Share

Bab 4

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2024-12-17 03:54:12

Ayunda kembali terkesiap kala menyadari tatapan David begitu dingin padanya.

Kini keduanya tampak sangat asing, padahal dulunya pernah saling mencinta dan tak jarang bergenggaman tangan dengan erat.

Bahkan, ucapannya juga terdengar kasar dan asing di telinga wanita itu…..

Jauh berbeda dengan yang dulu. Tapi, apa yang dapat Ayunda harapkan dari suami orang?

Ayunda tersenyum getir. Namun, tiba-tiba ada gerakan dari dalam perutnya membuat Ayunda terkesiap.

Mata David juga tertuju pada perut Ayunda. Akan tetapi, seperti ada kebencian terhadap apa yang dia lihat saat ini.

David mengepalkan tangannya menahan rasa bencinya.

"Terima kasih, aku permisi," ucap Ayunda memilih tak peduli.

Dicopotnya selang infus di tangannya dengan terburu-buru.

Ada setitik darah yang keluar, tapi tidak masalah.

Sebab, itu tidak seberapa dibandingkan luka di hati yang terpaksa wanita itu sembunyikan dari semua orang, termasuk David.

Brugh!

Ayunda perlahan turun dari atas ranjang. Namun, seorang perawat mendatanginya.

"Nona, Anda mau ke mana?" tanyanya.

"Saya akan pulang," jawab Ayunda.

"Tapi keadaan Anda belum benar-benar pulih," ucap perawat itu lagi berusaha untuk menahan Ayunda.

Ayunda pun hanya memaksakan tersenyum sebagai jawaban, kemudian sang perawat pun melihat tangannya.

"Tangan Anda berdarah, Nona."

"Saya sudah lebih baik," jawab Ayunda.

Dia kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya.

Tanpa ingin menutup luka di tangannya seperti yang disarankan oleh perawat.

Dia hanya ingin segera pergi dari hadapan David karena semakin lama berdekatan hanya membuat luka yang kian semakin dalam.

Sementara luka yang begitu besar di hatinya juga masih begitu terasa perih.

Tak dipedulikan Ayunda bahwa dia berjalan tanpa alas kaki.

Entah di mana sandalnya?

Mungkin terjatuh di tempat sebelumnya. Ayunda tidak menyadarinya.

Satu hal yang pasti.

Ayunda yang dulunya sangat manja dan takut dengan banyak hal, termasuk pada darah, kini terlihat seperti tidak perduli pada dirinya sendiri.

Hanya saja, begitu sampai di pintu gerbang rumah sakit, Ayunda kembali memutar badannya.

Ternyata David juga tak jauh di sana.

Keduanya saling menatap dalam diam meskipun berjarak beberapa meter tapi cukup jelas keduanya diam saling menatap satu sama lainnya.

Namun itu tak berlangsung lama karena Ayunda segera meminta taxi untuk mengantarkan dirinya ke tempat dia menepikan mobilnya.

Setelah memastikan dompet dan ponselnya aman, ia pun kembali ke rumahnya….

***

Sementara di kejauhan, David masih menatap Ayunda yang kini sudah sampai di rumah.

Entah mengapa dia mengikuti Ayunda.

Padahal tak ada niatan sama sekali, tapi tiba-tiba saja ia tersadar telah berada di sana.

Diperhatikannya dari kejauhan Ayunda yang turun dari mobil.

Hanya saja, wanita itu kembali tak sadarkan diri sambil memeluk sang Kakak.

Jelas keadaan Ayunda belum membaik namun memaksakan diri untuk segera pulang.

"Yunda," seru Zidan panik melihat sang adik yang sampai di rumah langsung jatuh pingsan.

Di sisi lain, David terkesiap. Tubuhnya rasanya ingin berlari menghampiri.

Namun, ditahannya.

Segera, ia memutuskan untuk segera pergi dari sana.

Rasanya tak perlu lagi untuk mengikuti Ayunda seperti ini.

Lagipula, gadis itu telah menjadi milik orang lain.

Bahkan sebentar lagi, akan menjadi seorang Ibu meski David sudah berjanji untuk menikahinya!

Hanya saja, kala David akan kembali melajukan mobil mewahnya, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil dari arah berlawanan.

"David?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 5

    "David?" Dirga, ayah dari Zidan dan Ayunda, yang telah lama tidak bertemu dengan David seketika memanggilnya. Akhirnya pria itu pun tidak bisa pergi begitu saja. "Tuan Dirga," sapanya ramah. "Ayo, masuk! Kenapa hanya duduk diam di dalam mobil? Kamu pasti mau ketemu Zidan, kan?" tebak pria paruh baya itu akrab. Dia tahu seperti apa kedekatan antara anaknya dan David. Meskipun David pernah menjadi asisten anaknya, tapi mereka sudah bersahabat sejak lama. Bahkan, sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Hal ini membuat David semakin kesulitan untuk menolak. Berjalan beriringan, keduanya pun masuk, sampai David tak sengaja melihat bingkai foto pernikahan Ayunda dan Erwin dipajang di ruang tamu…. Sejenak, pria itu bahkan mematung karenanya. "Itu adalah foto pernikahan Ayunda, kamu tidak lupa seperti apa bocah itu membuatmu sibuk karena ulahnya yang bermacam-macam?" seloroh Dirga yang tak tahu pergulatan batin David saat ini. Seketika itu juga David pun tersenyum tipis–mencoba me

    Last Updated : 2024-12-17
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 6

    Ayunda kini menuju meja makan. Perutnya sudah sangat lapar karena ternyata sejak pagi tadi belum makan sama sekali. Hanya saja, ia terkejut menemukan Erwin sudah kembali. Bahkan, David juga ikut makan malam bersama! "Yunda, duduk. Malam ini kita akan makan malam dengan tamu istimewa," ucap Wina. Ayunda pun hanya bisa mengangguk pelan menurut pada ucapan ibunya itu. Dia memilih duduk di samping Erwin dan berhadapan dengan David. "Ayunda, isi piring suamimu," ucap Wina lagi mengingatkan Ayunda akan kewajibannya sebagai istri. Ayunda kembali menganggukkan kepalanya sambil bergerak untuk mengisi piring Erwin. Isi pikirannya terlalu banyak, hingga dia tidak bisa melakukan apapun tanpa diperintahkan. "Entah kapan kita dilayani istri, ya?" keluh Zidan. "Semoga kalian juga segera nyusul, kemudian punya anak. Tidak sabar menunggu hari kelahiran calon cucu dari Ayunda dan Erwin," ucap Wina sambil tersenyum pada sang anak. Deg! Jantung Ayunda seketika berdetak lebih k

    Last Updated : 2024-12-23
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 7

    "Kalian?" Ayunda terkesiap melihat wajah Erwin, dia semakin bingung harus bagaimana. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi, Erwin memergoki dirinya dan David berada di dalam kamar. Sementara David terlihat santai saja, membuat Ayunda merasa bingung dengan sikap pria itu. "Erwin, aku tidak tahu kenapa dia ada di sini," terang Ayunda berusaha untuk menjelaskan pada Erwin. Karena itu adalah kenyataan sebenarnya. Lalu Erwin pun menatapnya dengan penuh intimidasi, membuat keadaan semakin sengit. "Pergi dari sini!" geram Ayunda karena David masih saja berdiri di sana tanpa bergerak sama sekali. Apa lagi mencoba untuk menjelaskan pada Erwin tentang apa yang sebenarnya terjadi, rasanya tidak mungkin. Lihat saja bukannya segera pergi David justru kembali bertanya padanya. "Tadi kamu meminta ku untuk masuk ke sini, sekarang mengusir ku?" tanya David seakan tak percaya. Ayunda pun syok mendengar ucapan David, dia pun menatap wajah Erwin sambil menggelengkan kepalanya. "K

    Last Updated : 2025-01-09
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 8

    Pagi harinya Ayunda mencoba untuk bangkit kembali dari keterpurukannya, dia ingin memperbaiki semuanya. Termasuk hubungannya dengan Erwin. Tidak ada kata terlambat untuk memulai semuanya bukan? Meskipun semalaman Erwin tidak pulang ke rumah dia tetap akan berusaha untuk bersikap baik. Dia juga sangat yakin jika kini Erwin berada di kantornya. Sambil berdiri di depan cermin, Ayunda terus memperhatikan wajahnya dengan mata yang bengkak akibat menangis semalaman, sekaligus menatap dirinya sendiri dengan perut buncitnya yang begitu jelas terlihat. Mengelus perutnya dan merasakan gerakan dari dalam sana. Janin tersebut adalah semangat terhebatnya, dia bisa bangkit kembali karena janin tersebut. Tujuan Ayunda kini terlebih dahulu menemui Lisa, ataupun sahabatnya yang telah berkhianat dengan suaminya sendiri. Ayunda ingin meminta Lisa meninggalkan suaminya. "Kamu bisa Ayunda, kamu adalah wanita yang kuat!" ucap Ayunda memberikan semangat pada dirinya sendiri. Dia bahkan

    Last Updated : 2025-01-11
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 9

    Dunia Ayunda benar-benar berubah berantakan setelah kesalahan satu malam yang dia lakukan. Andai waktu bisa diputar kembali mungkin dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Andai hari itu tidak pernah terjadi apa-apa, tentu saja saat ini tidak akan menikahi Erwin karena terdesak oleh keadaannya. Andai dan andai hanya itulah yang bisa terucap didalam hatinya, sisa-sisa penyesalan ini begitu menyiksanya. Sadisnya lagi kini Erwin menjadikan rahasianya sebagai senjata untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya jika dirinya akan diperlakukan seperti ini. Bahkan malam ini dia harus rela menemui seorang pria yang katanya adalah seorang CEO dari perusahaan raksasa sebagai syarat bekerja sama dengan perusahaan Erwin. Apakah dia sedang dijual untuk mendapatkan tujuan? Suami menjual istrinya sendiri? Ini tidak masuk akal. Tapi Ayunda hanya bisa pasrah, melakukan semua ini dengan kepasrahan. Entah sampai kapan dirinya terus seperti

    Last Updated : 2025-01-17
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 10

    Di tengah malam yang gelap ini hanya ada penerangan bulan yang menerangi bumi. Bulan yang terang tanpa tertutup awan hitam. Hanya saja kehidupan Ayunda yang kini berbanding terbalik dengan sebelumnya, air matanya tak hentinya menetes membasahi pipinya yang mulus. Rasa sakit ini terasa semakin dalam hingga ingin menyerah, keadaan tidak membiarkan dia untuk bahagia. Sampai kapan ini akan terjadi? Bahkan Ayunda sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk tetap melanjutkan hidup, terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang itu sangat sulit. Ditengah jalan raya ini dia terus saja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bayangan wajah David tak bisa hilang dari pandangannya. Sakit dan perihnya tidak dapat terucapkan oleh bibirnya. Jika tidak bisa bersama kenapa harus bertemu lagi, padahal Ayunda sudah menutup hatinya untuk pria tidak bertanggungjawab itu. Tapi David pun seakan asing baginya, dia jauh berbeda dari yang dulu. Semua kenangan indah bersama pun mulai b

    Last Updated : 2025-01-18
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 11

    Lihatlah Tuan, bagaimana kini wanita yang dulunya kau perjuangkan begitu hebatnya hancur berantakan. Tapi tidak apa, bahkan hari ini wanita itu masih berusaha untuk tetap bertahan dalam keadaannya yang penuh dengan luka. Mempertahankan rumah tangganya yang dulunya kau mulai dan sepertinya kini tidak ada harganya. Bahkan, jika perlu dia akan memohon kepada anda untuk bisa menjadi rajanya hingga akhirnya maut memisahkan. Meskipun sebenarnya tidak ada sedikitpun cinta untuk anda. Tidak mengapa, dia akan berusaha untuk belajar mencintai anda meskipun sulit. Tidak apa, wanita itu berjuang mati-matian sendirian. Tapi jika sudah sampai pada titik penghabisan tak juga membuahkan hasil, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Pastikan Tuan tak akan pernah mencarinya lagi. Lihatlah wanita itu, kini dia sedang memakai riasan wajahnya, dia sangat hebat dalam berias. Hingga matanya yang bengkak karena semalaman menangis tak ada hentinya tidak lagi tampak. Tujuannya pagi ini ad

    Last Updated : 2025-01-21
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 12

    Disaat tangisan yang begitu keras dia pun mulai menepikan mobilnya di sisi jalanan. Mungkin dia ingin diam sejenak untuk kembali menata hati yang penuh dengan kehancuran sebelum bertemu seseorang nantinya. Tapi pikiran Ayunda belum juga bisa teralihkan.Justru semakin dia berusaha untuk melupakan semuanya, malah semakin menghantuinya. Ayunda belum lupa dengan apa yang pernah dikatakan oleh Erwin padanya saat itu. Dimana Erwin terus saja meyakinkan dirinya untuk menjadi istrinya. Padahal Erwin tahu dirinya tengah hamil. Tepatnya saat Ayunda jatuh pingsan saat berada di kampus. "Muka kamu pucet banget," ucap Lisa melihat wajah Ayunda. "Aku kurang enak badan," jawab Ayunda. Bertepatan dengan Tere yang juga tiba bersama dengan Kakanya. "Hay," sapa Tere. Belum sempat Ayunda menjawab tiba-tiba saja dia jatuh pingsan. "Ayunda!" seru Tere dan Lisa. Saat itu Erwin pun diminta untuk membantu Ayunda untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dokter selesai memeriksa pun mulai

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 126

    "Tere dimana ya?" Ayunda pun segera menuju kamar sahabatnya yang sekaligus adalah Kakak iparnya sendiri. Dia akan memberitahu bahwa David akan segera menemukan dimana makam sang Mama. Tapi saat berdiri didepan pintu telinganya mendengar suara dari dalam sana. Akibat pintu yang tidak tertutup rapat membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. "Kamu bisanya apa? Melakukan hal kecil seperti ini saja tidak becus!" bentak Zidan. Tere pun tersentak kala mendengar suara Zidan yang meninggi. Dengan tangan yang saling meremas dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Tanpa kata apalagi meskipun hanya untuk membela diri. Percuma saja bersuara karena Zidan tidak akan mau mengerti. "Kenapa diam?!" bentak Zidan lagi. "Maaf, Kak," ucap Tere. Tidak ada yang bisa dia katakan selain minta maaf. "Setiap kali kamu hanya bisa minta maaf, bosan sekali, otak mu dipakai!" ucap Zidan sambil menunjuk kepala Tere. Tere menutup matanya mengira jika Zidan akan memukulnya. "Kak!" seru Ay

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 265

    "Kak," Ayunda pun memberanikan diri untuk memeluk David terlebih dahulu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak apa demi bisa menjadi seseorang yang bisa berguna untuk Tere. David pun menatap tangan Ayunda yang melingkar di pinggangnya. "Kak, Yunda boleh minta tolong nggak?" "Apa?" "Tolong carikan makam Mamanya Tere." David pun mengambil kesimpulan jika tujuan Ayunda memeluknya duluan karena itu. Tidak masalah. "Kak," Ayunda pun mengguncangkan tubuh David karena belum mengabulkan permintaannya. "Iya," jawab David. "Besok harus udah ketemu ya, Kak," kata Ayunda lagi. "Besok?" David pun menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Ayunda. "Kakak, keberatan?" "Apakah waktunya sesingkat itu?" "Ayolah, Kak. Tere cuma punya Yunda aja," mohon Ayunda. Gadis nakal ini mulai pintar merayu suaminya sendiri. Lihatlah dengan bergelayut manja seakan dia sudah sangat tahu bahwa suaminya suka hal seperti ini. "Kak," lagi-lagi Ayunda pun mengguncangkan tubuh Dav

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 164

    "Kamu kenapa?" tanya David saat melihat Ayunda begitu gelisah sedari tadi. Seharusnya Ayunda sudah terlelap tapi tidak, tampak ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Perut Yunda nyeri, Kak," kata Yunda sambil bergerak turun dari ranjang. "Kita ke rumah sakit?" David pun menyusul turun dari ranjang karena merasa khawatir. Sementara Ken masih terlelap di atas ranjang, dia tidur diantara kedua orang tuanya dan ini untuk pertama kalinya terjadi. "Nggak perlu, Yunda datang bulan," ucap Ayunda. "O, begitu, tapi tadi pagi?" David pun mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada istrinya ini. "Baru aja." Tapi mata Yunda melihat seseorang di bawah sana. "Tere ngapain duduk di sana tengah malam begini?" tanyanya. David pun ikut melihat apa yang dilihat oleh Ayunda. "Seperti hantu saja, duduk di luar saat tengah malam begini," sahut David. Tapi Ayunda tak menghiraukannya, dia justru semakin penasaran pada Tere. "Yunda ke sana dulu ya, Kak," pamitnya pada suaminya.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 163

    Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 162

    "Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 161

    Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 160

    Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 159

    Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 158

    David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status