Share

Bab 6

Di dalam mobil, Farhan terus mengoceh tanpa henti. "Lagi mikirin si Bisu?"

"Nggak, siapa juga yang mikirin dia," jawab Hansen dengan nada dingin, lalu melemparkan ponselnya ke samping.

"Kalau kamu memang nggak suka sama dia, sebaiknya katakan saja terang-terangan. Dia itu bisu, kasihan sekali."

"Kasihan?" Hansen menarik dasinya dengan kesal.

"Apa yang perlu dikasihani? Aku memberinya makanan dan minuman, membesarkannya sampai sekarang, tapi hasilnya? Aku malah membesarkan orang yang nggak tahu berterima kasih dan egois! Baru negur dia sedikit saja, dia malah ngambek dan perang dingin sama aku. Hebat sekali."

"Bagaimanapun, kalian tumbuh bersama. Meskipun nggak ada cinta, pasti ada rasa sayang seperti saudara. Kenapa kamu nggak telepon dia untuk baikan?"

"Nggak usah." Hansen melirik ponselnya dan suaranya semakin dingin, "Siapa juga yang mau manjain dia dengan sifat buruknya ini!"

Meskipun berkata demikian, beberapa saat kemudian, Hansen tetap mengambil ponselnya dan mengirimiku pesan. Isinya sangat sederhana.

[ Besok malam aku akan pulang untuk makan malam. ]

Lihat saja. Bahkan saat ingin berdamai sekalipun, sikapnya tetap begitu angkuh dan tidak pernah memedulikan perasaanku.

Namun, yang tidak diketahuinya adalah, dia tidak perlu lagi memikirkan perasaanku setelah ini. Aku sudah tidak bisa merasakannya lagi.

Di dalam mobil, terdengar bunyi notifikasi WhatsApp. Hansen membuka matanya dengan kebingungan.

"Farhan, kamu dengar suara ponsel tadi?"

"Nggak mungkin. Di dalam mobil ini cuma ada kita berdua, mana mungkin ada suara ponsel? Kamu pasti terlalu capek akhir-akhir ini sampai mulai berhalusinasi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status