Share

Bab 7

Doni berjalan ke sana dan berbisik pada Calvin, "Aku yakin kamu menderita tumor ganas!"

"Apa?" Wajah Calvin menjadi pucat. "Nggak mungkin, aku masih muda."

"Kanker pada usia muda bisa terjadi di seluruh dunia." Doni berkata dengan berat hati, "Aku nggak bohong. Kebiasaan hidupmu sangat nggak sehat, jadi kamu termasuk dalam kelompok orang yang rentan terjangkit kanker. Kalau nggak percaya, kamu bisa periksa di rumah sakit."

Saking panik, punggung Calvin dibasahi keringat. Seluruh pikiran Calvin penuh dengan kata "kanker". Itu merupakan penyakit terminal! Tanpa berpikir panjang, Calvin berucap pada Reyhan dan yang lain, "Aku pergi dulu, ada urusan lain." Lalu, Calvin berjalan ke luar tanpa menoleh ke belakang.

Reyhan terbengong. Ketika Calvin sampai di depan pintu, Reyhan berseru, "Tuan Muda Calvin! Tuan Muda Calvin, kenapa kamu tiba-tiba pergi? Tunggu!"

Namun, Calvin seolah-olah tidak mendengar Reyhan. Calvin berjalan ke luar dan segera hilang.

Reyhan akhirnya bisa mengundang Calvin dengan segenap jerih payah. Reyhan ingin pamer di depan Helen dan menunjukkan koneksinya. Tak disangka, Calvin langsung pergi setelah mendengar entah apa yang dikatakan oleh Doni.

Reyhan bertanya dengan marah, "Doni, apa yang kamu katakan pada Tuan Muda Calvin?"

Doni mengangkat bahu. "Aku bilang dia punya penyakit, jadi dia pergi periksa."

"Dari mana kamu lihat Tuan Muda Calvin punya penyakit?" Cherry mengernyit dan menyeletuk, "Kuberi tahu, ya. Kalau Tuan Muda Calvin sudah periksa di rumah sakit dan nggak punya penyakit, kamu tunggu mati saja! Helen nggak akan menolongmu!"

Doni tersenyum. "Aku ini dokter profesional dan bersertifikat! Tolong jangan meragukan keprofesionalanku dengan kebodohanmu!"

"Cih!" Cherry memelototi Doni karena tidak bisa membantah. Lalu, Cherry menarik Helen dan berbisik, "Kampungan ini mengeyel!"

Wajah Helen juga masam. Helen ingin mengambil kesempatan itu untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Cahyo. Alhasil, Calvin langsung pergi karena ditakuti oleh Doni.

Dasar Doni! Pria payah tak berguna!

"Helen, Cherry, jangan hiraukan kampungan itu!" Reyhan bisa melihat bahwa Cherry dan Helen sangat jengkel pada Doni. Jadi, Reyhan sengaja berkata, "Ayo kita pergi main. Olahraga bangsawan seperti anggar lumayan asyik juga."

Helen tersenyum dan berucap, "Aku nggak bisa, harus lihat dan belajar dulu."

Cherry memberi isyarat mata pada Reyhan. "Kak Reyhan, cepat naik ke panggung dan peragakan pada Helen!"

Reyhan pun paham dan mengiakan. Lalu, Reyhan meminta seorang temannya untuk menjadi lawan. Mereka mengenakan seragam khusus dan naik ke gelanggang pertandingan.

Seketika, semua orang memusatkan perhatian ke gelanggang. Sementara itu, Doni diabaikan oleh mereka semua.

Doni tidak keberatan, malah merasa leluasa.

Di gelanggang, Reyhan bergerak bebas dan leluasa, serta menusukkan pedang dengan elegan. Setiap gerakannya memikat hati para gadis yang menonton.

Di tengah perbincangan, Reyhan dengan mudah menjatuhkan pedang di tangan lawannya.

"Keren! Gerakannya sangat indah," puji Cherry.

Reyhan melepas helmet, hendak menyuruh Helen dan Cherry untuk mencoba di atas gelanggang. Tiba-tiba, Reyhan melihat Doni berdiri santai di sana sambil memainkan sarung tangan yang entah di ambil dari mana. Reyhan mendapat ide. Jadi, Reyhan menunjuk sederet pedang di samping dan berseru, "Doni, apa kamu mau naik dan coba?"

Doni menggelengkan kepala. "Aku nggak tertarik dengan permainan banyak gaya seperti itu."

Ucapan itu langsung membuat pria-pria yang lain jengkel.

"Apa katamu? Kampungan sepertimu juga berani meremehkan anggar?"

"Nggak berani ya bilang nggak berani, buat apa menghina olahraga mulia ini? Kepribadiannya, ckckck, benar-benar nggak layak!"

"Penakut!"

Cherry mendengkus dengan dingin. "Doni, terus saja berbual untuk sembunyikan rasa pesimismu. Helen baik hati bawa kamu main ke sini. Tadi kamu sudah membuat Tuan Muda Calvin pergi karena omong kosongmu. Sekarang kamu berbual lagi. Kamu benar-benar nggak hargai Helen."

Reyhan menyahut dan berkata dengan cuek, "Nggak masalah kalau kamu langsung bilang kamu nggak bisa, tapi aku nggak suka dengan omonganmu ini. Bisa-bisanya kamu meremehkan anggar? Kalau begitu, apa kamu berani bertanding denganku?"

Melihat semua orang marah, Helen mengernyit. "Doni, kamu sudah melewati batas. Kalau kamu benaran nggak bisa, minta maaf pada semua orang."

"Istriku sayang, aku berkata apa adanya. Kenapa kamu juga nggak percaya padaku?" Doni memasang ekspresi polos. "Ini hanya permainan banyak gaya!"

Ekspresi Helen makin dingin.

"Baiklah ...." Doni tersenyum tak berdaya. "Mana bisa aku mempermalukan istriku di luar? Kalau begitu, ayo kita bertanding."

Doni berbicara sambil berjalan menuju gelanggang.

Semua orang termangu, lalu tertawa mengejek.

"Dia benaran berani naik?"

"Hahaha, konyol sekali. Kampungan sepertimu juga berani bicara dengan lancang?"

Doni tidak berkata apa-apa.

Doni malas untuk menghiraukan mereka. Doni asal mengambil sebuah pedang dan mendesak, "Ayo cepat!"

Reyhan terbengong. "Kamu nggak pakai pelindung?"

"Nggak usah repot-repot. Pedang baja ini tumpul, hanya mainan, nggak akan bisa melukai orang."

Reyhan marah sehingga menyeringai sinis dan berkata, "Oke, mainan, ya? Jangan salahkan aku kalau aku melukaimu nanti."

Doni mengernyit. "Kamu cerewet sekali!"

Tidak hanya Reyhan yang marah karena sikap Doni, yang lain juga tidak bisa berkata-kata.

Dari cara memegang pedang, Doni jelas tidak tahu apa-apa tentang anggar, tetapi masih berlagak sok. Bukankah cari mati?

Helen agak gugup. Walau tidak menyukai Doni dan ingin menyingkirkan Doni sejauh mungkin, Helen tidak pernah berniat untuk membiarkan Doni jatuh dalam masalah besar.

Cherry langsung menghibur Helen, "Helen, jangan khawatir, nggak akan kenapa-napa. Kak Reyhan sangat terampil dan tahu batas, nggak akan terjadi apa-apa."

Helen pun setuju dan merasa lebih tenang.

Reyhan melangkah ke depan dan menusukkan pedang dengan cepat.

Para pria bersorak girang.

"Keren! Gerakan Tuan Muda Reyhan tangkas dan nggak banyak gaya, nggak kalah dengan atlet profesional."

"Lihat posisi orang itu, lemas begitu, sama sekali nggak bisa melawan."

"Dengan serangan ini, dia pasti akan lumpuh."

"Hahaha, dia terlalu sok. Lihat bagaimana dia mati ...."

Sebelum pria-pria itu selesai berbicara, Reyhan menjerit dan pedangnya jatuh ke lantai dengan bunyi nyaring.

Hah?

Mengapa bisa begitu?

Semua orang terperanjat.

Mereka memandang satu sama lain dan tidak berani memercayai apa yang terjadi.

Helen dengan kaget menurunkan tangannya yang menutupi mulut. Tadi dia berpikir Doni akan terluka. Alhasil, situasi berubah dengan secepat kilat.

Doni membuang pedangnya ke samping dan turun dengan ekspresi kosong.

"Kak Reyhan, bagaimana kamu ini?" bisik Cherry setelah menghampiri Reyhan.

Sebelumnya, Cherry sudah berjanji akan menghabisi Doni untuk Helen. Sebaliknya, Reyhan yang membuat malu.

Reyhan sangat enggan. Akan tetapi, gerakan Doni tadi sangat cepat sampai tidak bisa dia lihat dengan jelas. Selain itu, titik serangan Doni juga akurat. Lebih ngeri lagi, tenaga Doni sangat kuat sampai membuat tulang Reyhan sakit.

Tidak dapat dipastikan apakah Doni terampil dalam anggar atau tidak, tetapi Reyhan tahu betul kekuatan dan kecepatannya kalah jauh dengan Doni. Jika terus bertanding, dia pasti akan kalah lagi.

Reyhan mendapat ide. Reyhan berbisik pada Cherry, "Aku lihat dia nggak pakai pelindung dan masker, jadi aku simpan tenaga karena takut melukainya. Nggak nyangka malah lengah."

Reyhan tidak ingin memberi kesan pada Helen bahwa dia tidak bisa menerima kekalahan. Jadi, Reyhan berlagak murah hati dan berseru, "Sudahlah, kalah ya kalah. Siang ini, ayo kita ke Restoran Pasifik. Aku traktir kalian makan makanan laut!"

"Tuan Muda Reyhan murah hati sekali!"

"Tuan Muda Reyhan adalah pria sejati!"

Di tengah sanjungan orang-orang, Reyhan melirik Helen dengan bangga. Walau kalah dalam anggar, pada kenyataannya, dialah yang menang! Bagaimana mungkin kampungan seperti Doni bisa mentraktir di Restoran Pasifik?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Joni Soto
pada kmna yaa??
goodnovel comment avatar
fhisersam
hmm, sepi yg komen
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status