Lihatlah Tuan, bagaimana kini wanita yang dulunya kau perjuangkan begitu hebatnya hancur berantakan. Tapi tidak apa, bahkan hari ini wanita itu masih berusaha untuk tetap bertahan dalam keadaannya yang penuh dengan luka. Mempertahankan rumah tangganya yang dulunya kau mulai dan sepertinya kini tidak ada harganya. Bahkan, jika perlu dia akan memohon kepada anda untuk bisa menjadi rajanya hingga akhirnya maut memisahkan. Meskipun sebenarnya tidak ada sedikitpun cinta untuk anda. Tidak mengapa, dia akan berusaha untuk belajar mencintai anda meskipun sulit. Tidak apa, wanita itu berjuang mati-matian sendirian. Tapi jika sudah sampai pada titik penghabisan tak juga membuahkan hasil, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Pastikan Tuan tak akan pernah mencarinya lagi. Lihatlah wanita itu, kini dia sedang memakai riasan wajahnya, dia sangat hebat dalam berias. Hingga matanya yang bengkak karena semalaman menangis tak ada hentinya tidak lagi tampak. Tujuannya pagi ini ad
Disaat tangisan yang begitu keras dia pun mulai menepikan mobilnya di sisi jalanan. Mungkin dia ingin diam sejenak untuk kembali menata hati yang penuh dengan kehancuran sebelum bertemu seseorang nantinya. Tapi pikiran Ayunda belum juga bisa teralihkan.Justru semakin dia berusaha untuk melupakan semuanya, malah semakin menghantuinya. Ayunda belum lupa dengan apa yang pernah dikatakan oleh Erwin padanya saat itu. Dimana Erwin terus saja meyakinkan dirinya untuk menjadi istrinya. Padahal Erwin tahu dirinya tengah hamil. Tepatnya saat Ayunda jatuh pingsan saat berada di kampus. "Muka kamu pucet banget," ucap Lisa melihat wajah Ayunda. "Aku kurang enak badan," jawab Ayunda. Bertepatan dengan Tere yang juga tiba bersama dengan Kakanya. "Hay," sapa Tere. Belum sempat Ayunda menjawab tiba-tiba saja dia jatuh pingsan. "Ayunda!" seru Tere dan Lisa. Saat itu Erwin pun diminta untuk membantu Ayunda untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dokter selesai memeriksa pun mulai
[Yunda, aku jemput kamu sekarang ya. Kita ke dokter kandungan kan?] Tere. Ayunda mengusap wajahnya yang basah karena air matanya sendiri setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Tere. Tere sahabat sekaligus adik iparnya itu mengingatkan bahwa hari ini dirinya sudah membuat janji dengan dokter kandungan. "Ah, hampir saja aku lupa," ucap Ayunda. Saat itu Ayunda ingin kembali melajukan mobilnya, tapi dia merasa ada yang tidak beres. Dengan rasa penasaran dia pun segera turun dan benar saja, ternyata ban mobilnya kempes. "Huuuufff," Ayunda pun membuang nafas panjang sambil menatap ban mobilnya. Kemudian dia pun menghubungi Tere untuk menjemputnya. Tak lama berselang Tere pun tiba. Ayunda segera masuk ke dalam mobil Tere, semetara mobilnya akan ada pihak bengkel yang mengurus. "Kamu kok nyetir mobil sendiri? Kak Erwin dimana? Bahaya tahu!" omel Tere sambil terus mengemudikan mobilnya. Tapi Ayunda hanya diam saja, sebab percuma saja meminta Erwin untuk mengantarkan d
"Kenapa, Yunda? Kenapa kamu diam? Dia suami mu," Tere tak mengerti mengapa bisa semua ini terjadi. Dia terlihat begitu marah karena sahabatnya sendiri adalah seorang perusak rumah tangga Ayunda. "Kenapa kamu cuman diam? Kamu sedang hamil anak laki-laki itu! Rebut suami mu!" kata Tere lagi. Ayunda yang duduk di samping Tere hanya bisa menangis. Menahan sesak di dada. Tapi bagaimana dia bisa mengatakan bahwa dirinya tidak mengandung anak Erwin? "Mama harus tahu," kata Tere lagi. Tere yang mengambil ponselnya bermaksud untuk menghubungi Mamanya pun ditahan oleh Ayunda. "Jangan," ucap Ayunda dengan suara hampir menghilang. Lehernya terasa tercekat ketika akan bersuara, tentunya karena dadanya yang semakin terasa sesak. "Mama harus tahu, walaupun Kak Erwin adalah Kakak aku dia tetap salah!" tegas Tere lagi. "Aku mohon," pinta Ayunda lagi. Ayunda benar-benar berharap agar Tere tak mengatakan apapun pada siapapun, dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. Lagi pul
Ayunda pun melihat daun pintu kamar terbuka, sesaat kemudian Erwin pun muncul. Tak lama berselang pintu kembali tertutup rapat, langkah kaki Erwin pun semakin mendekati. Tatapan matanya tampak sangat serius, ada kemarahan yang tertahan. Plak! Satu tamparan pun mendarat di wajah Ayunda hingga terbawa ke samping. Sejenak Ayunda pun memejamkan matanya untuk menikmati sensasi yang luar biasa ini. "Kamu ingin main-main dengan ku?!" Ayunda pun perlahan mulai berdiri tegak, sebelah tangannya masih memegang pipinya bekas tamparan Erwin masih terasa sakit. "Kamu wanita iblis, kamu sengaja mengatakan tentang hubungan ku dengan Lisa pada Tere! Sehingga orang-orang akan tahu bahwa aku adalah seorang laki-laki bajingan!" kata Erwin lagi. "Aku tidak pernah mengatakan apapun pada Tere!" jawab Ayunda. Matanya tampak memerah dengan rasa amarah yang begitu menyala. "PEMBOHONG BESAR!" pekik Erwin sambil menunjuk wajah Ayunda. "Aku berkata jujur, kami datang ke restoran itu untuk
"Yunda," Wina pun menghampiri Ayunda ke kamarnya. Dia membawa sebuah berkas. Ayunda pun cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah. Kemudian merapikan rambutnya serta pakaiannya agar terlihat baik-baik saja. Tidak lupa Ayunda menutup bagian pipinya dengan foundation agar bekas tamparan Erwin tidak terlihat. Setelah merasa cukup dia pun segera membuka pintu. "Ya, Ma," jawab Ayunda. "Ini kayaknya punya Erwin yang terjatuh di teras, mungkin dia buru-buru jadi nggak terasa ada yang terjatuh," kata Wina sambil memberikan pada Ayunda. Ayunda pun menerimanya dan melihatnya dan benar itu adalah berkas yang sepertinya cukup penting. "Kamu antar ke kantornya aja, takut dia sedang mencari-cari," usul Wina. Sejujurnya Ayunda sangat malas untuk pergi ke kantor Erwin apa lagi setelah perdebatan barusan. Sebab dia pasti akan melihat wajah-wajah yang sangat menjijikkan disana. Tapi Ayunda tidak ingin membuat Wina curiga tentang pernikahannya. Dia harus terlihat baik-baik saja,
"Ini ponsel Ayunda? Ah, bocah itu ada-ada saja," Wina pun kembali memutar kendaraannya ketempat sebelumnya. Tepatnya ke kantor Erwin, dia bahkan langsung turun untuk mengantarkan ponsel sang anak. Sebab, Ayunda sedang hamil dan harus memegang ponsel dimana pun berada agar memudahkan untuk menghubungi dirinya jika ada yang terjadi. Setelah itu dia bisa kembali menuju tempat tujuannya, sedikit terlambat tidak masalah. Tapi Wina malah dibuat shock berat saat mendengar ucapan Lisa. "Ingat, Yunda. Kau hanya kesalahan, karena Erwin sebenarnya mencintai aku!" ucap Lisa dengan lantang. Ayunda yang sudah memutar badannya pun tak perduli dengan ucapan Lisa. "Yang dicinta Erwin aku, bukan kamu!" tambah Lisa lagi dengan begitu yakinnya. Seketika itu Wina pun mematung di depan pintu. Ayunda yang hendak keluar pun dibuat terkejut dengan kehadiran ibunya yang tiba-tiba. Sebelumnya berpikir bisa langsung pergi dengan segera. Karena sebelumnya jelas Wina sudah berpamitan untuk menuju
Erwin tidak mau jika dirinya yang disalahkan, jadi dia menyebarkan berita pada orang-orang bahwa selama ini Ayunda telah berselingkuh. Diluar sana telah terdengar berita tentang seorang wanita yang memiliki suami tapi hamil dengan pria lainnya. Dia adalah Ayunda putri dari Dirga, seorang pebisnis yang dikenal dengan nama baiknya. Sayangnya nama baiknya mulai tercoreng dengan adanya berita tersebut. Disaat keadaan perusahaan sedang tidak baik-baik saja, justru berita ini muncul membuat kepala Dirga rasanya hampir pecah. Bukan hanya Wina yang dibuat syok berat, tapi juga Dirga. Dia tak menyangka jika putrinya bisa berbuat serendah itu. Sedangkan Zidan ada di luar negeri dia tak mengetahui apa yang terjadi pada adiknya. Plak! Dirga tak kuasa menahan amarahnya hingga menampar wajah putrinya. Untuk pertama kalinya Ayunda merasakan tangan kasar sang ayah. Wina yang baru sadar hanya bisa menangis melihatnya. Kini mereka berada di rumah setelah sebelumnya dijemput oleh
David pun sudah dibawa pulang ke rumah, dia akan melanjutkan pemulihan di rumah. Tapi David tidak bisa diam saja, dia tetap bekerja meskipun membutuhkan waktu untuk beristirahat. Semetara Ayunda yang masih terus berusaha untuk merawat David karena rasa terimakasihnya. "Kak, Yunda buatin kopi," kata Ayunda. David yang tengah duduk di atas ranjang pun tercengang. Kopi? Bagaimana mungkin Ayunda membuat kopi? Bagaimana dengan rasanya? "Kakak, nggak yakin ya?" tanya Ayunda. "Yakin," David pernah sebelumnya meminum kopi buatan Ayunda dan rasanya sangat tidak karuan. Tapi bagaimana dengan saat ini, dan bagaimana jika dirinya menolak? Akhirnya memberanikan diri untuk meneguknya semetara Ayunda menunggu komentar dari David. Tapi ternyata rasanya cukup baik membuatnya pun kembali meneguknya lagi. "Kamu sudah pintar membuat kopi ya?" celetuk David. "Hehe," Ayunda pun tersenyum karena merasa bahagia akan pujian David. "Diajarin sama Tere," kata Ayunda sambil cengenge
Rasanya seperti berada di tengah teriknya matahari yang bersinar. Entah mengapa Ayunda begitu tegang saat membantu David untuk melepaskan pakaiannya. Bahkan tangannya juga terasa bergetar. Dia merasa terlalu munafik untuk merasakan hal yang seperti ini. Dia bukan perawakan? Ayunda, jangan merasa kau tidak pernah melakukannya. Berulangkali mencoba untuk menyadarkan dirinya bahwa dirinya tak perlu setegang ini. Tapi rasanya tidak semudah itu, dia tetap saja tak bisa tenang. Hingga suara ponsel David pun terdengar. Sejenak Ayunda pun menghentikan aktivitasnya dan David pun melihat layar ponselnya. David pun segera menerima panggilan telepon. "Berikan pada harimau!" perintahnya. Ayunda pun menatap wajah David penuh tanya dia penasaran apakah yang dimaksud oleh pria ini. "Kak," panggilnya dengan suara pelan. "Ya?" tanya David. "Kakak, cuman nakutin dia aja kan?" tanya Ayunda dengan ragu. "Dia?" tanya David yang bingung. "Harimau, Erwin....... nggak jadi ma
"Pa, Mama ke ruangan David dulu ya," pamit Wina. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama, jadi tidak harus memakan waktu yang lama jika Wina pergi untuk melihat keadaan David. Entah bagaimana keadaan keduanya pagi ini, Wina ingin memastikan bahwa keduanya benar-benar baik-baik saja. Terutama David yang terluka akibat benda tajam. "Iya, Ma," jawab Dirga. Dia merasa keputusannya benar-benar tepat untuk menikahkan Ayunda dan David dengan segera. Awalnya Dirga juga merasa takut dengan ucapan Ayunda saat suatu hari David akan menyakitinya. Tapi semuanya telah terpatahkan saat mengetahui David begitu melindungi putrinya. Akhirnya Dirga bisa tenang karena menikahkan anaknya dengan orang yang tepat. Pernikahan anaknya kali ini pasti bisa membawanya pada kebahagiaan. Dirga bisa bernafas lega saat ini. *** Wina pun mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia pun membuka pintu secara perlahan. Ternyata Ayunda dan David masih tidur dengan lelap. Mungkin karena
"Yunda," panggil David. Ayunda yang baru saja keluar dari toilet pun menoleh ke arah David. Dia baru saja mengganti pakaiannya dan membersihkan wajahnya agar tidak lagi berantakan. "Kemari," kata David sambil menggerakkan tangannya. Ayunda pun melihat air hangat yang ada di samping David. Sebelumnya dia meminta pada bibi yang diperintahkan oleh Wina mengantarkan pakaian Ayunda untuk mengambilkan air hangat tersebut. Tapi saat ini Ayunda yang bertanya-tanya apa tujuan David memanggilnya dengan air hangat di sana? Mereka hanya berdua saja. Untuk malam ini David akan menginap di rumah sakit dan dia yang menjaganya. Tapi saat ini Ayunda justru takut jika saja David kembali berubah seperti monster seperti berhadapan dengan Erwin tadi. Wajah yang sangat mengerikan itu baru pertama kali dilihat oleh Ayunda. Bahkan Ayunda sempat mendengar jika Erwin akan dijadikan sebagai makanan hewan peliharaannya. Entah benar atau tidaknya tapi Ayunda tak dapat melupakan hal itu. Bag
"Ayo kita pulang," kata David. Ayunda pun mengangguk lemah, selain karena takut pada apa yang telah terjadi dia juga ketakutan pada David. Ayunda masih bisa mengingat seperti apa saat David marah. Dia bisa melakukan hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya. "Se.... sebentar," kata Ayunda dengan suara bergetar, dia pun mengambil sebuah kain tua yang menjadi penutup jendela di rumah tua itu. Ayunda merobek sedikit bagiannya. Kemudian mengikatnya pada lengan David yang terluka. Semetara David hanya diam sambil melihat apa yang dilakukan oleh Ayunda padanya. Setelah dipastikan darah tidak lagi mengalir, Ayunda pun mengangguk pelan, "Ayo," katanya dengan suara lemah dan bergetar. "Kamu masih sangat ketakutan? Tidak apa-apa semuanya sudah selesai," kata David meyakinkan Ayunda. Ayunda pun lagi-lagi mengangguk, kemudian David pun mengangkatnya karena untuk berjalan saja Ayunda seperti sangat kesulitan. Kakinya sedikit sakit tapi sebenarnya bukan masalah yang s
Brak! Pintu pun hancur hanya dengan satu kali dobrak kan. David melihat Ayunda tengah berada di bawah tubuh Erwin. Amarahnya pun semakin membuncah melihat apa yang dilakukan oleh Erwin pada Ayunda. Melecehkan istrinya artinya menginjak-injak harga diri seorang David. Lihat apa yang bisa dilakukan oleh David saat ini. Sambil mengepalkan tangannya dia pun berjalan ke arah Erwin. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Erwin yang terkejut melihatnya. Padahal Erwin sudah begitu yakin jika tempat tersebut sangat aman untuk menyekap Ayunda. Tapi apa? Apa yang dia lakukan terancam gagal jika begini. Tidak! Semuanya tidak boleh gagal begitu saja! "Berani sekali kau datang ke sini, nyali mu besar juga, apa kau pikir bisa menyelamatkan dia?" ucap Erwin dengan angkuhnya. Dia yakin bahwa David pun akan sangat menyesal karena telah mengganggu kesenangannya. Tapi David tidak perlu menjawab pertanyaan Erwin kan? Yang dia inginkan sekarang adalah menghabisi Erwin. "Jangan berani me
"JAWAB!" Bentak Erwin. Dia terlalu lama menunggu jawaban dari Ayunda. Padahal dia sudah tidak sabar mendengar Ayunda menentukan pilihannya.Pilihan yang diharapkan oleh Erwin adalah Ayunda berpihak padanya.Tentu saja Ayunda lebih memilih hidup dari pada mati konyol bersamanya kan? "Atau kau mau mati?" Tanya Erwin lagi untuk semakin menakut-nakuti Ayunda.Puas rasanya melihat wajah ketakutan Ayunda kali ini.Anggap saja ini adalah balas atas penolakan yang dilakukan oleh Ayunda selama ini. Ayunda pun menggelengkan kepalanya dengan panik. Lelaki itu sangat gila dan nekat, tidak punya hati dan perasaan.Siapa yang bisa percaya pada pria yang terbiasa hidup dengan kebohongan?Semua orang pasti ragu jika dihadapkan dengan Erwin yang benar adalah seorang bajingan. "Atau kau sedang berpikir bahwa kau bisa lolos dari ku? Maksudnya kau berharap ada yang menolong mu?" Erwin pun tersenyum miring. Kemudian menendang kaki Ayunda yang sudah terasa sakit. "Itu tidak mungkin." "Aaa
Ayunda terus menangis sambil terus melajukan sepeda motor yang dia kendarai. Dia kecewa atas keputusan sang Papa yang memaksanya untuk menikah dengan David. "Kenapa harus dia sih?" tanya Ayunda sambil terus terisak. Ditambah lagi dengan sikap David yang semena-mena membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Rasanya seperti tidak ingin berada di rumah jika ada David. Sejenak Ayunda sampai berpikir untuk melarikan diri dari rumah. Terutama dari David. Tapi kemana dia bisa pergi membawa anaknya? Apa lagi dengan keadaan sang Papa saat ini. Dia bisa terguncang jika Ayunda nekat melarikan diri. Ayunda dibuat bingung dengan keadaannya saat ini. Sepertinya tidak ada cela untuk bisa pergi dari semua ini. Ayunda benar-benar bingung dengan roda kehidupan yang terasa begitu menyakitinya. Sampai kapan ini akan terus berlangsung? Ayunda tidak tahan lagi. Awalnya mengira semua telah berakhir setelah lepas dari Erwin dan David. Tapi apa? Justru Ayahnya sendiri yang menari
"Ehem!" David pun berdehem. Ayunda pun mulai menoleh pada David, dia masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa bentuk tubuh David saat sebelumnya hanya mengunakan handuk saja. Bukan hanya itu, dia juga masih mengingat saat pisang keras pria itu ditekan pada bagian belakangnya. Gila! Warna merah pada wajahnya benar-benar tidak bisa ditutupi karena rasa malu. "Kamu bilang ke Mama aku perkosa kamu ya?" tanya David. Ayunda pun panik seketika sambil melihat sekitarnya. Beruntung tak ada orang, jika ada yang mendengar suara David sungguh sangat memalukan. "Kamu ngomong apa sih?!" kesal Ayunda. "Tadi kamu ngomong gitu ke Mama." "Dia Mama aku, jadi kamu nggak usah ikut panggil dia Mama!" "Kan kita udah menikah!" "Iya! Perawat di rumah sakit juga tahu!" sinis Ayunda, "nikah udah seperti kencing aja, nikah ya nikah." "Siap-siap nanti malam aku perkosa beneran!" Degh! Jantung Ayunda berdegup kencang karena keterkejutan yang begitu luar biasa. Apa tidak bisa pr