Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti.
"Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!"
"Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!"
"Baik, budhe."
"Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima.
"Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin."
"Tapi aku pengen mandi, Ma."
"Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat."
"Mau, mau, mau!"
Izah pun menuju dapur untuk membuatkan keponakannya air hangat agar bisa segera mandi karena hari sudah malam. Sambil menunggu airnya hangat, Izah duduk di kursi di meja makan sambil memainkan ponselnya.
"Tumben nggak ada kabar dari mas Kevin." gumam Izah.
"Nduk!" sapa pak Wahyu sambil duduk di seberang Izah.
"Iya, Pak?" Jawab Izah sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
"Kevin sudah ada beri kabar ke kamu?" tanya pak Wahyu
"Kabar apa, Pak? Mas Kevin saja dari pagi gak ada ngasi kabar ke Izah."
"Tadi sore, Kevin kesini cari kamu, dia mau pamit mau ke Jakarta."
"Lah, bukannya lusa ya pak mas Kevin yang mau ke Jakarta sama om dan tante?"
"Dia berangkat sore tadi, bukan sama Hendra dan Sarah, dia di jemput sama ibu tirinya. Katanya papanya sakit."
"Ya, Allah. Sakit apa pak?"
"Bapak juga nggak tahu."
"Semoga om Ferdy cepet sembuh, dan bisa menghadiri pernikahan kami nantinya."
"Iya, Nduk, aamiin."
"Eh, airnya kayaknya udah panas pak, Izah mau mandi dulu ya."
"Kamu mau mandi air hangat?" Tanya pak Wahyu heran.
"Ya, enggak lah, pak. Ini buat Fitri, dia katanya mau mandi sama Izah."
"Owh, ya sudah. Jangan lama-lama mandinya, udah malam, takut masuk angin!"
"Iya, pak."
Selesai mandi dan berpakaian, Izah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menatap ponselnya berharap ada kabar dari Kevin, tapi nihil, satupun tak ada pesan atau panggilan dari calon suaminya itu. Izah menatap langit langit kamarnya yang tampak sudah mulai retak dan ada sebagian yang bolong minta di ganti.
"Mungkin mas Kevin belum sampai. Semoga mas Kevin di berikan keselamatan dalam perjalanannya ya Allah."
"Ah, kenapa pikiranku jadi gak tenang sih!"
Karena merasa belum mengantuk, Izah memutuskan keluar untuk berkumpul dengan keluarganya yang dari Malang, yang kebetulan belum pada tidur. Saat ramai seperti ini, saat tak ada kamar yang cukup untuk mereka beristirahat, mereka memilih menggelar tikar dan tidur di lantai di ruang tamu.
"Kok belum tidur, nduk?"
"Izah belum ngantuk pakde." jawab Izah sambil duduk berbaur dengan saudaranya.
"Baju pengantinmu sudah ada?" tanya bude Lili.
"Rencananya besok budhe sama ibu dan adiknya mas Kevin."
"Undangan sudah di sebar, mas?" Tanya pakde Wisnu kepada pak Wahyu.
"Alhamdulillah, sudah semua, Dik."
****Kevin kini sudah tiba di Jakarta, tepatnya di bandara Soekarno-Hatta. Mereka langsung menuju parkiran, karena supir yang sebelumnya sudah di kabari oleh Calista sudah tiba sejak sepuluh menit yang lalu.
"Selamat malam, Nyonya, tuan muda."
"Malam pak, Win."
"Kita langsung pulang, nyonya?"
"Iya, pak."
"Bukankah alangkah lebih baik kita langsung ke rumah sakit, ma. Kevin sudah kangen sama papa dan ingin segera tahu kondisi papa."
Mendengar perkataan Kevin, pak Win merasa keheranan, karena setahunya tuan besarnya sehat-sehat saja.
"Buk..."
"Besok saja, kamu pasti capek banget. Sekarang kita pulang dulu, istirahat." Sebelum menyelesaikan ucapannya, Calista lebih dulu memotong perkataan pak Win dan melotot tajam ke arah supirnya tersebut. Pak win yang mendapat pelototan dari majikannya kini menundukkan kepalanya.
"Ya, udah, yuk!" ajak Calista.
Kevin dan Calista pun memasuki mobil yang telah di bukakan pintunya oleh pak Win. Calista yang duduk di samping kemudi, sedangkan Kevin duduk di jok belakang.
Mobil yang di kemudikan oleh pak Win pun mulai melaju membelah jalanan kota Jakarta yang begitu ramai. Kanan dan kiri masih banyak mobil ataupun kendaraan lainnya yang masih berlalu lalang.
Izah tiba-tiba muncul di fikirannya. Kevin baru ingat kalau dia belum mengabari Izah sama sekali. Ia merogoh ponselnya dan hendak menghubungi Izah memberikan kabar langsung kepada calon istrinya tersebut, tapi sayang ponselnya kini mati karena kehabisan daya.
"Yah, lowbat!" seru Kevin.
"Ada apa?" tanya Calista yang mendengar keluhan Kevin
"Ini, ma. Ponselku lowbat padahal aku berniat mau hubungin Izah , karena aku tadi nggak sempat pamit sama dia."
"Hubungi besok saja, ponsel mama juga kehabisan daya."
Setelah percakapan singkat itu, mereka kembali diam, hingga dua puluh menit kemudian mereka sudah tiba di kediaman Wiratama. Kevin dan Calista segera turun dari mobil setelah di bukakan pintu oleh pak Win.
"Selamat datang dan selamat malam, Nyonya, tuan muda!" sapa seorang maid yang membukakan pintu untuk mereka.
"Ya, Siska, antarkan tuan muda ke kamarnya!" Titah Calista.
"Baik, Nyonya. Mari, Tuan muda!" ajak maid yang masih tampak muda yang barusan telah membukakan pintu untuk mereka.
Setelah diantarkan oleh maid ke kamarnya, Kevin berniat untuk bersih-bersih terlebih dahulu sebelum ia mengistirahatkan badannnya.
"Aku carger dulu hape ku, ntar habis mandi aku mau telvon istriku, eh calon istri." Monolog Kevin.
Setelah men charger ponselnya, Kevin beranjak ke lemari mengambil handuk yang sudah tersimpan di dalamnya, setelah itu, ia bergegas menuju kamar mandi.
Lima belas menit kemudian, Kevin sudah selesai dengan ritual mandinya. Saat membuka pintu kamar mandi, Kevin di kejutkan oleh kehadiran wanita yang sedang duduk di sofa.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Kevin.
"Em-anu mas, itu, tadi di suruh mami panggil mas Kevin buat makan malam."
"Ya sudah, aku menyusul sebentar lagi."
"Baik, mas."
Selesai berpakaian, Kevin memutuskan untuk segera turun menuju meja makan. Disana, sudah keluarga dari papanya sudah siap duduk di meja makan sambil menunggu kehadirannya. Satu yang menjadi pusat pandangan Kevin, lelaki paruh baya yang tampak sangat sehat, segar bugar. Ya, dia adalah adalah tuan Ferdy Wiratama, papa kandung Kevin yang dikatakan sakit parah oleh ibu tirinya.
"Loh, papa?"
"Gimana kabarmu, nak?" Tanya Ferdy dengan seulas senyum.
"Bukannya mama bilang kalau papa sakit parah?"
"Bahasnya nanti saja, ayo duduk kita makan nalam dulu, papa udah sangatlapar menunggumu dari tadi."
Dengan penuh kebingungan, Kevin pun duduk di kursi yang telah di segyakan oleh maid. Hatinya mulai resah dan gelisah.
7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam
"Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran
1. Lamaran"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan."Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum."Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka."Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus."Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu D
Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya
Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali
"Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H
"Assalamualaikum, permisi!" Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut. "Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu. Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya. "Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!" "Calista, masuklah!" "Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!" "Bentar, Bun
"Kevin, katakan pada ayah apa maksud perkataan papamu di telfon tadi!?"Tanya Hendra saat mereka sudah tiba di rumah."Maafkan kevin yah, kalau kebakaran kebun kita ini adalah Kevin penyebabnya. Kevin kabur dari rumah papa.""Kenapa?""Papa memintaku untuk menikah dengan Mona, yah. Rencananya pernikahan itu akan diselenggarakan hari ini juga.""Kenapa bisa seperti itu?""Entahlah, Bun. Menurut pemikiran Kevin, mungkin Mona sudah hamil duluan.""Kenapa papamu harus menyuruh kamu yang menikahi Mona, kenapa bukan lelaki yang menghamilinya itu?""Kevin juga nggak tahu, Bunda.""Keterlaluan mas Ferdy, demi orang lain dia mau mengorbankan putranya sendiri!""Sudah tak apa, nilai kerugian itu tak sebanding dengan nilai kebahagiaanmu. Fokuslah mengurusi pernikahanmu yang sudah tinggal delapan hari lagi.""Terimakasih, Ayah."****Sore hari, sebuah taksi baru saja terparkir dihalaman rumah Izah. Seoran
7. Ferdy Berulah"Ma, tolong jelaskan kepada Kevin! Apa maksud mama membohongi Kevin dan keluarga Kevin?" tanya Kevin saat mereka berkumpul di ruang keluarga. Di sana terdapat Ferdy, Calista serta Mona."Tanyakan saja pada papamu!" jawab Calista."Pa?""Papa akan mengajarkan kamu mengurus perusahaan milik papa, agar kamu bisa menggantikan papa memegang kepemimpinan perusahaan yang saat ini papa kelola.""Kenapa harus Kevin?""Karena anak papa hanya kamu!""Kenapa dadakan begini, pa? Dan kenapa harus berbohong?""Ini sudah papa rencanakan dari jauh hari, tapi, sebelum kamu belajar menjadi pemimpin, kamu harus punya pendamping terlebih dahulu untuk menemanimu.""Untuk itu, papa tenang saja, sembilan hari lagi Kevin akan menikah, Pa. Sebenarnya lusa Kevin mau kesini sama ayah dan bunda untuk memberitahu papa kalau Kevin mau nikah, tapi mama keburu jemput Kevin.""Tak usah menunggu sembilan hari, besok kam
Izah baru saja tiba di rumah saat adzan Isya' berkumandang lima belas menit yang lalu. gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya itu, terlihat begitu sangat kelelahan. Bagaimana tidak? Waktu ke mall dari sore, budhe Sima tak memberinya waktu istirahat, mereka terus mengelilingi mall mencari baju serta yang lainnya sebagai hadiah untuk Izah di acara pernikahannya nanti. "Sebaiknya budhe istirahat saja dulu di kamar Izah, Izah mau mandi dulu, gerah!" "Budhe juga pengen mandi, ya, sudah, kamu duluan saja mandinya. Kalau sudah selesai kabari budhe!" "Baik, budhe." "Mama, Fitri pengen mandi sama ente Izah, boleh ya?" Tanya Fitri bocah perempuan yang berumur tujuh tahun yang merupakan anak kedua dari budhe Sima. "Kamu cuci muka saja, sudah malam takut masuk angin." "Tapi aku pengen mandi, Ma." "Tete buatin air hangat mau? Ntar Fitri mandinya pake air hangat." "Mau, mau, mau!" Izah pun menuju dapur unt
"Assalamualaikum, permisi!" Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut. "Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu. Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya. "Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!" "Calista, masuklah!" "Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!" "Bentar, Bun
"Jum, ini kamu kupas bawangnya ya!""Sri, airnya sudah panas?""Sudah, Bu Dewi,""Adonannya sudah nih, tinggal di masukin oven!""Aku ke pasar dulu ya, ada yang kurang!""Itu jahenya di tambah, ya Mpok!""Sekalian, kamu giling kelapanya ya!""ambilkan baskom di rak, dik!""Sendoknya kurang 20.""Bumbunya diblender ajah!""Minta minyak dong, ini kalau di tinggal takut gosong!"Dan masih banyak lagi kegaduhan yang terjadi di rumah Bu Fatma. Rumah yang sederhana itu tampak ramai oleh ibu ibu kompleks yang sedang rewang untuk persiapan pernikahan Izah yang kurang sepuluh hari lagi. Begitulah di desa, kalau mau mengadakan hajatan. Jika di kota, makanan dan minuman, serta kue dan bingkisan untuk tamu tinggal pesan tanpa harus repot-repot membuat sendiri, beda halnya di desa, semua makanan yang akan di sajikan di buat oleh tangan ibu-ibu kompleks dengan resep sendiri."Bu, H
Plak!!!"Dasar anak tak tahu di untung! Katakan pada papi, siapa yang telah menghamilimu, Mona?!"Satu tamparan serta cacian di layangkan kepada seorang gadis, ah, bukan, di sudah bukan gadis lagi, yang tengah berlutut di kaki sepasang paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah."Ampuni, Mona, mami, papi!""Mami sama papi gak butuh kata ampun, Mona! Kami butuh jawaban kamu, siapa yang menghamili kamu?!"Perempuan yang bernama Mona itu tetap terduduk dan menangis tergugu tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua orang di hadapannya. Tuan Ferdi dan Nyonya Calista"Apa yang akan mami katakan kepada papa dan mamamu, Mona? Kedua orang tuamu menitipkan kamu kepada mami sama papi untuk di jaga, tapi kamu!"plak!!Lagi-lagi tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Mona. Perempuan itu hanya pasrah mendapatkan amukan dari mami dan papinya.Mona Lisa, perempuan yang akrab di panggil Mona itu merupakan keponakan dari Cali
Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.DegTubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya."Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya
1. Lamaran"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan."Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum."Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka."Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus."Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa.Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu D