Share

Bab 160

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-04-24 10:47:48

Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David.

Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang.

"Apaan sih?!" seru Ayunda.

"Nggak papa," ejek David.

"Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?"

"Emang kenapa?"

"Aku nggak mau!"

"Kalau akunya yang mau gimana dong?"

"Apa sih?"

Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang.

Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya.

"Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David.

David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa.

Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya.

Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang.

Bur!

"Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam.

Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
thanks kk Thor
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
siap Kak. ......
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
up yg byk dong thor ^^
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 161

    Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn

    Last Updated : 2025-04-24
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 162

    "Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke

    Last Updated : 2025-04-25
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 163

    Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K

    Last Updated : 2025-04-25
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 164

    "Kamu kenapa?" tanya David saat melihat Ayunda begitu gelisah sedari tadi. Seharusnya Ayunda sudah terlelap tapi tidak, tampak ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Perut Yunda nyeri, Kak," kata Yunda sambil bergerak turun dari ranjang. "Kita ke rumah sakit?" David pun menyusul turun dari ranjang karena merasa khawatir. Sementara Ken masih terlelap di atas ranjang, dia tidur diantara kedua orang tuanya dan ini untuk pertama kalinya terjadi. "Nggak perlu, Yunda datang bulan," ucap Ayunda. "O, begitu, tapi tadi pagi?" David pun mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada istrinya ini. "Baru aja." Tapi mata Yunda melihat seseorang di bawah sana. "Tere ngapain duduk di sana tengah malam begini?" tanyanya. David pun ikut melihat apa yang dilihat oleh Ayunda. "Seperti hantu saja, duduk di luar saat tengah malam begini," sahut David. Tapi Ayunda tak menghiraukannya, dia justru semakin penasaran pada Tere. "Yunda ke sana dulu ya, Kak," pamitnya pada suaminya.

    Last Updated : 2025-04-27
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 265

    "Kak," Ayunda pun memberanikan diri untuk memeluk David terlebih dahulu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak apa demi bisa menjadi seseorang yang bisa berguna untuk Tere. David pun menatap tangan Ayunda yang melingkar di pinggangnya. "Kak, Yunda boleh minta tolong nggak?" "Apa?" "Tolong carikan makam Mamanya Tere." David pun mengambil kesimpulan jika tujuan Ayunda memeluknya duluan karena itu. Tidak masalah. "Kak," Ayunda pun mengguncangkan tubuh David karena belum mengabulkan permintaannya. "Iya," jawab David. "Besok harus udah ketemu ya, Kak," kata Ayunda lagi. "Besok?" David pun menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Ayunda. "Kakak, keberatan?" "Apakah waktunya sesingkat itu?" "Ayolah, Kak. Tere cuma punya Yunda aja," mohon Ayunda. Gadis nakal ini mulai pintar merayu suaminya sendiri. Lihatlah dengan bergelayut manja seakan dia sudah sangat tahu bahwa suaminya suka hal seperti ini. "Kak," lagi-lagi Ayunda pun mengguncangkan tubuh Dav

    Last Updated : 2025-04-27
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 126

    "Tere dimana ya?" Ayunda pun segera menuju kamar sahabatnya yang sekaligus adalah Kakak iparnya sendiri. Dia akan memberitahu bahwa David akan segera menemukan dimana makam sang Mama. Tapi saat berdiri didepan pintu telinganya mendengar suara dari dalam sana. Akibat pintu yang tidak tertutup rapat membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. "Kamu bisanya apa? Melakukan hal kecil seperti ini saja tidak becus!" bentak Zidan. Tere pun tersentak kala mendengar suara Zidan yang meninggi. Dengan tangan yang saling meremas dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Tanpa kata apalagi meskipun hanya untuk membela diri. Percuma saja bersuara karena Zidan tidak akan mau mengerti. "Kenapa diam?!" bentak Zidan lagi. "Maaf, Kak," ucap Tere. Tidak ada yang bisa dia katakan selain minta maaf. "Setiap kali kamu hanya bisa minta maaf, bosan sekali, otak mu dipakai!" ucap Zidan sambil menunjuk kepala Tere. Tere menutup matanya mengira jika Zidan akan memukulnya. "Kak!" seru Ay

    Last Updated : 2025-04-27
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 167

    "Selamat siang?" Yusuf pun mengulurkan tangannya pada Zidan. Zidan pun membalasnya dengan baik, mereka baru menjalin kerja untuk pertama kalinya. Setelah David yang membantunya. Tapi disana dia dan Tere tampak sangat asing, tidak ada pembicaraan pribadi. Benar-benar sangat asing, siapapun tak akan ada yang mengira jika mereka adalah sepasang suami istri. Kecuali Yusuf yang memang sudah mengetahui sejak awal. Akhirnya setelah satu jam berlalu rapat pun selesai. "Terimakasih dan semoga kita bisa saling bekerjasama dengan baik," ucap Yusuf diakhir kalimatnya. "Tentu," balas Zidan.Zidan pun mengundurkan diri, kemudian 30 menit berikutnya rapat pun kembali dimulai dengan orang yang berbeda.Tere kembali dengan dirinya yang penuh percaya diri dan terlihat sangat murah senyum.Kulitnya yang kuning langsat membuat dirinya terlihat sedikit berbeda.Dia terlihat sangat manis dengan rambutnya yang pendek sebahunya, dengan warna hitam pekat. "Tuan, Yusuf. Bisa saya sedikit berb

    Last Updated : 2025-04-27
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 1

    "Bisa-bisanya kamu selingkuh sama sahabatku, Erwin!” seru Ayunda dengan suara cukup keras. Hati istri mana yang tidak sakit melihat sendiri dengan mata kepalanya saat sang suami tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di kantor? Tubuh Ayunda bahkan sampai gemetaran karena tidak menyangka akan menyaksikan sendiri hal kotor ini. Dia pikir kedekatan keduanya selama ini sebatas sekretaris dan atasan saja. Siapa sangka, keduanya berkhianat? Di sisi lain, Erwin tampak tidak merasa bersalah. Pria itu bahkan menatap Ayunda sinis. "Cukup Ayunda! Nggak usah teriak-teriak!" ucap pria itu dengan suara pelan, tetapi penuh penekanan. Ayunda sontak tertawa kehilangan akal. "Aku udah berusaha jadi istri yang baik buat kamu, tapi apa yang kamu lakukan ke aku?" kecewa wanita itu. "Alah! Nggak usah mendramatisir keadaan, Ayunda atau kamu mau semua orang tahu bahwa anak itu adalah anak haram, hah?!" ucap Erwin sambil menunjuk perut buncit Ayunda, “kamu wanita murahan yang bahkan tak t

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 167

    "Selamat siang?" Yusuf pun mengulurkan tangannya pada Zidan. Zidan pun membalasnya dengan baik, mereka baru menjalin kerja untuk pertama kalinya. Setelah David yang membantunya. Tapi disana dia dan Tere tampak sangat asing, tidak ada pembicaraan pribadi. Benar-benar sangat asing, siapapun tak akan ada yang mengira jika mereka adalah sepasang suami istri. Kecuali Yusuf yang memang sudah mengetahui sejak awal. Akhirnya setelah satu jam berlalu rapat pun selesai. "Terimakasih dan semoga kita bisa saling bekerjasama dengan baik," ucap Yusuf diakhir kalimatnya. "Tentu," balas Zidan.Zidan pun mengundurkan diri, kemudian 30 menit berikutnya rapat pun kembali dimulai dengan orang yang berbeda.Tere kembali dengan dirinya yang penuh percaya diri dan terlihat sangat murah senyum.Kulitnya yang kuning langsat membuat dirinya terlihat sedikit berbeda.Dia terlihat sangat manis dengan rambutnya yang pendek sebahunya, dengan warna hitam pekat. "Tuan, Yusuf. Bisa saya sedikit berb

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 126

    "Tere dimana ya?" Ayunda pun segera menuju kamar sahabatnya yang sekaligus adalah Kakak iparnya sendiri. Dia akan memberitahu bahwa David akan segera menemukan dimana makam sang Mama. Tapi saat berdiri didepan pintu telinganya mendengar suara dari dalam sana. Akibat pintu yang tidak tertutup rapat membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. "Kamu bisanya apa? Melakukan hal kecil seperti ini saja tidak becus!" bentak Zidan. Tere pun tersentak kala mendengar suara Zidan yang meninggi. Dengan tangan yang saling meremas dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Tanpa kata apalagi meskipun hanya untuk membela diri. Percuma saja bersuara karena Zidan tidak akan mau mengerti. "Kenapa diam?!" bentak Zidan lagi. "Maaf, Kak," ucap Tere. Tidak ada yang bisa dia katakan selain minta maaf. "Setiap kali kamu hanya bisa minta maaf, bosan sekali, otak mu dipakai!" ucap Zidan sambil menunjuk kepala Tere. Tere menutup matanya mengira jika Zidan akan memukulnya. "Kak!" seru Ay

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 265

    "Kak," Ayunda pun memberanikan diri untuk memeluk David terlebih dahulu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak apa demi bisa menjadi seseorang yang bisa berguna untuk Tere. David pun menatap tangan Ayunda yang melingkar di pinggangnya. "Kak, Yunda boleh minta tolong nggak?" "Apa?" "Tolong carikan makam Mamanya Tere." David pun mengambil kesimpulan jika tujuan Ayunda memeluknya duluan karena itu. Tidak masalah. "Kak," Ayunda pun mengguncangkan tubuh David karena belum mengabulkan permintaannya. "Iya," jawab David. "Besok harus udah ketemu ya, Kak," kata Ayunda lagi. "Besok?" David pun menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Ayunda. "Kakak, keberatan?" "Apakah waktunya sesingkat itu?" "Ayolah, Kak. Tere cuma punya Yunda aja," mohon Ayunda. Gadis nakal ini mulai pintar merayu suaminya sendiri. Lihatlah dengan bergelayut manja seakan dia sudah sangat tahu bahwa suaminya suka hal seperti ini. "Kak," lagi-lagi Ayunda pun mengguncangkan tubuh Dav

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 164

    "Kamu kenapa?" tanya David saat melihat Ayunda begitu gelisah sedari tadi. Seharusnya Ayunda sudah terlelap tapi tidak, tampak ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Perut Yunda nyeri, Kak," kata Yunda sambil bergerak turun dari ranjang. "Kita ke rumah sakit?" David pun menyusul turun dari ranjang karena merasa khawatir. Sementara Ken masih terlelap di atas ranjang, dia tidur diantara kedua orang tuanya dan ini untuk pertama kalinya terjadi. "Nggak perlu, Yunda datang bulan," ucap Ayunda. "O, begitu, tapi tadi pagi?" David pun mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada istrinya ini. "Baru aja." Tapi mata Yunda melihat seseorang di bawah sana. "Tere ngapain duduk di sana tengah malam begini?" tanyanya. David pun ikut melihat apa yang dilihat oleh Ayunda. "Seperti hantu saja, duduk di luar saat tengah malam begini," sahut David. Tapi Ayunda tak menghiraukannya, dia justru semakin penasaran pada Tere. "Yunda ke sana dulu ya, Kak," pamitnya pada suaminya.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 163

    Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 162

    "Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 161

    Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 160

    Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 159

    Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status