulang untuk menjengukku?”Begitu menden

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 18

    Kecelakaan? Begitu mendengar jawaban itu, Jessica langsung merasa tenang. Sepertinya, tebakannya benar. Caden tidak menyukai wanita itu, tetapi wanita itu yang menggoda Caden. Ternyata wanita itu memang adalah wanita penggoda yang tidak tahu diri.Kemudian, Jessica mulai bersandiwara. Dia berkata, “Dia seharusnya salah paham soal hubungan kita. Jadi, dia bawa orang untuk memukulku dan hampir menghancurkan wajahku. Huhuhu ....”Jessica sengaja memutarbalikkan fakta supaya Caden membenci Naomi dan kasihan pada dirinya. Dia akan lebih gembira lagi apabila Caden mematahkan kaki wanita jalang itu demi dirinya. Bahkan dirinya yang sudah berjasa besar bagi Caden juga tidak pernah mencium Caden. Atas dasar apa wanita itu mencium Caden?“Di mana pengawalmu? Memangnya pengawalmu nggak peduli kamu dipukul?” tanya Caden.“Pengawalku juga dilukai orang yang dibawanya. Dia bawa sekelompok orang untuk datang menghajarku. Kalau bukan karena ada orang baik yang menemukan kami dan melapor polisi, mungki

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 19

    Caden mengerutkan kening dan terdiam sesaat. Setelah itu, dia berkata, “Tarik kembali dana sebesar 100 miliar yang kita investasikan pada Grup Senjaya. Sekalian telepon Jessica dan sampaikan padanya, aku nggak suka dibohongi.”Jessica sudah berulang kali berbohong pada Caden. Apa Jessica menganggapnya bodoh?Steven tahu Caden sudah marah. Dia pun mengangguk dan menjawab, “Oke!”Setelah kembali ke kamar Rayden dirawat, semua kedinginan yang terkandung dalam mata Caden langsung sirna dan digantikan dengan kasih sayang, rasa kasihan, serta ketidakberdayaan. Rayden masih tertidur lelap. Jadi, Caden duduk di sisi ranjang pasien dan mengelus-elus wajahnya dengan lembut.“Mama ...,” gumam Rayden dalam tidurnya.Melihat situasi ini, hati Caden pun bertambah sakit. Dia mengumpat dalam hati, ‘Wanita kejam, kapan kamu mau baru mau pulang? Putramu sangat merindukanmu. Begitu kamu pulang, penyakitnya akan langsung sembuh. Dia itu juga darah dagingmu, apa kamu sama sekali nggak menyayangi ataupun k

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 20

    Keesokan paginya, Naomi bangun sangat awal hari ini. Dia masih belum mengetahui dirinya sedang dipantau.Begitu melebarkan mata, dia langsung menelepon ke Vila Uwana untuk bertanya apakah Caden sudah pulang atau belum. Namun, dia malah tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari ujung telepon. Kepala Naomi sungguh terasa sakit. Entah kapan dia bisa terbebas dari ikatan pernikahan ini?Naomi tidak dapat melihat secercah cahaya sama sekali! Dia tidak menemukan harapan!“Haih ….” Naomi menghela napas. Berhubung masih pagi, Naomi kembali berbaring di atas ranjang sembari mengutak-atik ponselnya. Awalnya dia ingin melacak jejak keberadaan Caden. Alhasil, dia malah menemukan pengumuman pencarian orang hilang. Keluarga Himawan tidak berhasil menemukannya, mereka terpaksa mengunggah pengumuman pencarian orang hilang di internet.Sekarang setiap sosial media dan stasiun televisi sedang menyiarkan berita ini. Hanya saja, tidak terdapat foto dan nama dalam pengumuman tersebut. Mereka hanya menuli

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 21

    Jessica mendorong seluruh kesalahan ke diri Naomi, lalu memaki, “Dasar wanita jalang! Bukannya sembunyi, malah berani mondar-mandir di hadapanku! Apa dia nggak takut aku bakal bunuh dia?”Brian membalas, “Jessica, dengar-dengar Caden juga lagi di rumah sakit. Menurutmu, apa dia datang untuk mencari Caden?”Setelah mendengar ucapan pamannya, kedua mata Jessica spontan terbelalak lebar.“Dasar wanita nggak tahu diri! Dia malah ingin goda Caden. Padahal Caden sudah bilang dia nggak suka sama cewek itu, tapi cewek itu malah nggak tahu diri, terus dekatin Caden! Paman, kamu bawa dia pergi dari rumah sakit, lalu beri pelajaran kepadanya! Hancurkan mukanya dulu, lalu suruh orang untuk hancurkan kesuciannya. Setelah puas, baru jual dia ke luar kota. Aku nggak ingin melihatnya untuk selamanya!”Kedua mata Brian spontan berkilauan. Dia bisa menelepon Jessica juga demi menunggu jawaban ini. Dia takut setelah melecehkan wanita ini, nantinya Caden malah akan menyalahkannya. Jadi, dia ingin menjadi

Latest chapter

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1460

    ”Dia mengatakan aku mesti menyerahkannya kepada Dikara! Dia juga memberiku banyak uang, lalu berpesan kepadaku untuk jangan kembali lagi setelah meninggalkan Negara Amuriko. Katanya, di sana sangat bahaya!”“Dia juga berpesan kepadaku untuk jangan mengatakan kepada orang-orang kalau aku kenal sama dia, juga nggak boleh mengatakan kepada orang-orang masalah aku membawa barang itu kembali dari luar negeri! Dia bilang kalau ada kesempatan lagi, dia akan kembali untuk mengambil barang itu langsung dari Dikara. Kalau Darman nggak mengambilnya sendiri, dia akan menyuruh putranya untuk mengambilnya!”“Katanya, aku nggak boleh memberikannya kepada siapa pun selain kalian berdua! Aku nggak tahu benda apa itu. Waktu itu, aku pergi mencari bosku mengajukan pengunduran diri dengan menggunakan alasan keluargaku.”“Kemudian aku menaiki kapal dan berlayar melintasi lautan, butuh hampir sebulan penuh untuk kembali ke Kota Amari! Di tengah perjalanan, aku bahkan bertemu dengan bajak laut. Aku terpaksa

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1459

    Tanpa menunggu balasan dari Caden, si Gila langsung meraih pergelangan tangannya! Dia menarik Caden ke ruang tamu!Dinala segera menyeka air matanya. Baru saja dia hendak menyusul, langkahnya pun dihalangi oleh Steven. “Biarkan mereka berbicara berdua.”Kening Dinala berkerut. “Apa mereka saling kenal?”Steven membalas, “Ada … sedikit kisah.”Dinala merasa syok. “Kalian mendekatiku, sebenarnya demi mendekati Paman?”Steven merasa bersalah.Dinala benar-benar menganggap Steven sebagai teman, tetapi Steven malah bersikap tidak jujur, malah mendekatinya dengan maksud lain.Napas Dinala menjadi terengah-engah. Keningnya kelihatan berkerut. “Sebenarnya siapa kalian?”Steven merasa bersalah. “Aku sudah memanfaatkan adikmu, membuatku mencemaskannya. Aku minta maaf. Mengenai yang lain … kita bicarakan lagi nanti. Kami benar-benar nggak bermaksud jahat.”Dinala terdiam.Di dalam ruang tamu.Si Gila emosional. Dia menunjuk foto ayahnya Dinala. “Dia … dia ….”Caden melihat foto tua itu sekilas, l

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1458

    Baru saja Steven menyelesaikan omongannya, tinjuan langsung dilayangkan ke atas wajahnya!Si Gila kelihatan sangat marah. “Hubungi komplotanmu untuk jangan lukai Diaz! Sudah dengar, belum?”Steven melawan sembari menjerit Dinala, “Dinala, selamatkan aku! Dia memang sudah gila! Percaya sama aku, jangan dengar omong kosong si Gila itu!”Si Gila menjerit dan kembali melayangkan tinjuan, “Kamu yang gila! Kalau kamu nggak menghubungi komplotanmu lagi, aku akan habisi kamu! Aku akan habisi kamu!”Dinala segera melerai. “Paman, hentikan dulu. Ada yang perlu aku tanyakan sama dia.”Si Gila menatap Dinala dengan mata memerah. Suaranya terdengar terisak-isak. “Dinala, dia benar-benar sudah menculik Diaz. Dia itu orang jahat! Mereka ingin melukaimu dan juga Diaz! Dia ingin menjual orang tubuh kalian! Dia juga bilang akan memotong lidah Diaz!”“Aku sudah kedengaran! Aku sudah mendengarnya! Aku mendengar dengan telingaku sendiri! Paman nggak gila! Kamu percaya sama Paman! Paman nggak gila!”Steven

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1457

    Steven sengaja merendahkan nada bicaranya. “Sebentar lagi turun hujan. Akan gampang untuk beraksi! Aku sudah menyelidikinya. Orang tuanya sudah meninggal. Hanya ada seorang orang gila dan adik berumur 7 tahun di sisinya. Setelah hilang nanti, nggak ada yang bakal mencarinya.”“Kamu sudah berhasil menangkap adiknya? Bagus, kalian sembunyikan adiknya dengan baik! Nanti, aku akan bohongi dia untuk mencari adiknya. Saat di perjalanan, aku akan membuatnya jatuh pingsan, lalu membawanya pergi!”“Beri tahu pembeli, besok sudah bisa melakukan transplantasi hati. Suruh dia persiapkan uangnya! Selain itu, kamu hubungi lagi orang yang membutuhkan retina dan juga jantung. Anak-anak juga nggak masalah. Kondisi adiknya juga sangat sehat.”“Sudahlah. Sekarang aku akan pergi mencarinya. Kalian kirim video adiknya kepadaku. Aku mesti buat dia tahu kalau adiknya benar-benar lagi diculik.”Si Gila menahan napasnya berdiri di luar. Keningnya pun berkerut!Tiba-tiba si Gila kedengaran suara tangis Diaz. “S

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1456

    Mereka melakukan panggilan video selama setengah jam. Saat Naomi memanggil Hayden untuk makan, Hayden baru mengakhiri panggilan dengan tidak rela. Dia janjian untuk bertemu esok pagi.Panggilan diakhiri. Dinala segera bertanya pada Steven, “Apa ular itu ular asli?”Steven mengangguk dengan tersenyum. “Iya.”Dinala merasa sangat kaget. “Ular itu kecil sekali. Kenapa Nine malah terkejut seperti itu?”Steven berkata, “Putih bukan ular biasa. Ia sangat berbisa.”Kening Dinala berkerut. “Kenapa Hayden bisa punya hewan peliharaan yang begitu berbahaya?”Steven membalas dengan tersenyum, “Hayden pernah menyelamatkan Putih. Putih juga pernah menyelamatkan Hayden. Hubungan mereka sangat bagus, sama seperti kamu dengan Nine.”Dinala bertanya lagi, “Bukannya Hayden baru berusia 5 tahun? Kenapa dia bisa sehebat itu?”Steven berkata, “Dia belajar dari guru yang hebat. Ditambah lagi, Hayden memang punya bakat. Jadi, dia sangat hebat.”Dinala berkata, “Adikku lebih besar 2 tahun daripada Hayden, tapi

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1455

    Di seberang mereka terbentang ngarai yang dalam dengan tebing curam dan berbahaya. Terdapat banyak ekor elang yang tidak terhitung jumlahnya terbang melayang di langit sambil melantunkan kicauan nyaring!Pemandangan itu begitu spektakuler, seperti adegan dari sebuah film saja!Dinala berkata, “Tempat ini adalah salah satu habitat elang. Coba lihat ke sana, induk elang sedang mengajari anak-anaknya terbang. Kalau di sebelah sana, anak elang lagi belajar berburu.”Steven tersadar dari bengongnya, lalu melihat ke sisi Dinala. Kali ini, dia baru mengerti maksud Dinala membawanya kemari. Hayden menyukai burung elang. Jadi, Dinala sengaja datang ke sini untuk melakukan panggilan video dengannya. Dinala memang niat sekali.“Hayden pasti menyukainya. Sekarang aku akan lakukan panggilan video sama dia.”Steven menelepon jam tangan cerdas Hayden. Panggilan berdering beberapa kali, baru Hayden mengangkat panggilan.Napas bocah cilik itu terengah-engah. Keringat membasahi kepalanya. “Paman Steven.

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1454

    Pada pukul enam pagi, Caden dan Steven tiba di rumahnya Tosca. Dinala dan adiknya telah tiba.Ketika melihat Caden dan Steven, Diaz berlari menghampiri mereka dengan gembira, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam. Dia pun berkata dengan riang, “Kakakku sudah beri tahu aku masalah kalian ingin membantu desa untuk mendirikan sekolah dan perpustakaan, juga akan membantu kami untuk mencari guru. Tahun depan aku nggak usah sekolah di luar kota lagi! Terima kasih, ya!”Nada bicara Caden terdengar lembut. “Nggak usah sungkan.”Steven mengusap kepala Diaz dengan lembut. “Belajar dengan baik. Benar apa kata papa dan kakakmu, pengetahuan bisa mengubah nasib seseorang.”“Emm! Aku akan berusaha!”Dinala juga maju untuk mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Caden. Caden membalas dengan sopan, “Kalau kamu punya pemikiran lain, kamu bisa ungkit dengan Steven. Kami akan membantu kalau kami sanggup.”Dinala merasa terharu. Dia terus berterima kasih.Semalam Dinala tidak sepenuhnya percaya

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1453

    Steven mengerti maksud Caden. Hatinya terasa berat. Dia tidak bisa tidur di malam hari, terus memikirkan bagaimana cara untuk menguji orang gila itu?Seandainya orang gila itu sedang pura-pura gila, tanpa cara yang bagus, pasti tidak akan berhasil untuk mengujinya. Kebohongan si Gila tidak akan terbongkar dengan gampangnya. Sebenarnya apa yang seharusnya dilakukan Steven?Steven merenung selama semalaman. Baru saja dia tertidur, dia pun dibangunkan oleh Hayden. Steven mengangkat panggilan video dengan mengantuk. “Halo, Hayden.”Bocah di ujung telepon kelihatan sangat bersemangat. Suaranya terdengar lantang. “Paman Steven, kenapa kamu masih tidur?”Steven melihat jam, lalu bertanya, “Masih belum jam 5. Kenapa kamu bangun lagi?”“Emm, tidur awal bagus untuk kesehatan. Aku selalu bangun pada jam segini. Di mana kakak perempuan itu dan juga Nine?”Steven menegaskan dengan malas, “Dia itu kakak laki-laki.”“Bukan kakak laki-laki, dia itu kakak perempuan!”“Dia itu kakak laki-laki.”“Kakak p

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 1452

    Steven bertanya lagi, “Aku lihat burung elang orang lain akan berdiri di atas lengan majikannya. Kenapa Nine selalu suka berdiri di atas pundakmu? Apa cakarnya akan melukaimu?”“Nggak, kok. Nine tahu batasan. Saat ia berdiri di atas pundakku, ia nggak akan mencengkeram dengan cakar tajamnya, melainkan berdiri di bagian pundak yang memiliki bantalan.”“Bantalan? Di mana? Apa di dalam pakaian?” Steven meraba pundak Dinala dengan penasaran. Ekspresi Dinala langsung berubah. Responsnya sangat besar. “Lepaskan!”Steven terbengong sejenak, lalu berkata dengan tersenyum getir, “Kamu hanya mewaspadaiku atau selalu mewaspadai setiap orang?”Dinala merasa tidak senang. “Aku pernah bilang sebelumnya. Aku nggak suka berhubungan terlalu mesra dengan orang lain.”“Gerakanku ini nggak tergolong mesra. Aku hanya menyentuh pundakmu saja. Kamu itu cowok, ‘kan?”Ujung bibir Dinala berkedut. Dia menarik tali kuda. “Ciah!”Kuda yang menerima perintah langsung bersemangat dan mempercepat langkahnya untuk k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status