1. Lamaran
"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan.
"Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum.
"Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi
"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.
Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka.
"Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus.
"Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"
Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.
Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu Dewi yang begitu judes kepada mereka.
Nur Azizah, seorang gadis desa yang berusia dua puluh tahun. Gadis yang akrab di sapa Izah itu, merupakan primadona di desanya. Menjadi kembang desa tak membuat Izah memiliki sifat sombong dan angkuh. Sifatnya yang baik hati dan rendah hati yang mewarisi sifat dari ibunya tak akan pernah luntur oleh sang waktu.
Kecantikan, kemolekan tubuh, serta keindahan akhlak yang di miliki Izah membuat ia tak jarang di lamar oleh para pemuda di desanya hingga di desa sebelah. Bahkan kadang kala para sodagar kaya yang sudah memiliki istri juga turut datang ingin menjadikannya istri, sehingga membuat para istri sodagar tersebut membenci dan kadang pula ada yang memfitnah Izah.
Tak satupun pemuda di desanya yang mampu memikat hati Izah kecuali, Kevin Pradipta yang terpaut usia enam tahun lebih tua dari Izah, sahabat Izah dari kecil dan bahkan mereka sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun belakangan. Sebenarnya tak hanya Kevin sahabat Izah, ada juga Laila, Hanum dan juga Wati yang merupakan sahabat Izah yang tinggal di satu desa dengannya.
Kevin merupakan putra dari pemilik kebun tebu terkaya di desa nya. Ia bukanlah anak kandung dari pak Hendra, tetapi melainkan anak Bu Sarah istri pak Hendra dengan suaminya yang pertama. Dalam pernikahan keduanya ini, Sarah dan Hendra memiliki dua orang anak, satu anak laki laki yang bernama Melvin dengan usia terpaut delapan tahun dengan Kevin dan adik perempuannya yang bernama Silvin yang selisih tiga tahun dengan Melvin.
Sore ini, rumah pak Wahyu, orang tua Izah tampak ramai karena kedatangan tamu dari keluarga pak Hendra, keluarga Kevin yang berniat ingin melamar Izah untuk Kevin. Rumah yang tak begitu luas itu, yang memiliki panjang 10m dan lebar 7m. Rumah sederhana nan minimalis itu tampak begitu asri dengan pepohonan yang sengaja di tanam di sisi kanan kiri serta di depan dan belakang.
Mereka datang tak hanya dengan lambaian tangan, beragam buah, kue-kue, pakaian lengkap, serta perhiasan turut menjadi buah tangan mereka untuk melamar Izah, wanita pujaan hati putra mereka.
"Pak Wahyu, terimakasih sebelumnya sudah mengizinkan kami singgah ke kediaman bapak Wahyu. Adapun tujuan kami kesini yaitu untuk melamar putri bapak, Nur Azizah, untuk putra kami Kevin Pradipta." Kata pak Hendra menyampaikan niatnya.
"Kami juga berterimakasih kepada bapak Hendra sekeluarga karena sudah Sudi untuk singgah di gubuk kami ini. Saya sangat senang putri saya di lamar oleh keluarga bapak Hendra yang begitu terhormat, tapi, saya tak bisa memutuskan lamaran ini di terima atau tidaknya, saya pasrahkan semuanya kepada putri saya, karena dia yang akan menjalankan nantinya."
"bagaimana, Izah? Apakah kamu menerima lamaran ku?" Tanya Kevin penuh harap.
Izah menatap Kevin yang juga menatapnya, ia tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya kepada kedua orang tuanya.
"Bismillah, Izah menerima lamaran mas Kevin, pak, buk,"
"Alhamdulillah!" Seru mereka semua.
Senyum kebahagiaan begitu terpancar jelas di wajah kedua keluarga ini. Terutama pada wajah Izah dan Kevin, saling senyum dan saling lirik-melirik membuat para orang tua menyoraki mereka, sehingga mereka tersadar dan menjadi slyah tingkah atas apa yang mereka lakukan barusan.
"Kalau sudah pada setuju, sekarang kita tentuin tanggal pernikahannya!"
"Ya, sebaiknya seperti itu. Lebih cepat lebih baik, menurut pak Hendra tanggal berapa pernikahan mereka akan di laksanakan?"
"Bagaimana kalau bulan depan dan tanggalnya tanggal 09, kebetulan pada tanggal itu hari libur sehingga papa kandung Kevin bisa datang ke acara pernikahan anaknya."
Kevin memang bukanlah anak kandung dari pak Hendra, ia adalah anak pertama dari Sarah dan Antony papa kandung Kevin. Kedua orang tua Kevin bercerai saat Kevin berusia tiga bulan, karena keluarga Antony yang tak pernah menyukai Sarah karena berasal dari desa. Keluarga Antony yang selalu menghina dan menekan Sarah membuat Antony tak tega kepada istrinya, sehingga ia memilih untuk menceraikan Sarah agar wanita itu bisa bebas dan bisa bahagia. Namun Antony tak melepas tanggung jawabnya kepada Kevin sehingga Kevin begitu kenal baik dengan papa kandungnya, dan meskipun kini Sarah sudah memiliki suami, Antony tetap membiayai semua kebutuhan Kevin termasuk biaya pendidikan Kevin tanpa sepengetahuan keluarganya.
"Bagaimana, nduk? Apa kamu setuju pernikahannya di adakan bulan depan?"
"Izah ikut mas Kevin saja, Bu, kalau mas Kevin setuju Izah juga setuju."
"Waah, calon idaman banget nih, pasti kalau udah jadi istri akan menuruti semua perintah suaminya dan tak akan membangkang!" Pujian itu terlontar dari mulut Sarah ibu Kevin yang begitu membanggakan calon mantunya ini.
"Ah, Tante, jadi malu deh."
"Lah, emang kenyataannya, iya nggak Vin?"
"Iya dong, Bun. Siapa dulu yang milih!" Kata Kevin sambil menyugar rambutnya ke belakang sambil mengedipkan sebelah matany kepada Izah.
Aksi Kevin membuat semua yang ada disana tertawa karena tingkat kepedean lelaki itu yang stadium akut.
"kamu itu! bikin malu saja!" Kata Sarah kepada Kevin.
"Ya, sudah, kita makan dulu, yuk!" Ajak Fatma kepada tamunya.
Mereka pun beranjak dari duduk mereka dan menuju ruang makan. Di meja makan, sudah tersedia berbagai makanan sederhana yang sudah di hidangkan oleh Bu Fatma sebelum tamunya datang. Ada ayam goreng, tempe dan tahu goreng, cah kangkung, sayur asam, dan udang Krispy.
"Maaf ya, Bu Sarah, pak Hendra dan nak Kevin, hanya hidangan ini yang bisa kami sajikan!"
"Ah, tidak apa-apa Bu Fatma, ini juga sudah ada macam-macam makanan kok."
"Mari, Bu, silahkan dimakan!"
Mereka pun makan dalam diam, hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar menemani makan malam kedua keluarga ini.
Setelah beberapa menit makan dalam diam, kini satu persatu dari mereka mulai beranjak meninggalkan meja makan dan menuju ruang tamu.
Setelah semua selesai dengan makannya, mereka melanjutkan dengan berbincang bincang ringan.
"Maaf, om, Tante, saya izin bawa Izah keluar sebentar?!" Kata Kevin meminta izin kepada kedua orang tua Izah.
"Silahkan, nak Kevin! Asalkan jangan di apain anak gadis saya!"
"Eh, om. Saya akan menjaga Izah, om,"
"Jangan malam-malam bawa Izah balik!" pesan pak Hendra kepada Kevin.
"Iya, Yah!"
"Ya sudah, kami berangkat dulu!"
"Izah jalan dulu, pak, buk, om, Tante!" pamit Izah sambil menyalami tangan mereka satu persatu.
"Iya, hati-hati, ya nduk!"
"Iya, Bu,"
Kevin pun membawa Izah jalan-jalan dengan motornya sportnya.
"Kita mau kemana, mas?"
"Udah, ikut ajah! Lagian bosen di rumah dengerin orang tua cerita, kita diem Bae gak ngapa ngapain."
Mereka pun pergi ke alun-alun kota yang lumayan jauh dari desa mereka. Menikmati indahnya suasana kota di malam hari, bersama sang pujaan hati, berharap agar mereka selalu bersama sampai ajal menjadi pemisahnya.
Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya
Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali
"Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H
"Assalamualaikum, permisi!" Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut. "Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu. Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya. "Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!" "Calista, masuklah!" "Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!" "Bentar, Bun
Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti. "Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!" "Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!" "Baik, budhe." "Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima. "Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin." "Tapi aku pengen mandi, Ma." "Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat." "Mau, mau, mau!" Izah pun menuju dapur unt
7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam
"Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran
"Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran
7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam
Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti. "Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!" "Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!" "Baik, budhe." "Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima. "Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin." "Tapi aku pengen mandi, Ma." "Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat." "Mau, mau, mau!" Izah pun menuju dapur unt
"Assalamualaikum, permisi!" Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut. "Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu. Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya. "Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!" "Calista, masuklah!" "Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!" "Bentar, Bun
"Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H
Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali
Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya
1. Lamaran"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan."Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum."Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka."Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus."Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu D