Di sebuah kerajaan besar bernama Romagna, Evelina Rossel adalah putri satu-satunya kerajaan Romagna. Di suatu pesta dansa yang diadakan oleh kerajaan nya, Evelina bertemu dengan Grand Duke utara yang terlihat sangat tampan dengan rambut pirang dan mata hitam gelap yang sangat indah. melihat betapa tampan dan berkelasnya Grand Duke, sang putri pun seketika jatuh cinta.
"Ayah, aku menyukai pria yang di sana!" Tunjuk Evelina ke arah Grand Duke Utara. "Hahha! Putriku memang memiliki mata yang bagus. Dia adalah Grand Duke dari utara, dia memiliki ribuan tentara tangguh dan memiliki kekayaan yang sangat banyak," Jelas sang raja yang tak lain ayah dari putri Evelina. Setelah mendengar penjelasan ayahnya tentang Grand Duke utara, sang putri semakin jatuh cinta. Karna tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya, sang putri langsung berdiri dari duduknya dan dengan berani ia menghampiri sang Grand Duke. Saat putri berdiri di depan Grand Duke, dengan anggun ia mengulurkan tangannya dengan penuh keberanian. "Maukah anda menawarkan satu dansa pada saya Grand Duke?" Ujar Putri Evelina. Melihat tatapan polos sang putri, Gran Duke pun meraih tangan Evelina lalu mencium lembut punggung tangan Evelina yang terulur ke arahnya. "Suatu kehormatan bagi saya karna bisa berdansa dengan anda Putri," Ujar Grand Duke dengan tatapan lembut ke arah putri. Setelah itu Evelina mulai berdansa dengan hati yang sangat berbunga-bunga. Pandangan matanya terus tertuju ke arah Grand Duke. Bahkan tak sedikit pun ia mengalihkan pandangannya sampai lagu dansa berakhir. "Yang Mulia Putri, lagunya sudah berakhir. Jadi, bisakah anda melepaskan tangan saya?" "O-Ohh! maafkan saya Grand Duke," Ujar putri Evelina begitu ia sadar dari lamunannya. Begitu berpisah dengan Grand Duke, putri Evelina terus terbayang-bayang wajah tegas dan tampan Grand Duke. Sampai keesokan harinya sang putri mendapat kabar gembira dari Nannynya. "Yang Mulia Putri! Anda akan segera menikah dengan Grand Duke!" Ujar sang Nanny dengan gembira. "Apa?! Apa yang kau katakan barusan Nanny?!" "Iya Tuan Putri, anda akan segera menikah dengan Grand Duke. Ratu Isabella sendiri yang mengatakan pada hamba, kalau Grand Duke langsung menerima lamaran yang Raja ajukan kemarin saat pertemuan pribadi." "Kau tidak berbohong kan Nanny?! Ibuku benar-benar mengatakan itu?!" Tanya putri Evelina berkali-kali. "Iya Tuan Putri, anda akan segera menikah." "Aku senang sekali Nanny!"langsung memeluk Nanny nya. Beberapa hari kemudian, putri Evelina benar-benar menikah dengan Grand Duke utara. Saat putri Evelina dengan gaun putih cantik dan tiara ruby berbentuk mawar menghiasi kepalanya berjalan ke podium pernikahan. Dengan lembut Grand Duke utara mengulurkan tangannya ke arah putri Evelina. "Selamat datang pengantinku,"ujarnya. "Terimakasih Yang Mulia," Sahut Evelina seraya tertunduk dengan pipi yang memerah. Setelah pendeta memandu kedua mempelai selama proses pengucapan sumpah sampai ciuman sumpah, putri Evelina terlihat sangat bahagia. "Aku sangat senang bisa menjadi istri anda Grand Duke," Ujar sang putri. "Aku juga tuan Putriku," Sahut Grand Duke sembari mencium punggung tangan Evelina. Selama empat hari berturut-turut pesta pernikahan yang megah terus berlangsung di istana Romagna. Di hari kelima, Putri Evelina harus ikut suaminya kembali ke utara dan meninggalkan kedua orang tuanya. Tangis haru bercampur bahagia memenuhi ruangan keluarga, dan tangisan serta doa sang ratu memenuhi anaknya yang akan segera pergi meninggalkannya juga kerajaannya. "Ayah, Ibu. Aku pasti akan segera kembali," Ujar Putri Evelina. "Evelinku sayang, Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu,"Ujar Ratu sembari memeluk anaknya. Setelah perpisahan penuh haru itu selesai, dengan berat hati Putri Evelina masuk ke dalam kereta kuda bersama suaminya Grand Duke utara. Dan di dalam kereta ia perlahan-lahan melihat istana semakin jauh. Ketika istana sudah tidak lagi terlihat oleh matanya, air mata mulai menetes di pelupuk mata Evlina tanpa kata setuju. "Tenanglah Istriku, Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Kau bisa datang ke istana lain kali," Bujuk Grand Duke sembari mengelus lembut pipi putri Evelina yang basah oleh air mata. Sayangnya perkataan manis Grand Duke tidak pernah ia tepati. Setelah pernikahannya dengan Evelina berlangsung selama lima tahun, sang putri tidak pernah kembali ke kerajaannya. Hidupnya hanya ia habiskan untuk melayani suaminya sang Grand Duke yang semakin bersikap dingin kepada nya. "Yang Mulia, kenapa anda terus bersikap dingin kepada saya?!" Tanya Evelina dengan raut wajah yang kusut. "Aku sangat sibuk, kembalilah ke kamarmu!" "Selama lima tahun pernikahan kita anda tidak pernah menyentuh saya dengan alasan sibuk dan lain sebagainya Yang Mulia!" Protes putri Evelina. "Berhentilah bertindak kekanak-kanakan dan kembali ke kamar mu Evelina!" "Jawab saya dulu yang mulia, apa yang..." "Evelina!!!!" Teriak Gran Duke yang sukses membuat Evelina terdiam. Genangan air mata mulai tumpah di pelupuk mata polos milik Putri Evelina. tak bisa lagi menahan tangisnya, putri Evelina pun dengan cepat berbalik kemudian pergi meninggalkan Grand Duke yang tampak kesal. "Merepotkan saja," Gumam Grand Duke. Beberapa hari setelah itu, Grand Duke pulang dengan membawa seorang wanita berambut hitam pekat dan mata hitam segelap malam. "Siapa dia yang mulia?" Tanya Evelina. "Dia teman kerjaku." "Tapi kenapa dia berpegangan begitu erat di lengan anda?" Tanya Evelina lagi dengan polosnya. "Apa sekarang kau bahkan bermasalah dengan rekan kerjaku Evelina?!" Seru Grand Duke sembari memalingkan wajahnya dengan kesal. Setelah Pitri Evelina terdiam, Grand Duke melewati putri Evelina bersama wanita yang ia sebut sebagai rekan kerja tadi. Putri Evelina yang sangat mempercayai suaminya pun memilih untuk mengabaikan masalah itu. Sampai hari dimana ia memergoki suaminya tengah berpelukan mesra dengan rekan kerjanya di kamar mereka. Semuanya langsung berubah. "Apa yang anda lakukan Yang Mulia!!" Teriak Evelina yang baru saja kembali dari salon. "E-Evelina!! bukankah kau bilang, kau tidak akan kembali sampai sore?!" Tanya Grand Duke sembari memperbaiki bajunya yang berantakan. "Jawab aku Yang Mulia! Apa maksud semua ini?" Tanya putri Evelina dengan air mata yang mulai menggenang. Sebelum menjelaskan pada putri Evelina, Grand Duke terlebih dahulu menepuk pelan pucuk kepala wanita itu kemudian memintanya keluar dari kamar. Saat wanita itu baru saja hendak melewati putri Evelina, putri langsung memegang lengan wanita itu dan menamparnya sekuat tenaga. Plakkk!!!!.. "Evelina!!" Teriak Grand Duke. "Apa?!!" Teriak Evelina balik. Tidak terima dirinya diteriaki oleh putri Evelina, Grand Duke langsung mengambil langkah besar berjalan ke arah putri Evelina dan tak segan-segan ia langsung menampar putri Evelina sampai sudut bibir sang putri terluka. Plakkkk! "Perlakuan tidak sopan apa yang baru saja kau tunjukkan padanya," Ujar Grand Duke yang menatap putri Evelina dengan tajam. "Kau berselingkuh dengannya kan!!" Teriak Evelina. "Omong kosong apa yang kau katakan itu!!" "Omong kosong?! Kau jelas-jelas berduaan dengan wanita itu di kamar kita dan kau masih mengatakan semuanya omong kosong!!" Teriak Evelina yang akhirnya bisa meluapkan seluruh amarahnya yang selama ini ia pendam. "Tutup mulutmu Evelina!!" "Kau yang tutup mulut Grand Duke William Northern!" Seru Evelina sambil menunjuk ke arah Grand Duke dengan berlinang air mata. Setelah meneriaki Suaminya, Putri Evelina berbalik pergi dengan penuh kemarahan. Sayangnya saat ia berusaha keluar dari kamar, Grand Duke menahan tangannya dan menyeretnya masuk kembali ke dalam kamar.Brak!!!.Dengan kasar Grand Duke melempar tubuh putri Evelina ke atas kasur."Akh!" Pekik Evelina."Bukankah kau selama ini menanyakan kenapa aku tidak menyentuhmu?! akan ku jawab sekarang. Jadi dengarkan baik-baik!" Ujar Grand Duke dengan wajah kesal.Putri Evelina yang dilemparkan tadi mulai bangkit sembari menatap sendu ke arah suaminya itu. Melihat tatapan kesal suaminya yang selama ini selalu mengabaikannya, hati putri Evelina terasa tersayat berkali-kali."Kau menjijikkan! Aku menikahimu karna kau akan mendatangkan keuntungan untukku dan wilayahku. Caramu mendatangiku dan mengulurkan tangan mu waktu itu sangat memuakkan, kau pasti berpikir kau bisa memiliki segalanya kan!" Bentak Grand Duke sembari mendorong kening putri Evelina."Jadi anda menikahi saya demi mendapat keuntungan!" Seru Evelina sembari menepis tangan Grand Duke.."Kau wanita yang tidak menarik. ku akui cukup menyenangkan melihatmu mengejarku seperti orang bodoh. Tapi hanya itu daya tarik mu," Hina Grand Duke.Men
Saat Grand Duke berpikir putri Evelina akan segera kembali seperti dirinya semula yang selalu memohon-mohon kasih sayang. Ternyata perkiraan nya salah. Bahkan setelah beberapa hari berlalu, sifat santai Evelina tidak berubah terhadapnya."Ada apa denganmu Evelina?" Tanya Grand Duke."Apa maksudmu William? Memang nya aku kenapa?" Tanya Evelina dengan santainya."Kau..." Grad Duke terdiam."Ya?"Karna merasa harga dirinya akan tercoreng jika ia menanyai istrinya. Grand Duke William mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, dan langsung tertidur dengan alasan lelah. Melihat suaminya tertidur sembari memunggungi dirinya, dari sudut bibirnya Evelina tersenyum kecut."Kenapa dulu aku tidak menyadari bahwa pria ini tidak mencintaiku," Batinnya.Keesokan paginya di waktu sarapan. Evelina meminta sesuatu yang sangat mengejutkan sang Grand Duke. Tepat sebelum Grand Duke berangkat ke istana, Evelina mengatakan bahwa ia ingin mengelola salah satu pertambangan yang diserahkan kerajaan Romagna seba
Keesokan paginya William melupakan apa yang ia bicarakan dengan Putri Evelina kemarin. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap berangkat menuju rumah seorang Count yang menawarkannya untuk membeli hak atas pelabuhan Aswam. "Aku akan pergi sekarang," Ujar William. "Ya," Sahut Evelina dengan santai.Melihat Evelina yang bahkan tidak melihat ke arahnya, William mendecak kesal. Setelah itu William berangkat bersama ajudannya ke kediaman Count Estel. Setibanya William di sana, Count Estel langsung keluar untuk menyambutnya. Yang berbeda hari itu adalah, ekspresi Count Estel yang tampak tidak enak. "Ada apa denganmu Count, apa ada masalah?" Tanya William. "Anu, begini Grand Duke. Kemarin ada seorang penguasa baru menawarkan bayaran tinggi untuk pelabuhan Aswam. Jadi kami..""Jadi kalian menjualnya padanya?" Potong William. "Maafkan kami Grand Duke, anda tahu benar situasi saya sekarang sangat darurat dan membutuhkan uang secepat mungkin. Jadi, mau tidak mau saya menjualnya," Jelas Count d
Di siang hari saat Evelina akan berangkat menuju toko perhiasan karna ada urusan mendadak, ia melihat suaminya menggandeng tangan seorang wanita berambut hitam dan bermata merah. Seketika raut wajah Evelina yang tadinya panik berubah menjadi raut tercengang. "Kenapa wanita itu ada disini?" Batin Evelina.Melihat wajah tercengang Evelina, sudut bibir William sedikit terangkat. Ekspresi seperti itulah yang selama ini William harapkan muncul di wajah Evelina setelah berhari-hari ia hanya melihat ekspresi datarnya."Siapa dia?" Tanya Evlina."Isbel, dia adalah rekan kerjaku. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita di sini.""Kenapa kau membawanya kemari? Dia bisa tinggal di penginapan atau semacamnya. Utara kita ini penuh dengan penginapan bintang lima.""Ya, kau benar soal itu Evelina. Tapi Isbel tidak terbiasa hidup sendiri, dia butuh seseorang bersamanya.""Apakah itu artinya orangnya harus kamu William?"Seketika William tertegun mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Eve
Di siang hari saat Evelina akan berangkat menuju toko perhiasan karna ada urusan mendadak, ia melihat suaminya menggandeng tangan seorang wanita berambut hitam dan bermata merah. Seketika raut wajah Evelina yang tadinya panik berubah menjadi raut tercengang. "Kenapa wanita itu ada disini?" Batin Evelina.Melihat wajah tercengang Evelina, sudut bibir William sedikit terangkat. Ekspresi seperti itulah yang selama ini William harapkan muncul di wajah Evelina setelah berhari-hari ia hanya melihat ekspresi datarnya."Siapa dia?" Tanya Evlina."Isbel, dia adalah rekan kerjaku. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita di sini.""Kenapa kau membawanya kemari? Dia bisa tinggal di penginapan atau semacamnya. Utara kita ini penuh dengan penginapan bintang lima.""Ya, kau benar soal itu Evelina. Tapi Isbel tidak terbiasa hidup sendiri, dia butuh seseorang bersamanya.""Apakah itu artinya orangnya harus kamu William?"Seketika William tertegun mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Eve
Keesokan paginya William melupakan apa yang ia bicarakan dengan Putri Evelina kemarin. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap berangkat menuju rumah seorang Count yang menawarkannya untuk membeli hak atas pelabuhan Aswam. "Aku akan pergi sekarang," Ujar William. "Ya," Sahut Evelina dengan santai.Melihat Evelina yang bahkan tidak melihat ke arahnya, William mendecak kesal. Setelah itu William berangkat bersama ajudannya ke kediaman Count Estel. Setibanya William di sana, Count Estel langsung keluar untuk menyambutnya. Yang berbeda hari itu adalah, ekspresi Count Estel yang tampak tidak enak. "Ada apa denganmu Count, apa ada masalah?" Tanya William. "Anu, begini Grand Duke. Kemarin ada seorang penguasa baru menawarkan bayaran tinggi untuk pelabuhan Aswam. Jadi kami..""Jadi kalian menjualnya padanya?" Potong William. "Maafkan kami Grand Duke, anda tahu benar situasi saya sekarang sangat darurat dan membutuhkan uang secepat mungkin. Jadi, mau tidak mau saya menjualnya," Jelas Count d
Saat Grand Duke berpikir putri Evelina akan segera kembali seperti dirinya semula yang selalu memohon-mohon kasih sayang. Ternyata perkiraan nya salah. Bahkan setelah beberapa hari berlalu, sifat santai Evelina tidak berubah terhadapnya."Ada apa denganmu Evelina?" Tanya Grand Duke."Apa maksudmu William? Memang nya aku kenapa?" Tanya Evelina dengan santainya."Kau..." Grad Duke terdiam."Ya?"Karna merasa harga dirinya akan tercoreng jika ia menanyai istrinya. Grand Duke William mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, dan langsung tertidur dengan alasan lelah. Melihat suaminya tertidur sembari memunggungi dirinya, dari sudut bibirnya Evelina tersenyum kecut."Kenapa dulu aku tidak menyadari bahwa pria ini tidak mencintaiku," Batinnya.Keesokan paginya di waktu sarapan. Evelina meminta sesuatu yang sangat mengejutkan sang Grand Duke. Tepat sebelum Grand Duke berangkat ke istana, Evelina mengatakan bahwa ia ingin mengelola salah satu pertambangan yang diserahkan kerajaan Romagna seba
Brak!!!.Dengan kasar Grand Duke melempar tubuh putri Evelina ke atas kasur."Akh!" Pekik Evelina."Bukankah kau selama ini menanyakan kenapa aku tidak menyentuhmu?! akan ku jawab sekarang. Jadi dengarkan baik-baik!" Ujar Grand Duke dengan wajah kesal.Putri Evelina yang dilemparkan tadi mulai bangkit sembari menatap sendu ke arah suaminya itu. Melihat tatapan kesal suaminya yang selama ini selalu mengabaikannya, hati putri Evelina terasa tersayat berkali-kali."Kau menjijikkan! Aku menikahimu karna kau akan mendatangkan keuntungan untukku dan wilayahku. Caramu mendatangiku dan mengulurkan tangan mu waktu itu sangat memuakkan, kau pasti berpikir kau bisa memiliki segalanya kan!" Bentak Grand Duke sembari mendorong kening putri Evelina."Jadi anda menikahi saya demi mendapat keuntungan!" Seru Evelina sembari menepis tangan Grand Duke.."Kau wanita yang tidak menarik. ku akui cukup menyenangkan melihatmu mengejarku seperti orang bodoh. Tapi hanya itu daya tarik mu," Hina Grand Duke.Men
Di sebuah kerajaan besar bernama Romagna, Evelina Rossel adalah putri satu-satunya kerajaan Romagna. Di suatu pesta dansa yang diadakan oleh kerajaan nya, Evelina bertemu dengan Grand Duke utara yang terlihat sangat tampan dengan rambut pirang dan mata hitam gelap yang sangat indah. melihat betapa tampan dan berkelasnya Grand Duke, sang putri pun seketika jatuh cinta."Ayah, aku menyukai pria yang di sana!" Tunjuk Evelina ke arah Grand Duke Utara."Hahha! Putriku memang memiliki mata yang bagus. Dia adalah Grand Duke dari utara, dia memiliki ribuan tentara tangguh dan memiliki kekayaan yang sangat banyak," Jelas sang raja yang tak lain ayah dari putri Evelina.Setelah mendengar penjelasan ayahnya tentang Grand Duke utara, sang putri semakin jatuh cinta. Karna tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya, sang putri langsung berdiri dari duduknya dan dengan berani ia menghampiri sang Grand Duke. Saat putri berdiri di depan Grand Duke, dengan anggun ia mengulurkan tangannya dengan penuh ke