Di tengah malam yang gelap ini hanya ada penerangan bulan yang menerangi bumi. Bulan yang terang tanpa tertutup awan hitam. Hanya saja kehidupan Ayunda yang kini berbanding terbalik dengan sebelumnya, air matanya tak hentinya menetes membasahi pipinya yang mulus. Rasa sakit ini terasa semakin dalam hingga ingin menyerah, keadaan tidak membiarkan dia untuk bahagia. Sampai kapan ini akan terjadi? Bahkan Ayunda sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk tetap melanjutkan hidup, terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang itu sangat sulit. Ditengah jalan raya ini dia terus saja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bayangan wajah David tak bisa hilang dari pandangannya. Sakit dan perihnya tidak dapat terucapkan oleh bibirnya. Jika tidak bisa bersama kenapa harus bertemu lagi, padahal Ayunda sudah menutup hatinya untuk pria tidak bertanggungjawab itu. Tapi David pun seakan asing baginya, dia jauh berbeda dari yang dulu. Semua kenangan indah bersama pun mulai b
Lihatlah Tuan, bagaimana kini wanita yang dulunya kau perjuangkan begitu hebatnya hancur berantakan. Tapi tidak apa, bahkan hari ini wanita itu masih berusaha untuk tetap bertahan dalam keadaannya yang penuh dengan luka. Mempertahankan rumah tangganya yang dulunya kau mulai dan sepertinya kini tidak ada harganya. Bahkan, jika perlu dia akan memohon kepada anda untuk bisa menjadi rajanya hingga akhirnya maut memisahkan. Meskipun sebenarnya tidak ada sedikitpun cinta untuk anda. Tidak mengapa, dia akan berusaha untuk belajar mencintai anda meskipun sulit. Tidak apa, wanita itu berjuang mati-matian sendirian. Tapi jika sudah sampai pada titik penghabisan tak juga membuahkan hasil, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Pastikan Tuan tak akan pernah mencarinya lagi. Lihatlah wanita itu, kini dia sedang memakai riasan wajahnya, dia sangat hebat dalam berias. Hingga matanya yang bengkak karena semalaman menangis tak ada hentinya tidak lagi tampak. Tujuannya pagi ini ad
Disaat tangisan yang begitu keras dia pun mulai menepikan mobilnya di sisi jalanan. Mungkin dia ingin diam sejenak untuk kembali menata hati yang penuh dengan kehancuran sebelum bertemu seseorang nantinya. Tapi pikiran Ayunda belum juga bisa teralihkan.Justru semakin dia berusaha untuk melupakan semuanya, malah semakin menghantuinya. Ayunda belum lupa dengan apa yang pernah dikatakan oleh Erwin padanya saat itu. Dimana Erwin terus saja meyakinkan dirinya untuk menjadi istrinya. Padahal Erwin tahu dirinya tengah hamil. Tepatnya saat Ayunda jatuh pingsan saat berada di kampus. "Muka kamu pucet banget," ucap Lisa melihat wajah Ayunda. "Aku kurang enak badan," jawab Ayunda. Bertepatan dengan Tere yang juga tiba bersama dengan Kakanya. "Hay," sapa Tere. Belum sempat Ayunda menjawab tiba-tiba saja dia jatuh pingsan. "Ayunda!" seru Tere dan Lisa. Saat itu Erwin pun diminta untuk membantu Ayunda untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dokter selesai memeriksa pun mulai
[Yunda, aku jemput kamu sekarang ya. Kita ke dokter kandungan kan?] Tere. Ayunda mengusap wajahnya yang basah karena air matanya sendiri setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Tere. Tere sahabat sekaligus adik iparnya itu mengingatkan bahwa hari ini dirinya sudah membuat janji dengan dokter kandungan. "Ah, hampir saja aku lupa," ucap Ayunda. Saat itu Ayunda ingin kembali melajukan mobilnya, tapi dia merasa ada yang tidak beres. Dengan rasa penasaran dia pun segera turun dan benar saja, ternyata ban mobilnya kempes. "Huuuufff," Ayunda pun membuang nafas panjang sambil menatap ban mobilnya. Kemudian dia pun menghubungi Tere untuk menjemputnya. Tak lama berselang Tere pun tiba. Ayunda segera masuk ke dalam mobil Tere, semetara mobilnya akan ada pihak bengkel yang mengurus. "Kamu kok nyetir mobil sendiri? Kak Erwin dimana? Bahaya tahu!" omel Tere sambil terus mengemudikan mobilnya. Tapi Ayunda hanya diam saja, sebab percuma saja meminta Erwin untuk mengantarkan d
"Kenapa, Yunda? Kenapa kamu diam? Dia suami mu," Tere tak mengerti mengapa bisa semua ini terjadi. Dia terlihat begitu marah karena sahabatnya sendiri adalah seorang perusak rumah tangga Ayunda. "Kenapa kamu cuman diam? Kamu sedang hamil anak laki-laki itu! Rebut suami mu!" kata Tere lagi. Ayunda yang duduk di samping Tere hanya bisa menangis. Menahan sesak di dada. Tapi bagaimana dia bisa mengatakan bahwa dirinya tidak mengandung anak Erwin? "Mama harus tahu," kata Tere lagi. Tere yang mengambil ponselnya bermaksud untuk menghubungi Mamanya pun ditahan oleh Ayunda. "Jangan," ucap Ayunda dengan suara hampir menghilang. Lehernya terasa tercekat ketika akan bersuara, tentunya karena dadanya yang semakin terasa sesak. "Mama harus tahu, walaupun Kak Erwin adalah Kakak aku dia tetap salah!" tegas Tere lagi. "Aku mohon," pinta Ayunda lagi. Ayunda benar-benar berharap agar Tere tak mengatakan apapun pada siapapun, dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. Lagi pul
Ayunda pun melihat daun pintu kamar terbuka, sesaat kemudian Erwin pun muncul. Tak lama berselang pintu kembali tertutup rapat, langkah kaki Erwin pun semakin mendekati. Tatapan matanya tampak sangat serius, ada kemarahan yang tertahan. Plak! Satu tamparan pun mendarat di wajah Ayunda hingga terbawa ke samping. Sejenak Ayunda pun memejamkan matanya untuk menikmati sensasi yang luar biasa ini. "Kamu ingin main-main dengan ku?!" Ayunda pun perlahan mulai berdiri tegak, sebelah tangannya masih memegang pipinya bekas tamparan Erwin masih terasa sakit. "Kamu wanita iblis, kamu sengaja mengatakan tentang hubungan ku dengan Lisa pada Tere! Sehingga orang-orang akan tahu bahwa aku adalah seorang laki-laki bajingan!" kata Erwin lagi. "Aku tidak pernah mengatakan apapun pada Tere!" jawab Ayunda. Matanya tampak memerah dengan rasa amarah yang begitu menyala. "PEMBOHONG BESAR!" pekik Erwin sambil menunjuk wajah Ayunda. "Aku berkata jujur, kami datang ke restoran itu untuk
"Yunda," Wina pun menghampiri Ayunda ke kamarnya. Dia membawa sebuah berkas. Ayunda pun cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah. Kemudian merapikan rambutnya serta pakaiannya agar terlihat baik-baik saja. Tidak lupa Ayunda menutup bagian pipinya dengan foundation agar bekas tamparan Erwin tidak terlihat. Setelah merasa cukup dia pun segera membuka pintu. "Ya, Ma," jawab Ayunda. "Ini kayaknya punya Erwin yang terjatuh di teras, mungkin dia buru-buru jadi nggak terasa ada yang terjatuh," kata Wina sambil memberikan pada Ayunda. Ayunda pun menerimanya dan melihatnya dan benar itu adalah berkas yang sepertinya cukup penting. "Kamu antar ke kantornya aja, takut dia sedang mencari-cari," usul Wina. Sejujurnya Ayunda sangat malas untuk pergi ke kantor Erwin apa lagi setelah perdebatan barusan. Sebab dia pasti akan melihat wajah-wajah yang sangat menjijikkan disana. Tapi Ayunda tidak ingin membuat Wina curiga tentang pernikahannya. Dia harus terlihat baik-baik saja,
"Ini ponsel Ayunda? Ah, bocah itu ada-ada saja," Wina pun kembali memutar kendaraannya ketempat sebelumnya. Tepatnya ke kantor Erwin, dia bahkan langsung turun untuk mengantarkan ponsel sang anak. Sebab, Ayunda sedang hamil dan harus memegang ponsel dimana pun berada agar memudahkan untuk menghubungi dirinya jika ada yang terjadi. Setelah itu dia bisa kembali menuju tempat tujuannya, sedikit terlambat tidak masalah. Tapi Wina malah dibuat shock berat saat mendengar ucapan Lisa. "Ingat, Yunda. Kau hanya kesalahan, karena Erwin sebenarnya mencintai aku!" ucap Lisa dengan lantang. Ayunda yang sudah memutar badannya pun tak perduli dengan ucapan Lisa. "Yang dicinta Erwin aku, bukan kamu!" tambah Lisa lagi dengan begitu yakinnya. Seketika itu Wina pun mematung di depan pintu. Ayunda yang hendak keluar pun dibuat terkejut dengan kehadiran ibunya yang tiba-tiba. Sebelumnya berpikir bisa langsung pergi dengan segera. Karena sebelumnya jelas Wina sudah berpamitan untuk menuju
"Selamat siang?" Yusuf pun mengulurkan tangannya pada Zidan. Zidan pun membalasnya dengan baik, mereka baru menjalin kerja untuk pertama kalinya. Setelah David yang membantunya. Tapi disana dia dan Tere tampak sangat asing, tidak ada pembicaraan pribadi. Benar-benar sangat asing, siapapun tak akan ada yang mengira jika mereka adalah sepasang suami istri. Kecuali Yusuf yang memang sudah mengetahui sejak awal. Akhirnya setelah satu jam berlalu rapat pun selesai. "Terimakasih dan semoga kita bisa saling bekerjasama dengan baik," ucap Yusuf diakhir kalimatnya. "Tentu," balas Zidan.Zidan pun mengundurkan diri, kemudian 30 menit berikutnya rapat pun kembali dimulai dengan orang yang berbeda.Tere kembali dengan dirinya yang penuh percaya diri dan terlihat sangat murah senyum.Kulitnya yang kuning langsat membuat dirinya terlihat sedikit berbeda.Dia terlihat sangat manis dengan rambutnya yang pendek sebahunya, dengan warna hitam pekat. "Tuan, Yusuf. Bisa saya sedikit berb
"Tere dimana ya?" Ayunda pun segera menuju kamar sahabatnya yang sekaligus adalah Kakak iparnya sendiri. Dia akan memberitahu bahwa David akan segera menemukan dimana makam sang Mama. Tapi saat berdiri didepan pintu telinganya mendengar suara dari dalam sana. Akibat pintu yang tidak tertutup rapat membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. "Kamu bisanya apa? Melakukan hal kecil seperti ini saja tidak becus!" bentak Zidan. Tere pun tersentak kala mendengar suara Zidan yang meninggi. Dengan tangan yang saling meremas dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Tanpa kata apalagi meskipun hanya untuk membela diri. Percuma saja bersuara karena Zidan tidak akan mau mengerti. "Kenapa diam?!" bentak Zidan lagi. "Maaf, Kak," ucap Tere. Tidak ada yang bisa dia katakan selain minta maaf. "Setiap kali kamu hanya bisa minta maaf, bosan sekali, otak mu dipakai!" ucap Zidan sambil menunjuk kepala Tere. Tere menutup matanya mengira jika Zidan akan memukulnya. "Kak!" seru Ay
"Kak," Ayunda pun memberanikan diri untuk memeluk David terlebih dahulu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak apa demi bisa menjadi seseorang yang bisa berguna untuk Tere. David pun menatap tangan Ayunda yang melingkar di pinggangnya. "Kak, Yunda boleh minta tolong nggak?" "Apa?" "Tolong carikan makam Mamanya Tere." David pun mengambil kesimpulan jika tujuan Ayunda memeluknya duluan karena itu. Tidak masalah. "Kak," Ayunda pun mengguncangkan tubuh David karena belum mengabulkan permintaannya. "Iya," jawab David. "Besok harus udah ketemu ya, Kak," kata Ayunda lagi. "Besok?" David pun menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Ayunda. "Kakak, keberatan?" "Apakah waktunya sesingkat itu?" "Ayolah, Kak. Tere cuma punya Yunda aja," mohon Ayunda. Gadis nakal ini mulai pintar merayu suaminya sendiri. Lihatlah dengan bergelayut manja seakan dia sudah sangat tahu bahwa suaminya suka hal seperti ini. "Kak," lagi-lagi Ayunda pun mengguncangkan tubuh Dav
"Kamu kenapa?" tanya David saat melihat Ayunda begitu gelisah sedari tadi. Seharusnya Ayunda sudah terlelap tapi tidak, tampak ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Perut Yunda nyeri, Kak," kata Yunda sambil bergerak turun dari ranjang. "Kita ke rumah sakit?" David pun menyusul turun dari ranjang karena merasa khawatir. Sementara Ken masih terlelap di atas ranjang, dia tidur diantara kedua orang tuanya dan ini untuk pertama kalinya terjadi. "Nggak perlu, Yunda datang bulan," ucap Ayunda. "O, begitu, tapi tadi pagi?" David pun mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada istrinya ini. "Baru aja." Tapi mata Yunda melihat seseorang di bawah sana. "Tere ngapain duduk di sana tengah malam begini?" tanyanya. David pun ikut melihat apa yang dilihat oleh Ayunda. "Seperti hantu saja, duduk di luar saat tengah malam begini," sahut David. Tapi Ayunda tak menghiraukannya, dia justru semakin penasaran pada Tere. "Yunda ke sana dulu ya, Kak," pamitnya pada suaminya.
Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K
"Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke
Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.