"David?"
Dirga, ayah dari Zidan dan Ayunda, yang telah lama tidak bertemu dengan David seketika memanggilnya. Akhirnya pria itu pun tidak bisa pergi begitu saja. "Tuan Dirga," sapanya ramah. "Ayo, masuk! Kenapa hanya duduk diam di dalam mobil? Kamu pasti mau ketemu Zidan, kan?" tebak pria paruh baya itu akrab. Dia tahu seperti apa kedekatan antara anaknya dan David. Meskipun David pernah menjadi asisten anaknya, tapi mereka sudah bersahabat sejak lama. Bahkan, sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Hal ini membuat David semakin kesulitan untuk menolak. Berjalan beriringan, keduanya pun masuk, sampai David tak sengaja melihat bingkai foto pernikahan Ayunda dan Erwin dipajang di ruang tamu…. Sejenak, pria itu bahkan mematung karenanya. "Itu adalah foto pernikahan Ayunda, kamu tidak lupa seperti apa bocah itu membuatmu sibuk karena ulahnya yang bermacam-macam?" seloroh Dirga yang tak tahu pergulatan batin David saat ini. Seketika itu juga David pun tersenyum tipis–mencoba menormalkan dirinya dari rasa cemburu luar biasa. "Sekarang dia sudah menikah dan sepertinya jauh lebih dewasa," ucap David asal. "Ya. Dia lebih kalem, tidak lagi banyak bicara, banyak tingkah dan hari-harinya hanya ke kampus atau di kamar," balas Dirga yang tidak ada hentinya berbicara, “jujur saja, kami sedikit merindukannya yang manja seperti dulu.” "Loh ada David?" sapa Wina yang melihat wajah pria yang cukup dia kenali. "Bu…." David pun mencium tangan Wina seperti biasanya. Tampak masih ada keakraban diantara mereka berdua, meskipun cukup lama tidak bertemu. "Kamu apa kabar? Kamu mau ketemu Zidan, ya?" tebak Wina dengan senyuman mengembang sempurna. Sama seperti sang suami, dia tahu keakraban anak pertamanya itu dengan David. "Iya dong, masa ketemu sama Yunda. Kan lucu," timpal Dirga yang dibalas tawa oleh Wina, merasa lucu dengan ucapan sang suami. David sendiri hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Dirga. Tidak ada yang berubah dari rumah tersebut. Rasanya begitu banyak kenangan indah bersama dengan Ayunda di rumah tersebut, kecuali fakta bahwa wanita itu sudah menikah. *** "David," sapa Zidan, "Gimana, sudah menikah atau belum? Mungkin saja kamu menikah tanpa mengundang sahabatmu ini, kan?" Keduanya lalu berpelukan seperti layaknya lelaki. David sendiri hanya tersenyum, tanpa ingin menceritakan apapun. "Bagaimana dengan monyetmu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. "Kau ini lama tidak bertemu malah menanyakan peliharaanku!" Zidan pun menepuk pundak David. "Karena kulihat kau sehat. Jadi, tidak ada yang perlu ditanyakan lagi kan?" jawab David dengan konyolnya. “Hadeuh, ke taman belakang aja. Lihat sendiri!” Keduanya tertawa lalu menuju tempat yang dimaksud David. Hanya saja, sesampainya di sana, keduanya justru melihat Ayunda yang tengah duduk di kursi taman sambil memunggungi keduanya. Punggungnya terlihat bergetar hebat. Hal ini membuat Zidan penasaran dan segera menghampirinya. Mengingat adiknya itu mengaku baru saja pingsan. "Yunda, kamu kenapa?" tanya Zidan. Ayunda pun cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Kemudian dia pun menggelengkan kepalanya dengan cepat karena tak ingin sang Kakak khawatir. “Gapapa, Kak.” "Astaga! Sekarang kamu lebih cengeng, ya. Tuh, ada David! Kamu nggak kangen ngerjain dia?" tanya Zidan. "David?" tanya Ayunda bingung. "Iya," Zidan pun kembali menjawab dengan yakin. Gegas, Ayunda bangkit dari duduknya dan melihat kehadiran David lagi di hadapannya. Mendadak janinnya kembali bergerak di dalam sana. Ayunda sedikit meringis. Ini pertanda janinnya sehat, kan? "Salaman, dong!” seloroh Zidan lagi, "David kasih selamat sama adikku ini. Kakaknya saja belum menikah, tapi dia sudah menikah terlebih dahulu." Pria itu tertawa kecil yang dibalas tawa basa-basi oleh kedua pasangan mantan kekasih itu. David pun melangkah lebih maju dengan tangganya yang mulai terangkat. Di sisi lain, Ayunda tidak ingin membalas uluran tangan David. Akan tetapi, rasanya tidak mungkin juga menolak di hadapan Kakaknya, kan? Ayunda pun terpaksa membalasnya, sampai gerakan dari dalam perutnya kembali terasa. "Aku permisi," pamitnya cepat. Dia pun menundukkan kepalanya kemudian segera melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari sana. Sambil berjalan air matanya pun menetes tanpa tanpa henti. Mengapa perasaannya semakin sensitif dan janinnya begitu aktif? Wanita itu bahkan tak sadar jika Zidan memanggilnya. "Aku tidak mengerti dengan bocah itu. Mungkin karena sedang hamil, ya?" keluh Zidan sambil menggaruk kepalanya, bingung. Dia bahkan tak menyadari jika kedua tangan David kembali terkepal erat menahan rasa kecewa. Dalam hati, pria itu bertanya-tanya, kenapa juga menolong Ayunda? Seharusnya, dia membiarkan pengkhianat itu mati di sana. Bukannya justru kembali turun dari mobil dan membawa ke rumah sakit!Ayunda kini menuju meja makan. Perutnya sudah sangat lapar karena ternyata sejak pagi tadi belum makan sama sekali. Hanya saja, ia terkejut menemukan Erwin sudah kembali. Bahkan, David juga ikut makan malam bersama! "Yunda, duduk. Malam ini kita akan makan malam dengan tamu istimewa," ucap Wina. Ayunda pun hanya bisa mengangguk pelan menurut pada ucapan ibunya itu. Dia memilih duduk di samping Erwin dan berhadapan dengan David. "Ayunda, isi piring suamimu," ucap Wina lagi mengingatkan Ayunda akan kewajibannya sebagai istri. Ayunda kembali menganggukkan kepalanya sambil bergerak untuk mengisi piring Erwin. Isi pikirannya terlalu banyak, hingga dia tidak bisa melakukan apapun tanpa diperintahkan. "Entah kapan kita dilayani istri, ya?" keluh Zidan. "Semoga kalian juga segera nyusul, kemudian punya anak. Tidak sabar menunggu hari kelahiran calon cucu dari Ayunda dan Erwin," ucap Wina sambil tersenyum pada sang anak. Deg! Jantung Ayunda seketika berdetak lebih k
"Kalian?" Ayunda terkesiap melihat wajah Erwin, dia semakin bingung harus bagaimana. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi, Erwin memergoki dirinya dan David berada di dalam kamar. Sementara David terlihat santai saja, membuat Ayunda merasa bingung dengan sikap pria itu. "Erwin, aku tidak tahu kenapa dia ada di sini," terang Ayunda berusaha untuk menjelaskan pada Erwin. Karena itu adalah kenyataan sebenarnya. Lalu Erwin pun menatapnya dengan penuh intimidasi, membuat keadaan semakin sengit. "Pergi dari sini!" geram Ayunda karena David masih saja berdiri di sana tanpa bergerak sama sekali. Apa lagi mencoba untuk menjelaskan pada Erwin tentang apa yang sebenarnya terjadi, rasanya tidak mungkin. Lihat saja bukannya segera pergi David justru kembali bertanya padanya. "Tadi kamu meminta ku untuk masuk ke sini, sekarang mengusir ku?" tanya David seakan tak percaya. Ayunda pun syok mendengar ucapan David, dia pun menatap wajah Erwin sambil menggelengkan kepalanya. "K
Pagi harinya Ayunda mencoba untuk bangkit kembali dari keterpurukannya, dia ingin memperbaiki semuanya. Termasuk hubungannya dengan Erwin. Tidak ada kata terlambat untuk memulai semuanya bukan? Meskipun semalaman Erwin tidak pulang ke rumah dia tetap akan berusaha untuk bersikap baik. Dia juga sangat yakin jika kini Erwin berada di kantornya. Sambil berdiri di depan cermin, Ayunda terus memperhatikan wajahnya dengan mata yang bengkak akibat menangis semalaman, sekaligus menatap dirinya sendiri dengan perut buncitnya yang begitu jelas terlihat. Mengelus perutnya dan merasakan gerakan dari dalam sana. Janin tersebut adalah semangat terhebatnya, dia bisa bangkit kembali karena janin tersebut. Tujuan Ayunda kini terlebih dahulu menemui Lisa, ataupun sahabatnya yang telah berkhianat dengan suaminya sendiri. Ayunda ingin meminta Lisa meninggalkan suaminya. "Kamu bisa Ayunda, kamu adalah wanita yang kuat!" ucap Ayunda memberikan semangat pada dirinya sendiri. Dia bahkan
Dunia Ayunda benar-benar berubah berantakan setelah kesalahan satu malam yang dia lakukan. Andai waktu bisa diputar kembali mungkin dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Andai hari itu tidak pernah terjadi apa-apa, tentu saja saat ini tidak akan menikahi Erwin karena terdesak oleh keadaannya. Andai dan andai hanya itulah yang bisa terucap didalam hatinya, sisa-sisa penyesalan ini begitu menyiksanya. Sadisnya lagi kini Erwin menjadikan rahasianya sebagai senjata untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya jika dirinya akan diperlakukan seperti ini. Bahkan malam ini dia harus rela menemui seorang pria yang katanya adalah seorang CEO dari perusahaan raksasa sebagai syarat bekerja sama dengan perusahaan Erwin. Apakah dia sedang dijual untuk mendapatkan tujuan? Suami menjual istrinya sendiri? Ini tidak masuk akal. Tapi Ayunda hanya bisa pasrah, melakukan semua ini dengan kepasrahan. Entah sampai kapan dirinya terus seperti
Di tengah malam yang gelap ini hanya ada penerangan bulan yang menerangi bumi. Bulan yang terang tanpa tertutup awan hitam. Hanya saja kehidupan Ayunda yang kini berbanding terbalik dengan sebelumnya, air matanya tak hentinya menetes membasahi pipinya yang mulus. Rasa sakit ini terasa semakin dalam hingga ingin menyerah, keadaan tidak membiarkan dia untuk bahagia. Sampai kapan ini akan terjadi? Bahkan Ayunda sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk tetap melanjutkan hidup, terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang itu sangat sulit. Ditengah jalan raya ini dia terus saja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bayangan wajah David tak bisa hilang dari pandangannya. Sakit dan perihnya tidak dapat terucapkan oleh bibirnya. Jika tidak bisa bersama kenapa harus bertemu lagi, padahal Ayunda sudah menutup hatinya untuk pria tidak bertanggungjawab itu. Tapi David pun seakan asing baginya, dia jauh berbeda dari yang dulu. Semua kenangan indah bersama pun mulai b
Lihatlah Tuan, bagaimana kini wanita yang dulunya kau perjuangkan begitu hebatnya hancur berantakan. Tapi tidak apa, bahkan hari ini wanita itu masih berusaha untuk tetap bertahan dalam keadaannya yang penuh dengan luka. Mempertahankan rumah tangganya yang dulunya kau mulai dan sepertinya kini tidak ada harganya. Bahkan, jika perlu dia akan memohon kepada anda untuk bisa menjadi rajanya hingga akhirnya maut memisahkan. Meskipun sebenarnya tidak ada sedikitpun cinta untuk anda. Tidak mengapa, dia akan berusaha untuk belajar mencintai anda meskipun sulit. Tidak apa, wanita itu berjuang mati-matian sendirian. Tapi jika sudah sampai pada titik penghabisan tak juga membuahkan hasil, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Pastikan Tuan tak akan pernah mencarinya lagi. Lihatlah wanita itu, kini dia sedang memakai riasan wajahnya, dia sangat hebat dalam berias. Hingga matanya yang bengkak karena semalaman menangis tak ada hentinya tidak lagi tampak. Tujuannya pagi ini ad
Disaat tangisan yang begitu keras dia pun mulai menepikan mobilnya di sisi jalanan. Mungkin dia ingin diam sejenak untuk kembali menata hati yang penuh dengan kehancuran sebelum bertemu seseorang nantinya. Tapi pikiran Ayunda belum juga bisa teralihkan.Justru semakin dia berusaha untuk melupakan semuanya, malah semakin menghantuinya. Ayunda belum lupa dengan apa yang pernah dikatakan oleh Erwin padanya saat itu. Dimana Erwin terus saja meyakinkan dirinya untuk menjadi istrinya. Padahal Erwin tahu dirinya tengah hamil. Tepatnya saat Ayunda jatuh pingsan saat berada di kampus. "Muka kamu pucet banget," ucap Lisa melihat wajah Ayunda. "Aku kurang enak badan," jawab Ayunda. Bertepatan dengan Tere yang juga tiba bersama dengan Kakanya. "Hay," sapa Tere. Belum sempat Ayunda menjawab tiba-tiba saja dia jatuh pingsan. "Ayunda!" seru Tere dan Lisa. Saat itu Erwin pun diminta untuk membantu Ayunda untuk dibawa ke rumah sakit. Saat dokter selesai memeriksa pun mulai
[Yunda, aku jemput kamu sekarang ya. Kita ke dokter kandungan kan?] Tere. Ayunda mengusap wajahnya yang basah karena air matanya sendiri setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Tere. Tere sahabat sekaligus adik iparnya itu mengingatkan bahwa hari ini dirinya sudah membuat janji dengan dokter kandungan. "Ah, hampir saja aku lupa," ucap Ayunda. Saat itu Ayunda ingin kembali melajukan mobilnya, tapi dia merasa ada yang tidak beres. Dengan rasa penasaran dia pun segera turun dan benar saja, ternyata ban mobilnya kempes. "Huuuufff," Ayunda pun membuang nafas panjang sambil menatap ban mobilnya. Kemudian dia pun menghubungi Tere untuk menjemputnya. Tak lama berselang Tere pun tiba. Ayunda segera masuk ke dalam mobil Tere, semetara mobilnya akan ada pihak bengkel yang mengurus. "Kamu kok nyetir mobil sendiri? Kak Erwin dimana? Bahaya tahu!" omel Tere sambil terus mengemudikan mobilnya. Tapi Ayunda hanya diam saja, sebab percuma saja meminta Erwin untuk mengantarkan d
Ting! Suara ponsel Ayunda dan ternyata Yusuf yang mengirimkan sebuah pesan. [Yunda, Mama ngotot pengen ketemu dengan Mama kamu, bisa tolongin aku nggak?] Yusuf. Ayunda pun tersenyum setelah membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Yusuf padanya. Tentu saja ini adalah cara untuk membuat David menjauhinya. [Datang aja ke rumah, Mama di rumah juga] Yunda. Ayunda tersenyum bahagia karena merasa ide kali ini akan berjalan dengan baik. "Kenapa?" tanya David yang melihat Ayunda tersenyum sambil memegang ponselnya. "Apaan sih, mau tau banget urusan orang!" *** Yusuf dan Rika pun telah tiba di kediaman orang tua Ayunda. Mereka datang dengan membawa banyak buah tangan. Wina pun cukup terkejut melihat kehadiran Yusuf dan sang ibu yang tidak memberitahukan padanya sebelumnya. Akan tetapi Wina tentunya merasa bahagia atas kehadiran Yusuf dan ibunya. "Silahkan masuk," Wina pun mempersilahkan keduanya untuk masuk. "Terimakasih," balas Rika sambil berjalan masuk. "Ayo du
Ayunda pun memasuki toko kosmetik. Dia langsung saja melihat beberapa make-up di sana. Kemudian dia pun menatap wajah David. "Mana bibirnya, aku mau nyobain yang warna ini," kata Ayunda. "Aku?" tanya David tak percaya. "Iyalah, siapa lagi?" "Tapi....." "Nggak mau?!" "Mau," David pun kembali menurut pada perintah Ayunda. Dia pun sedikit berjongkok dan Ayunda pun mulai memakai lipstik di bibirnya. Kacau! Gila! Aneh! Bukan lagi hal itu yang dipikirkan oleh David. Tapi rasanya begitu nyaman berdekatan dengan Ayunda seperti ini. Wajah Ayunda begitu dekat dengan dirinya, andai saja dia tidak memikirkan kemarahan Ayunda dia sudah melumat bibir itu. Meski sadar di tempat umum, tapi wanita ini benar-benar mudah membuatnya panas dingin. "Udah! Sana jauh-jauh!" ketus Ayunda. Saat itu Ken juga memegang hidung David, akhirnya David pun kembali menetralkan dirinya. "Mbak, kok dipakein ke suaminya?" ucap pramuniaga. "Ha?" Ayunda syok berat mendengar apa yang d
Masa bodo, mau pemilik mall, pemilik kuburan sekalian, bodo! Batin Ayunda. Kemudian dia pun mencari toko selanjutnya yang akan dia masuki. Toko dalaman khusus wanita. Ayunda pun tersenyum sambil menoleh pada David. "Ayu masuk," kata Ayunda. David pun terdiam sejenak saat berdiri di depan toko, sepertinya dia sedang berpikir di tempatnya. "Kamu nggak mau?!" "Mau," jawab David yang benar-benar pasrah, meskipun dia tengah begitu kesulitan dalam mengangkat semua barang belanja milik Ayunda. "Ya ampun, cowoknya ganteng banget," bisik seorang pramuniaga pada seorang temannya. Sedangkan temannya mengangguk membenarkan. Apa lagi jika mereka tahu saat ini mereka sedang bertemu dengan pemilik mall tersebut, sudah pasti mereka akan semakin terkagum-kagum. Tapi tidak semua orang tahu, hanya sebagian orang saja yang mengetahuinya. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak? Mas?" tanya sang pramuniaga. Ayunda tahu pramuniaga tersebut tertarik pada David, dan itu tidak masalah bagi
"Dia manusia atau apa sih? Aku curiga dia itu titisan jalangkung," gerutu Ayunda yang tak hentinya sambil membayangkan wajah David. "Kamu kok basah kuyup?" tanya Tere yang tak sengaja bertemu dengan Ayunda di ruang keluarga. Tepatnya ketika Ayunda tengah melintas. "Ini karena jailangkung," jawabnya penuh kekesalan. "Jailangkung?" "Hem......Dia datang dan pergi tanpa ijin, siapa lagi kalau bukan ayah Ken," ucap Ayunda. "Kayaknya dia serius pengen balikan sama kamu ya, buktinya tidak ada hentinya berusaha untuk mendekati mu," kata Tere lagi. "Enggak ya, aku nggak mau balikan sama dia. Dulu juga dia mati-matian berusaha untuk dapatkan cinta aku. Tapi apa? Dia malah menyakiti aku," Ayunda seakan tak bisa melupakan semua yang telah dia lewati. David, Erwin keduanya sama saja. Sama-sama jahat ketika sudah mendapatkan keinginannya. Lupa pernah berusaha mati-matian untuk mendapatkan Ayunda. "Kamu gimana? Kak Zidan nggak nyakitin kamu kan?" tanya Ayunda yang justru penasara
Hari ini adalah hari libur, sehingga Ayunda tidak berangkat bekerja. Akan tetapi dia juga tidak bermalas-malasan, dia menyirami tanaman miliknya yang begitu indah. Ada banyak bunga mawar di sana. Dia sangat hobi berkebun dan menikmati keindahannya adalah hal yang tak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata. Ayunda juga memperbaiki beberapa bagian yang kurang bagus, dia merawat dengan penuh perasaan. Bahkan selama dia pergi pun bunganya masih sangat indah, sebab Wina ikut merawatnya. Ayunda pun tersenyum sambil mencium sebuah bunga mawar, dia menghirup aroma yang sangat menenangkan diri. Hiburan tersendiri yang sangat membahagiakan untuknya. "Selamat pagi, Bunda," sapa David. Ayunda yang sedang tersenyum bahagia menikmati keindahan pagi ini seketika berubah kesal. Tentunya karena kehadiran David yang sangat tidak diinginkan. Tidak tahu kenapa David sangat suka datang ke rumahnya, apakah pria tersebut tidak punya rasa malu? Entahlah. Putus asa, tapi dia juga ingin
Tere baru saja sampai di apartemennya tapi ternyata ada Erwin yang berdiri di sana. Tere tidak tahu apa tujuan sang Kakak menemuinya. Namun, dia berharap jika Erwin memberikan kabar tentang Mama mereka. Dengan langkah yang cepat Tere pun berjalan ke arah Erwin yang masih berdiri di depan pintu apartemennya. "Kak Erwin," katanya sambil tersenyum pada sang Kakak. "Aku mau bicara." Tere pun mengangguk cepat, kemudian dia pun membukakan pintu agar mereka bisa berbicara di dalam. Setelah Tere masuk Erwin juga ikut masuk. Mereka masih berada di dekat pintu yang terbuka lebar. "Kak, kabar Mama gimana?" tanya Tere tak sabar. "Mama koma, kamu mau bertemu dengan Mama?" tanya Erwin. "Iya, Kak," Tere pun mengangguk cepat karena dia juga sangat merindukan ibunya. "Kamu harus membuat Ayunda mau kembali pada ku!" ucap Erwin. Tere pun dibuat terkejut mendengar ucapan sang Kakak. Rasanya sangat tidak mungkin karena dulunya Erwin sudah sangat yakin menceraikan Ayunda. Bahk
"Anak Bunda," seru Ayunda sambil menciumi seluruh wajah sang putra. Tidak bertemu sejak kemarin membuatnya menahan rindu yang begitu besar. Saat itu Ayunda memeluk sang anak dengan begitu erat. Berulangkali Ayunda mencium pipi mungil putranya, rasanya belum juga puas. "Yunda, apa benar Kakak kamu sudah menikah dengan Tere?" tanya Wina secara langsung. Dia sudah sangat penasaran hingga tak mampu lagi menahan rasa penasarannya. Saat itu Ayunda pun mulai menatap wajah sang Mama dengan serius. Artinya Zidan sudah menceritakan apa yang dia alami di desa. "Kak Zidan udah cerita?" tanya Ayunda kembali. "Iya, kemarin katanya dia menyusul kamu karena ingin melindungi kamu dari David. Tapi, ternyata sesampainya di sana terjadi insiden yang tak terduga, dia di paksa untuk menikah dengan Tere, pagi tadi Kakak mu pulang dengan wajah yang lelah dan Mama juga syok mendengarnya," terang Wina dengan panjang lebar. Wajah Wina juga penuh kekecewaan mengetahui bahwa anaknya menikah den
David pun memeluk Ayunda dari belakang, dia mencium tengkuk leher Ayunda dengan begitu liarnya. Sedangkan tangannya mulai menjalar ke seluruh tubuh wanita itu. Tubuh Ayunda yang basah menampakkan lekuk tubuh yang indah. Kini tubuh Ayunda lebih berisi dari sebelumnya, membuat David semakin panas dingin jika bertemu begini. Dada wanita itu begitu besar dan penuh. David semakin menjadi-jadi karena tidak dapat mengendalikan diri. Lantas bagaimana dengan Ayunda? Ayunda pun tersenyum sambil menikmati pelukan hangat David. Tangan liar David membuat Ayunda melayang jauh di awan. Sesaat kemudian David pun melumat bibirnya dengan sangat rakus. Ayunda pun membalasnya dengan tidak kalah panas. Saat itu tangan David mulai menelusup masuk ke dalam dress Ayunda. Meremas gunung kembar yang selalu menentang jiwa kelelakiannya selama ini. Saat itu terdengar suara teriakan. "Ahhhhh!" Teriak itu membuyarkan lamunannya, David kecewa ternyata apa yang terjadi barusan hanya se
Sepanjang malam Tere tak bisa terlelap, dia masih menangis karena apa yang barusan menimpanya. "Tere, udah dong nangisnya. Aku jadi ikut sedih tau," kata Ayunda yang berbaring di sampingnya. Jika dulu Tere yang memeluknya, tapi kini sebaliknya. Ayunda memeluk sahabatnya itu penuh dengan kesedihan, dia ikut prihatin dengan kejadian itu. "Kenapa ya semuanya jadi begini?" tanyanya. "Aku juga bingung, tapi udah dong nangisnya. Lagian tadi cuma nikah siri aja, yang penting kamu nggak kena gantung," ucap Ayunda yang benar-benar ingin membuat Tere berhenti menangis. "Ya sih, tapi......" "Gampang, nanti pas kita udah balik kamu bisa minta diceraikan, satu kata cerai, sah," kata Ayunda lagi. Tere pun menatap wajah Ayunda, dia mencerna apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut. "Tapi aku jadi janda?" "Tidak ada yang tahu, lagi pula kamu juga nggak ngapa-ngapain sama Kak Zidan." "Aku tidak melakukan apa-apa, tapi mereka malah berpikir buruk." "Iya, aku tahu, kita berdua