Share

5. Kedatangan Calista

Penulis: Sheila FR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Assalamualaikum, permisi!"

Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. 

 Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut.

"Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu.

Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya.

"Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!"

"Calista, masuklah!"

"Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!"

"Bentar, Bun!"

"Saya buatkan minum dulu."

Sepertinya Sarah, bersamaan dengan keluarnya Kevin yang masih menggunakan sarung sehabis sholat tadi.

"Apa kabar, ma?" Tanya Kevin sambil mencium tangan ibu tirinya tersebut.

Ya, memang, hubungan Kevin dan keluarga papanya terjalin cukup baik selama ini. Apalagi sewaktu Kevin kecil, ia sering di jemput oleh sang papa dan di bawa ke Jakarta saat musim libur tiba.

Entah apa yang merasuki Bu Calista, sehingga ia tega membawa-bawa Kevin dalam masalah keponakannya itu.

"Mama baik."

Bu Sarah datang membawa secangkir kopi untuk tamunya.

"Silahkan diminum!"

"Terimakasih, mbak."

"Jam berapa berangkatnya dari Jakarta?"

"Kebetulan dapat penerbangan bagi untuk penerbangan Jakarta-Surabaya. Berangkatnya tadi jam tiga dini hari, tiba di Surabaya kurang lebih jam lima. di lanjut lagi dari Suraya ke Jember menggunakan taksi dan langsung menuju kesini."

"Apakah ada keperluan mendesak sehingga mengharuskan kamu datang sepagi ini ke Jember? Dan kenapa datangnya seorang diri?" Tanya Bu Sarah.

"Ya, saya kesini atas permintaan mas Ferdy. Dia saat ini sedang sakit dan beliau mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan Kevin, sehingga mas Ferdy meminta saya untuk menjemput Kevin kesini."

"Astagfirullah!" seru Kevin dan Bu Sarah bersamaan.

"bagaimana, Kevin? Kamu mau kan ikut mama ke Jakarta?"

"Tapi, sebentar lagi Kevin akan menikah, Ma."

"Apa? Kamu mau menikah, kenapa gak beritahu papa sama mama? Kami juga orang tuamu Kevin!"

"Maaf, Ma. Bukan Kevin tak mau memberitahukan kepada kalian, tapi rencananya lusa Kevin beserta ayah dan bunda akan ke Jakarta mau memberitahukan pernikahan ini."

"Papa mu sakit parah, dia sangat membutuhkanmu di sisinya. Mama mohon datanglah, walau cuma sebentar!"

"Tak apa, nak. Lagian pernikahanmu masih kurang sembilan hari lagi, temuilah papamu! Urusan lainnya masih ada ayah dan adik-adik mu yang akan membantu." kata pak Hendra menasehati.

"Baiklah!"

"Apakah sekarang mau langsung pergi?"

"Mama pasti masih lelah, istirahatlah dulu di kamar Kevin, ntar sore baru kita berangkat!"

"Baiklah! Mama memang sangat lelah, antarkan mama ke kamarmu!" pinta Calista kepada Kevin.

Sedangkan Bu Sarah, entah perasaan apa yang menghinggapi hatinya, ia merasa tak tenang, ingin ia melarang Kevin pergi, tapi sang suami sudah memberikan izin dan ia pun juga kasihan kepada Calista yang sudah jauh-jauh datang dari Jakarta ke Jember untuk menjemput Kevin.

****

Bersamaan dengan datangnya Bu Calista di rumah Kevin, di rumah Izah juga kedatangan saudara dara mereka yang dari Malang. Mereka datang dengan menggunakan mini bus dan beberapa sepeda motor, ya karena dari malang adalah keluarga dari Bu Fatma. Bu Fatma yang memilih ikut sang suami ke Jember sehingga membuat ia sangat jauh dari keluarga, sehingga di acara penting ini keluarga besar Bu Fatma memilih datang jauh-jauh hari agar bisa melepas rindu dan bercengkrama lebih lama.

Jika di hitung, jumlah mereka hampir lima puluh orangan. Tiga puluh orang yang menaiki mini bus, sekitar ada delapan sepeda yang berpasangan semua dan satu mobil pribadi yang berisi empat orang.

"Walah, keponakanku ini udah mau nikah toh, padahal dulu yang sering main ke malang masih ingusan." Kata slah satu kerabat."

Izah hanya menanggapi dengan senyuman candaan dari saudara-saudara nya. Lama mereka bercengkrama, hingga obrolan mereka terhenti saat Bu Fatma mengajak mereka untuk makan.

"Izah, ntar sore ikut bude ya, ke Jember kota, ada yang mau bude beli!" Kata Bu Rahma, adik dari Bu Fatma

"Iya, bude." jawab Izah.

*****

Sore telah tiba, mentari pun sudah mulai condong ke arah barat dan akan menghadirkan senjanya. Kevin dan Bu Calista sudah siap untuk pergi ke Jakarta.

"Ma, tunggu sebentar disini, aku ingin kerumah calon istriku dulu untuk pamit."

"Ya, pergilah! Agar dia tak mencarimu!"

'Dan temuilah dia untuk terakhir kalinya!' lanjut Bu Calista dalam hatinya.

Kevin pun berangkat ke rumah Izah dengan mengendarai motornya. Setibanya di rumah Izah, tampak di sana lumayan ramai karena saudara Izah yang dai Malang sudah datang semua.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, eh, Nak Kevin. mari masuk!"

"Iya, pak." Kevin menyalami tangan pak Wahyu.

"Izahnya ada pak?"

"Walah, Izah baru saja berangkat katanya mau ke Jember kota di ajak budenya yang baru tiba dari Malang."

"Aduh, gimana ya, pak? Kevin sangat ingin ketemu sama Izah."

"Ntar malam paling baru datang dia. Besok saja!"

"Kalau besok nggak bisa, pak. Saya mau pamitan, saya mau ke Jakarta, papa saya sakit parah kata mama tiri saya."

 "Astagfirullah, semoga cepat sembuh ya, le."

"Iya, pak. Makasih doanya."

"Terus untuk pernikahannya gimana?"

"Saya gak lama, pak. Sebelum acara saya pasti akan pulang."

Tiba-tiba handphone Kevin berbunyi dan itu adalah panggilan dari ibu tirinya yang meminta agar Kevin severa pulang karena satu jam pesawat akan lepas landas.

"Saya mohon sampaikan kepada Izah kalau saya cuma sebentar di Jakarta."

"Baiklah! akan bapak sampaikan saat dia pulang nanti. Kamu hati-hati lah di perjalanan."

"Iya, pak. Ya sudah, Kevin pulang dulu!"

"Assalamualaikum,"

"Walaikum salam."

Kevin pun pulang kerumahnya dan segera bersiap-siap untuk segera berangkat karena taksi yang di epsan mama tirinya sudah tiba sejak tadi.

Setelahnya Kevin pun berangkat bersama sang ibu tiri pergi ke Jakarta. Calista tersenyum kemenangan karena ia begitu mudah mengajak Kevin ikut serta bersamanya. 

Sebentar lagi, ponakannya akan terbebas dari kabar miring yang sering di gosipkan oleh tetangga mereka. Dan nama baik keluarga mereka akna kembali pulih setelah kevin menikahi Mona.

Dan inilah awal kisah Iza dan Kevin yang akan di mulai, di sini awal air mata akan menemani hari-hari Izah. Inilah awal bencana itu akan tiba.

Bab terkait

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   6. H -9

    Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti. "Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!" "Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!" "Baik, budhe." "Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima. "Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin." "Tapi aku pengen mandi, Ma." "Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat." "Mau, mau, mau!" Izah pun menuju dapur unt

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   7. TUAN FERDY BERULAH

    7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   8. Fitnah Keji Mona 1

    "Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   1. Lamaran

    1. Lamaran"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan."Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum."Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka."Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus."Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu D

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   2. Belanja Sayur

    Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   3. Keluarga Tuan Ferdy (Papa Kevin)

    Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   4. H -10

    "Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H

Bab terbaru

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   8. Fitnah Keji Mona 1

    "Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   7. TUAN FERDY BERULAH

    7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   6. H -9

    Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti. "Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!" "Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!" "Baik, budhe." "Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima. "Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin." "Tapi aku pengen mandi, Ma." "Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat." "Mau, mau, mau!" Izah pun menuju dapur unt

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   5. Kedatangan Calista

    "Assalamualaikum, permisi!" Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut. "Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu. Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya. "Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!" "Calista, masuklah!" "Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!" "Bentar, Bun

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   4. H -10

    "Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   3. Keluarga Tuan Ferdy (Papa Kevin)

    Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   2. Belanja Sayur

    Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya

  • Akhir Penantian Sang Calon Pengantin   1. Lamaran

    1. Lamaran"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan."Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum."Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka."Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus."Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu D

DMCA.com Protection Status