Beberapa bulan lalu … keadaan Ayunda sedang tidak baik-baik saja.
Gadis itu mabuk berat setelah merayakan hari ulang tahun salah satu sahabatnya di sebuah apartemen. Sepertinya, ada yang sengaja menukar koktail tanpa alkohol miliknya dengan minuman yang seharusnya tak ia minum. "Ayunda…." Samar-samar, ia merasakan David–sahabat dan asisten kakaknya itu–sedang menepuk-nepuk pipinya. Pria itu memang ditugaskan untuk menjemputnya malam ini. Tentu, dia tak menolak karena Ayunda dan dirinya diam-diam menjalin hubungan. Ya, mereka terpaksa menyembunyikannya karena David terlahir dari keluarga sederhana, sementara keluarga Ayunda mencari calon menantu yang setara. Meski demikian, Ayunda berjanji akan membuka rahasia itu setelah lulus S2 di tahun depan! "Kak David, kok ganteng banget sih?" ucap Ayunda tanpa sadar. Tubuhnya yang panas seolah mendamba sentuhan David yang tampak terkesiap. Untungnya, pria itu berhasil mengendalikan diri. Setelah memastikan tidak ada yang melihat seperti apa keadaan Ayunda saat ini, dia pun hendak keluar dari kamar. Sayangnya, Ayunda menahannya. "Kak David, jangan pergi.” Dia bahkan memeluk David dan melumat bibir pria itu untuk pertama kali! "Ayunda, lepaskan. Jangan sampai ada yang melihat aku di sini," ucap David sambil berusaha untuk melepaskan dirinya. Hanya saja, pengaruh alkohol terlalu kuat. Ayunda kembali berdiri di atas ranjang kemudian memeluk David membuat langkah kaki pria itu pun harus tertahan kembali. Lagi-lagi Ayunda pun melingkarkan tangannya pada tengkuk lehernya. Seakan tak ingin David pergi untuk meninggalkan dirinya begitu saja. Kemudian tanpa sengaja Ayunda pun terjatuh yang tentunya membuat David ikut terjatuh karena tarikan Ayunda yang refleks. Otak David semakin tidak karuan saat terjatuh menimpa tubuh Ayunda. "Mereka udah ngapa-ngapain tadi sama pacarnya di sana," ucap Ayunda semakin tidak karuan, “masa aku peluk aja, gak boleh?” Tapi David tak perduli, dia pun terus berusaha untuk menguasai dirinya. "Ayunda, kamu akan menyesal–" Hanya saja, Ayunda justru kembali melumat bibir David tanpa ampun. Tangannya berkeliaran, hingga David kehilangan kontrol atas dirinya. Bagaimanapun dia adalah seorang pria dewasa dan normal! Hasrat yang telah menggebu karena ulah Ayunda yang memang ia cintai pun tak terbendung malam itu. *** “Akkh…” Pagi harinya Ayunda terbangun dengan kepala yang begitu pusing. Dia langsung memijat kepalanya yang terasa pusing dan menatap sekelilingnya, hingga menyadari kini tanpa sehelai benang pun! Kepingan-kepingan ingatan pun mulai bertebaran di kepalanya…. "Jadi ini nyata?" gumamnya, tak percaya. Ayunda pikir kejadian kemarin hanyalah mimpi! Jika saja Ayunda tahu itu nyata, dia tak akan mungkin menggoda David dengan brutalnya meskipun mereka berdua saling mencintai. Lalu di mana David? Toktoktok! Suara ketukan pintu kamar menyadarkan gadis itu. Cepat-cepat Ayunda pun membereskan pakaiannya yang berserakan di lantai, kemudian dia pun segera menuju kamar mandi. "Yunda?" panggil Wina. "Yunda lagi mandi, Ma," jawab Ayunda setengah berteriak dari dalam sana. "Kamu ngampus nggak hari ini?" "Iya, Ma," jawab Ayunda lagi. "Mama pinjam mobil kamu ya, Mama ada acara di kantor Papa. Kamu berangkat bareng David aja, mobil Mama di bengkel," ucap Wina lagi. "Iya, Ma." Tak ada pilihan lain. Ayunda pun harus pergi kuliah bersama dengan David. Kini keduanya berada di dalam mobil dalam diam. Jika biasanya Ayunda akan banyak bercerita namun tidak dengan kali ini. Dia duduk di samping David, tapi tatapannya terus ke luar dengan perasaan kacau. Cit! Ayunda terkesiap ketika David menepikan mobil dan mulai menatapnya. "Sayang," panggil David. Ayunda pun menoleh tapi air matanya juga ikut menetes dari pelupuk matanya, bibirnya begitu berat untuk berbicara setelah menyadari apa yang terjadi tadi malam. Kemudian David pun menariknya ke dalam pelukannya, berusaha untuk menenangkan hati Ayunda. "Aku akan tanggung jawab," kata David dengan yakin. Karena dia tahu apa yang kini tengah menjadi beban pikiran kekasihnya tersebut. "Kakak, janji?" tanya Ayunda dengan suara bergetar hebat. "Iya, Kakak sayang sama kamu. Kita akan menikah." David pun mengecup kening Ayunda. Pria itu tampak menyesal karena telah merenggut kesucian Ayunda sebelum waktunya. "Jangan sedih lagi, dalam waktu dekat ini keluarga Kakak akan datang ke rumah kamu." Ayunda akhirnya mengangguk. Dia hanya ingin menikah dengan David secepatnya apapun yang terjadi. Bahkan, wanita itu tidak lagi memikirkan apakah nantinya keluarganya akan sangat terkejut mendengar semuanya? Sayangnya, setelah mengucapkan janji tersebut, David tidak bisa dihubungi sama sekali! Bahkan, pria itu tidak memberitahu padanya kemana dia pergi. Ayunda cemas. Dia pun memutuskan untuk menemui Kakaknya. Mungkin, dia tahu ke mana David pergi, kan? "Kak," panggil Ayunda sambil berjalan masuk ke ruang kerja sang Kakak. "Apa?" tanya Zidan bingung dengan keberadaan sang adik. Ayunda pun tampak ragu untuk mengutarakan tujuannya. "Hey, kalau mau melamun pergi sana!" kesal Zidan karena sang adik tak juga bersuara. "Kamu mau ngapain ke sini?" "Kak David dimana ya, Kak?" akhirnya setelah dengan susah payahnya dia pun berhasil mengutarakan pertanyaan. "David?" tanya Zidan lagi seakan penuh rasa penasaran. Selama ini, tidak pernah satu kali pun Ayunda bertanya tentang David. Kenapa tiba-tiba…?"Itu, Kak. Soalnya Yunda kesulitan buat thesis, Ayunda kan biasanya dibantuin Kak David, atau Kakak aja yang bantuin?" ucap Ayunda memberi alibi dengan cepat. Mendengar itu, kecurigaan Zidan pun lenyap. "Kerjain aja sendiri! Oh iya, kalau David, dia pulang ke rumah orang tuanya. Mungkin dia mau dijodohkan dengan pilihan Ibunya," jawab Zidan. "Dijodohkan?" kaget Ayunda sambil berusaha untuk terlihat tetap baik-baik saja. "Iya, sudah lama dia itu dijodohkan. Bahkan, dari kecil kayanya deh sama anak sahabat Ibunya. Tunangan sejak kecil pokoknya," kata Zidan lagi. Deg! Ayunda pun kehabisan kata-kata saat mendengar apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Tanpa bersuara lagi, dia pun segera pergi dari sana. Sementara Zidan hanya menatap punggung Ayunda dengan santai karena adiknya itu memang datang dan pergi sesukanya selama ini. Sayangnya, pria itu tak tahu ada rasa yang berkecamuk di dada Ayunda saat ini. Bertapa runtuhnya dunia Ayunda karena mendengar ucapan sang Kakak yang tidak men
Ayunda kembali terkesiap kala menyadari tatapan David begitu dingin padanya.Kini keduanya tampak sangat asing, padahal dulunya pernah saling mencinta dan tak jarang bergenggaman tangan dengan erat. Bahkan, ucapannya juga terdengar kasar dan asing di telinga wanita itu….. Jauh berbeda dengan yang dulu. Tapi, apa yang dapat Ayunda harapkan dari suami orang? Ayunda tersenyum getir. Namun, tiba-tiba ada gerakan dari dalam perutnya membuat Ayunda terkesiap. Mata David juga tertuju pada perut Ayunda. Akan tetapi, seperti ada kebencian terhadap apa yang dia lihat saat ini.David mengepalkan tangannya menahan rasa bencinya. "Terima kasih, aku permisi," ucap Ayunda memilih tak peduli. Dicopotnya selang infus di tangannya dengan terburu-buru. Ada setitik darah yang keluar, tapi tidak masalah. Sebab, itu tidak seberapa dibandingkan luka di hati yang terpaksa wanita itu sembunyikan dari semua orang, termasuk David. Brugh! Ayunda perlahan turun dari atas ranjang. Namun, seoran
"David?" Dirga, ayah dari Zidan dan Ayunda, yang telah lama tidak bertemu dengan David seketika memanggilnya. Akhirnya pria itu pun tidak bisa pergi begitu saja. "Tuan Dirga," sapanya ramah. "Ayo, masuk! Kenapa hanya duduk diam di dalam mobil? Kamu pasti mau ketemu Zidan, kan?" tebak pria paruh baya itu akrab. Dia tahu seperti apa kedekatan antara anaknya dan David. Meskipun David pernah menjadi asisten anaknya, tapi mereka sudah bersahabat sejak lama. Bahkan, sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Hal ini membuat David semakin kesulitan untuk menolak. Berjalan beriringan, keduanya pun masuk, sampai David tak sengaja melihat bingkai foto pernikahan Ayunda dan Erwin dipajang di ruang tamu…. Sejenak, pria itu bahkan mematung karenanya. "Itu adalah foto pernikahan Ayunda, kamu tidak lupa seperti apa bocah itu membuatmu sibuk karena ulahnya yang bermacam-macam?" seloroh Dirga yang tak tahu pergulatan batin David saat ini. Seketika itu juga David pun tersenyum tipis–mencoba me
Ayunda kini menuju meja makan. Perutnya sudah sangat lapar karena ternyata sejak pagi tadi belum makan sama sekali. Hanya saja, ia terkejut menemukan Erwin sudah kembali. Bahkan, David juga ikut makan malam bersama! "Yunda, duduk. Malam ini kita akan makan malam dengan tamu istimewa," ucap Wina. Ayunda pun hanya bisa mengangguk pelan menurut pada ucapan ibunya itu. Dia memilih duduk di samping Erwin dan berhadapan dengan David. "Ayunda, isi piring suamimu," ucap Wina lagi mengingatkan Ayunda akan kewajibannya sebagai istri. Ayunda kembali menganggukkan kepalanya sambil bergerak untuk mengisi piring Erwin. Isi pikirannya terlalu banyak, hingga dia tidak bisa melakukan apapun tanpa diperintahkan. "Entah kapan kita dilayani istri, ya?" keluh Zidan. "Semoga kalian juga segera nyusul, kemudian punya anak. Tidak sabar menunggu hari kelahiran calon cucu dari Ayunda dan Erwin," ucap Wina sambil tersenyum pada sang anak. Deg! Jantung Ayunda seketika berdetak lebih k
"Kalian?" Ayunda terkesiap melihat wajah Erwin, dia semakin bingung harus bagaimana. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi, Erwin memergoki dirinya dan David berada di dalam kamar. Sementara David terlihat santai saja, membuat Ayunda merasa bingung dengan sikap pria itu. "Erwin, aku tidak tahu kenapa dia ada di sini," terang Ayunda berusaha untuk menjelaskan pada Erwin. Karena itu adalah kenyataan sebenarnya. Lalu Erwin pun menatapnya dengan penuh intimidasi, membuat keadaan semakin sengit. "Pergi dari sini!" geram Ayunda karena David masih saja berdiri di sana tanpa bergerak sama sekali. Apa lagi mencoba untuk menjelaskan pada Erwin tentang apa yang sebenarnya terjadi, rasanya tidak mungkin. Lihat saja bukannya segera pergi David justru kembali bertanya padanya. "Tadi kamu meminta ku untuk masuk ke sini, sekarang mengusir ku?" tanya David seakan tak percaya. Ayunda pun syok mendengar ucapan David, dia pun menatap wajah Erwin sambil menggelengkan kepalanya. "K
Pagi harinya Ayunda mencoba untuk bangkit kembali dari keterpurukannya, dia ingin memperbaiki semuanya. Termasuk hubungannya dengan Erwin. Tidak ada kata terlambat untuk memulai semuanya bukan? Meskipun semalaman Erwin tidak pulang ke rumah dia tetap akan berusaha untuk bersikap baik. Dia juga sangat yakin jika kini Erwin berada di kantornya. Sambil berdiri di depan cermin, Ayunda terus memperhatikan wajahnya dengan mata yang bengkak akibat menangis semalaman, sekaligus menatap dirinya sendiri dengan perut buncitnya yang begitu jelas terlihat. Mengelus perutnya dan merasakan gerakan dari dalam sana. Janin tersebut adalah semangat terhebatnya, dia bisa bangkit kembali karena janin tersebut. Tujuan Ayunda kini terlebih dahulu menemui Lisa, ataupun sahabatnya yang telah berkhianat dengan suaminya sendiri. Ayunda ingin meminta Lisa meninggalkan suaminya. "Kamu bisa Ayunda, kamu adalah wanita yang kuat!" ucap Ayunda memberikan semangat pada dirinya sendiri. Dia bahkan
Dunia Ayunda benar-benar berubah berantakan setelah kesalahan satu malam yang dia lakukan. Andai waktu bisa diputar kembali mungkin dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Andai hari itu tidak pernah terjadi apa-apa, tentu saja saat ini tidak akan menikahi Erwin karena terdesak oleh keadaannya. Andai dan andai hanya itulah yang bisa terucap didalam hatinya, sisa-sisa penyesalan ini begitu menyiksanya. Sadisnya lagi kini Erwin menjadikan rahasianya sebagai senjata untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya jika dirinya akan diperlakukan seperti ini. Bahkan malam ini dia harus rela menemui seorang pria yang katanya adalah seorang CEO dari perusahaan raksasa sebagai syarat bekerja sama dengan perusahaan Erwin. Apakah dia sedang dijual untuk mendapatkan tujuan? Suami menjual istrinya sendiri? Ini tidak masuk akal. Tapi Ayunda hanya bisa pasrah, melakukan semua ini dengan kepasrahan. Entah sampai kapan dirinya terus seperti
Di tengah malam yang gelap ini hanya ada penerangan bulan yang menerangi bumi. Bulan yang terang tanpa tertutup awan hitam. Hanya saja kehidupan Ayunda yang kini berbanding terbalik dengan sebelumnya, air matanya tak hentinya menetes membasahi pipinya yang mulus. Rasa sakit ini terasa semakin dalam hingga ingin menyerah, keadaan tidak membiarkan dia untuk bahagia. Sampai kapan ini akan terjadi? Bahkan Ayunda sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk tetap melanjutkan hidup, terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang itu sangat sulit. Ditengah jalan raya ini dia terus saja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bayangan wajah David tak bisa hilang dari pandangannya. Sakit dan perihnya tidak dapat terucapkan oleh bibirnya. Jika tidak bisa bersama kenapa harus bertemu lagi, padahal Ayunda sudah menutup hatinya untuk pria tidak bertanggungjawab itu. Tapi David pun seakan asing baginya, dia jauh berbeda dari yang dulu. Semua kenangan indah bersama pun mulai b
David pun sudah dibawa pulang ke rumah, dia akan melanjutkan pemulihan di rumah. Tapi David tidak bisa diam saja, dia tetap bekerja meskipun membutuhkan waktu untuk beristirahat. Semetara Ayunda yang masih terus berusaha untuk merawat David karena rasa terimakasihnya. "Kak, Yunda buatin kopi," kata Ayunda. David yang tengah duduk di atas ranjang pun tercengang. Kopi? Bagaimana mungkin Ayunda membuat kopi? Bagaimana dengan rasanya? "Kakak, nggak yakin ya?" tanya Ayunda. "Yakin," David pernah sebelumnya meminum kopi buatan Ayunda dan rasanya sangat tidak karuan. Tapi bagaimana dengan saat ini, dan bagaimana jika dirinya menolak? Akhirnya memberanikan diri untuk meneguknya semetara Ayunda menunggu komentar dari David. Tapi ternyata rasanya cukup baik membuatnya pun kembali meneguknya lagi. "Kamu sudah pintar membuat kopi ya?" celetuk David. "Hehe," Ayunda pun tersenyum karena merasa bahagia akan pujian David. "Diajarin sama Tere," kata Ayunda sambil cengenge
Rasanya seperti berada di tengah teriknya matahari yang bersinar. Entah mengapa Ayunda begitu tegang saat membantu David untuk melepaskan pakaiannya. Bahkan tangannya juga terasa bergetar. Dia merasa terlalu munafik untuk merasakan hal yang seperti ini. Dia bukan perawakan? Ayunda, jangan merasa kau tidak pernah melakukannya. Berulangkali mencoba untuk menyadarkan dirinya bahwa dirinya tak perlu setegang ini. Tapi rasanya tidak semudah itu, dia tetap saja tak bisa tenang. Hingga suara ponsel David pun terdengar. Sejenak Ayunda pun menghentikan aktivitasnya dan David pun melihat layar ponselnya. David pun segera menerima panggilan telepon. "Berikan pada harimau!" perintahnya. Ayunda pun menatap wajah David penuh tanya dia penasaran apakah yang dimaksud oleh pria ini. "Kak," panggilnya dengan suara pelan. "Ya?" tanya David. "Kakak, cuman nakutin dia aja kan?" tanya Ayunda dengan ragu. "Dia?" tanya David yang bingung. "Harimau, Erwin....... nggak jadi ma
"Pa, Mama ke ruangan David dulu ya," pamit Wina. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama, jadi tidak harus memakan waktu yang lama jika Wina pergi untuk melihat keadaan David. Entah bagaimana keadaan keduanya pagi ini, Wina ingin memastikan bahwa keduanya benar-benar baik-baik saja. Terutama David yang terluka akibat benda tajam. "Iya, Ma," jawab Dirga. Dia merasa keputusannya benar-benar tepat untuk menikahkan Ayunda dan David dengan segera. Awalnya Dirga juga merasa takut dengan ucapan Ayunda saat suatu hari David akan menyakitinya. Tapi semuanya telah terpatahkan saat mengetahui David begitu melindungi putrinya. Akhirnya Dirga bisa tenang karena menikahkan anaknya dengan orang yang tepat. Pernikahan anaknya kali ini pasti bisa membawanya pada kebahagiaan. Dirga bisa bernafas lega saat ini. *** Wina pun mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia pun membuka pintu secara perlahan. Ternyata Ayunda dan David masih tidur dengan lelap. Mungkin karena
"Yunda," panggil David. Ayunda yang baru saja keluar dari toilet pun menoleh ke arah David. Dia baru saja mengganti pakaiannya dan membersihkan wajahnya agar tidak lagi berantakan. "Kemari," kata David sambil menggerakkan tangannya. Ayunda pun melihat air hangat yang ada di samping David. Sebelumnya dia meminta pada bibi yang diperintahkan oleh Wina mengantarkan pakaian Ayunda untuk mengambilkan air hangat tersebut. Tapi saat ini Ayunda yang bertanya-tanya apa tujuan David memanggilnya dengan air hangat di sana? Mereka hanya berdua saja. Untuk malam ini David akan menginap di rumah sakit dan dia yang menjaganya. Tapi saat ini Ayunda justru takut jika saja David kembali berubah seperti monster seperti berhadapan dengan Erwin tadi. Wajah yang sangat mengerikan itu baru pertama kali dilihat oleh Ayunda. Bahkan Ayunda sempat mendengar jika Erwin akan dijadikan sebagai makanan hewan peliharaannya. Entah benar atau tidaknya tapi Ayunda tak dapat melupakan hal itu. Bag
"Ayo kita pulang," kata David. Ayunda pun mengangguk lemah, selain karena takut pada apa yang telah terjadi dia juga ketakutan pada David. Ayunda masih bisa mengingat seperti apa saat David marah. Dia bisa melakukan hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya. "Se.... sebentar," kata Ayunda dengan suara bergetar, dia pun mengambil sebuah kain tua yang menjadi penutup jendela di rumah tua itu. Ayunda merobek sedikit bagiannya. Kemudian mengikatnya pada lengan David yang terluka. Semetara David hanya diam sambil melihat apa yang dilakukan oleh Ayunda padanya. Setelah dipastikan darah tidak lagi mengalir, Ayunda pun mengangguk pelan, "Ayo," katanya dengan suara lemah dan bergetar. "Kamu masih sangat ketakutan? Tidak apa-apa semuanya sudah selesai," kata David meyakinkan Ayunda. Ayunda pun lagi-lagi mengangguk, kemudian David pun mengangkatnya karena untuk berjalan saja Ayunda seperti sangat kesulitan. Kakinya sedikit sakit tapi sebenarnya bukan masalah yang s
Brak! Pintu pun hancur hanya dengan satu kali dobrak kan. David melihat Ayunda tengah berada di bawah tubuh Erwin. Amarahnya pun semakin membuncah melihat apa yang dilakukan oleh Erwin pada Ayunda. Melecehkan istrinya artinya menginjak-injak harga diri seorang David. Lihat apa yang bisa dilakukan oleh David saat ini. Sambil mengepalkan tangannya dia pun berjalan ke arah Erwin. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Erwin yang terkejut melihatnya. Padahal Erwin sudah begitu yakin jika tempat tersebut sangat aman untuk menyekap Ayunda. Tapi apa? Apa yang dia lakukan terancam gagal jika begini. Tidak! Semuanya tidak boleh gagal begitu saja! "Berani sekali kau datang ke sini, nyali mu besar juga, apa kau pikir bisa menyelamatkan dia?" ucap Erwin dengan angkuhnya. Dia yakin bahwa David pun akan sangat menyesal karena telah mengganggu kesenangannya. Tapi David tidak perlu menjawab pertanyaan Erwin kan? Yang dia inginkan sekarang adalah menghabisi Erwin. "Jangan berani me
"JAWAB!" Bentak Erwin. Dia terlalu lama menunggu jawaban dari Ayunda. Padahal dia sudah tidak sabar mendengar Ayunda menentukan pilihannya.Pilihan yang diharapkan oleh Erwin adalah Ayunda berpihak padanya.Tentu saja Ayunda lebih memilih hidup dari pada mati konyol bersamanya kan? "Atau kau mau mati?" Tanya Erwin lagi untuk semakin menakut-nakuti Ayunda.Puas rasanya melihat wajah ketakutan Ayunda kali ini.Anggap saja ini adalah balas atas penolakan yang dilakukan oleh Ayunda selama ini. Ayunda pun menggelengkan kepalanya dengan panik. Lelaki itu sangat gila dan nekat, tidak punya hati dan perasaan.Siapa yang bisa percaya pada pria yang terbiasa hidup dengan kebohongan?Semua orang pasti ragu jika dihadapkan dengan Erwin yang benar adalah seorang bajingan. "Atau kau sedang berpikir bahwa kau bisa lolos dari ku? Maksudnya kau berharap ada yang menolong mu?" Erwin pun tersenyum miring. Kemudian menendang kaki Ayunda yang sudah terasa sakit. "Itu tidak mungkin." "Aaa
Ayunda terus menangis sambil terus melajukan sepeda motor yang dia kendarai. Dia kecewa atas keputusan sang Papa yang memaksanya untuk menikah dengan David. "Kenapa harus dia sih?" tanya Ayunda sambil terus terisak. Ditambah lagi dengan sikap David yang semena-mena membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Rasanya seperti tidak ingin berada di rumah jika ada David. Sejenak Ayunda sampai berpikir untuk melarikan diri dari rumah. Terutama dari David. Tapi kemana dia bisa pergi membawa anaknya? Apa lagi dengan keadaan sang Papa saat ini. Dia bisa terguncang jika Ayunda nekat melarikan diri. Ayunda dibuat bingung dengan keadaannya saat ini. Sepertinya tidak ada cela untuk bisa pergi dari semua ini. Ayunda benar-benar bingung dengan roda kehidupan yang terasa begitu menyakitinya. Sampai kapan ini akan terus berlangsung? Ayunda tidak tahan lagi. Awalnya mengira semua telah berakhir setelah lepas dari Erwin dan David. Tapi apa? Justru Ayahnya sendiri yang menari
"Ehem!" David pun berdehem. Ayunda pun mulai menoleh pada David, dia masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa bentuk tubuh David saat sebelumnya hanya mengunakan handuk saja. Bukan hanya itu, dia juga masih mengingat saat pisang keras pria itu ditekan pada bagian belakangnya. Gila! Warna merah pada wajahnya benar-benar tidak bisa ditutupi karena rasa malu. "Kamu bilang ke Mama aku perkosa kamu ya?" tanya David. Ayunda pun panik seketika sambil melihat sekitarnya. Beruntung tak ada orang, jika ada yang mendengar suara David sungguh sangat memalukan. "Kamu ngomong apa sih?!" kesal Ayunda. "Tadi kamu ngomong gitu ke Mama." "Dia Mama aku, jadi kamu nggak usah ikut panggil dia Mama!" "Kan kita udah menikah!" "Iya! Perawat di rumah sakit juga tahu!" sinis Ayunda, "nikah udah seperti kencing aja, nikah ya nikah." "Siap-siap nanti malam aku perkosa beneran!" Degh! Jantung Ayunda berdegup kencang karena keterkejutan yang begitu luar biasa. Apa tidak bisa pr