Share

Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat
Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat
Author: Wrold tree

Evelina Rossel

Author: Wrold tree
last update Last Updated: 2024-11-15 15:28:55

Di sebuah kerajaan besar bernama Romagna, Evelina Russel adalah putri satu-satunya kerajaan Romagna. Di suatu pesta dansa yang diadakan oleh kerajaannya, Evelina bertemu dengan Grand Duke utara yang terlihat sangat tampan dengan rambut pirang dan mata hitam gelap yang sangat indah. melihat betapa tampan dan berkelasnya Grand Duke, sang putri pun seketika jatuh cinta.

"Ayah, aku menyukai pria yang di sana!" tunjuk Evelina ke arah Grand Duke Utara.

"Hahha! Putriku memang memiliki mata yang bagus. Dia adalah Grand Duke dari utara, dia memiliki ribuan tentara tangguh dan memiliki kekayaan yang sangat banyak," jelas sang Raja yang tak lain ayah dari Evelina.

Setelah mendengar penjelasan ayahnya tentang Grand Duke utara, sang putri semakin jatuh cinta. Karna tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya, sang putri langsung berdiri dari duduknya dan dengan berani ia menghampiri sang Grand Duke. Saat putri berdiri di depan Grand Duke, dengan anggun ia mengulurkan tangannya dengan penuh keberanian.

"Maukah anda menawarkan satu dansa pada saya Grand Duke?" ujar Putri Evelina.

Melihat tatapan polos sang putri, Gran Duke pun meraih tangan Evelina lalu mencium lembut punggung tangan Evelina yang terulur ke arahnya.

"Suatu kehormatan bagi saya karna bisa berdansa dengan anda Putri," ujar Grand Duke dengan tatapan lembut ke arah putri.

Setelah itu Evelina mulai berdansa dengan hati yang sangat berbunga-bunga. Pandangan matanya terus tertuju ke arah Grand Duke. Bahkan tak sedikit pun ia mengalihkan pandangannya sampai lagu dansa berakhir.

"Yang Mulia Putri, lagunya sudah berakhir. Jadi, bisakah anda melepaskan tangan saya?"

"O-Ohh! maafkan saya Grand Duke," ujar putri Evelina begitu ia sadar dari lamunannya.

Begitu berpisah dengan Grand Duke, putri Evelina terus terbayang-bayang wajah tegas dan tampan Grand Duke. Sampai keesokan harinya sang putri mendapat kabar gembira dari Nannynya.

"Yang Mulia Putri! Anda akan segera menikah dengan Grand Duke!" ujar sang Nanny dengan gembira.

"Apa?! Apa yang kau katakan barusan Nanny?!"

"Iya Tuan Putri, anda akan segera menikah dengan Grand Duke. Ratu Isabella sendiri yang mengatakan pada hamba, kalau Grand Duke langsung menerima lamaran yang Raja ajukan kemarin saat pertemuan pribadi."

"Kau tidak berbohong kan Nanny?! Ibuku benar-benar mengatakan itu?!" tanya putri Evelina berkali-kali.

"Iya Tuan Putri, anda akan segera menikah."

"Aku senang sekali Nanny!" langsung memeluk Nannynya.

Beberapa hari kemudian, putri Evelina benar-benar menikah dengan Grand Duke utara. Saat putri Evelina dengan gaun putih cantik dan tiara ruby berbentuk mawar menghiasi kepalanya berjalan ke podium pernikahan. Dengan lembut Grand Duke utara mengulurkan tangannya ke arah putri Evelina.

"Selamat datang pengantinku," ujarnya.

"Terimakasih Yang Mulia," sahut Evelina seraya tertunduk dengan pipi yang memerah.

Setelah pendeta memandu kedua mempelai selama proses pengucapan sumpah sampai ciuman sumpah, putri Evelina terlihat sangat bahagia.

"Aku sangat senang bisa menjadi istri anda Grand Duke," ujar sang putri.

"Aku juga tuan Putriku," sahut Grand Duke sembari mencium punggung tangan Evelina.

Selama empat hari berturut-turut pesta pernikahan yang megah terus berlangsung di istana Romagna. Di hari kelima, Putri Evelina harus ikut suaminya kembali ke utara dan meninggalkan kedua orang tuanya. Tangis haru bercampur bahagia memenuhi ruangan keluarga, dan tangisan serta doa sang Ratu memenuhi anaknya yang akan segera pergi meninggalkannya juga kerajaan Romagna.

"Ayah, Ibu. Aku pasti akan segera kembali dan mengunjungi kalian," ujar Putri Evelina.

"Evelinku sayang, Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu," ujar Ratu sembari memeluk anaknya.

Setelah perpisahan penuh haru itu selesai, dengan berat hati Putri Evelina masuk ke dalam kereta kuda bersama suaminya Grand Duke utara. Dan di dalam kereta ia perlahan-lahan melihat istana semakin jauh. Ketika istana sudah tidak lagi terlihat oleh matanya, air mata mulai menetes di pelupuk mata Evlina tanpa kata setuju.

"Tenanglah Istriku, Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Kau bisa datang ke istana lain kali," bujuk Grand Duke sembari mengelus lembut pipi putri Evelina yang basah oleh air mata.

Sayangnya perkataan manis Grand Duke tidak pernah ia tepati. Setelah pernikahannya dengan Evelina berlangsung selama lima tahun, sang putri tidak pernah kembali ke kerajaannya. Hidupnya hanya ia habiskan untuk melayani suaminya sang Grand Duke yang semakin bersikap dingin kepada nya.

"Yang Mulia, kenapa anda terus bersikap dingin kepada saya?!" tanya Evelina dengan raut wajah yang kusut.

"Aku sangat sibuk, kembalilah ke kamarmu!"

"Selama lima tahun pernikahan kita anda tidak pernah menyentuh saya dengan alasan sibuk dan lain sebagainya Yang Mulia!" protes putri Evelina.

"Berhentilah bertindak kekanak-kanakan dan kembali ke kamar mu Evelina!"

"Jawab saya dulu yang mulia, apa yang..."

"Evelina!!!!" teriak Grand Duke yang sukses membuat Evelina terdiam.

Genangan air mata mulai tumpah di pelupuk mata polos milik Putri Evelina. Tak bisa lagi menahan tangisnya, Putri Evelina pun dengan cepat berbalik kemudian pergi meninggalkan Grand Duke yang tampak kesal.

"Merepotkan saja," gumam Grand Duke.

Beberapa hari setelah itu, Grand Duke pulang dengan membawa seorang wanita berambut hitam pekat dan mata merah seperti Ruby.

"Siapa dia yang mulia?" tanya Evelina.

"Dia teman kerjaku."

"Tapi kenapa dia berpegangan begitu erat di lengan anda?" tanya Evelina lagi dengan polosnya.

"Apa sekarang kau bahkan bermasalah dengan rekan kerjaku Evelina?!" seru Grand Duke sembari memalingkan wajahnya dengan kesal.

Setelah Putri Evelina terdiam, Grand Duke melewati putri Evelina bersama wanita yang ia sebut sebagai rekan kerja tadi. Putri Evelina yang sangat mempercayai suaminya pun memilih untuk mengabaikan masalah itu. Sampai hari dimana ia memergoki suaminya tengah berpelukan mesra dengan rekan kerjanya di kamar mereka. Semuanya langsung berubah.

"Apa yang anda lakukan Yang Mulia!!" teriak Evelina yang baru saja kembali dari salon.

"E-Evelina!! bukankah kau bilang, kau tidak akan kembali sampai sore?!" tanya Grand Duke sembari memperbaiki bajunya yang berantakan.

"Jawab aku Yang Mulia! Apa maksud semua ini?!" tanya putri Evelina dengan air mata yang mulai menggenang.

Sebelum menjelaskan pada putri Evelina, Grand Duke terlebih dahulu menepuk pelan pucuk kepala wanita itu kemudian memintanya keluar dari kamar. Saat wanita itu baru saja hendak melewati putri Evelina, putri langsung memegang lengan wanita itu dan menamparnya sekuat tenaga.

Plakkk!!!!..

"Evelina!!" teriak Grand Duke.

"Apa?!!" teriak Evelina balik.

Tidak terima dirinya diteriaki oleh putri Evelina, Grand Duke langsung mengambil langkah besar berjalan ke arah putri Evelina dan tak segan-segan ia langsung menampar putri Evelina sampai sudut bibir sang putri terluka.

Plakkkk!

"Perlakuan tidak sopan apa yang baru saja kau tunjukkan padanya," ujar Grand Duke yang menatap putri Evelina dengan tajam.

"Kau berselingkuh dengannya kan!!" teriak Evelina.

"Omong kosong apa yang kau katakan itu!!"

"Omong kosong?! Kau jelas-jelas berduaan dengan wanita itu di kamar kita dan kau masih mengatakan semuanya omong kosong!!" teriak Evelina yang akhirnya bisa meluapkan seluruh amarahnya yang selama ini ia pendam.

"Tutup mulutmu Evelina!!"

"Kau yang tutup mulut Grand Duke William Northern!" seru Evelina sambil menunjuk ke arah Grand Duke dengan berlinang air mata.

Setelah meneriaki Suaminya, Putri Evelina berbalik pergi dengan penuh kemarahan. Sayangnya saat ia berusaha keluar dari kamar, Grand Duke menahan tangannya dan menyeretnya masuk kembali ke dalam kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   kesempatan ke dua

    Brak!!!. Dengan kasar Grand Duke melempar tubuh putri Evelina ke atas kasur. "Akhh!!" pekik Evelina. "Bukankah kau selama ini menanyakan kenapa aku tidak menyentuhmu?! akan ku jawab sekarang. Jadi dengarkan baik-baik!" ujar Grand Duke dengan wajah kesal. Putri Evelina yang dilemparkan tadi mulai bangkit sembari menatap sendu ke arah suaminya itu. Melihat tatapan kesal suaminya yang selama ini selalu mengabaikannya, hati putri Evelina terasa tersayat berkali-kali. "Kau menjijikkan! Aku menikahimu karna kau akan mendatangkan keuntungan untukku dan wilayahku. Caramu mendatangiku dan mengulurkan tangan mu waktu itu sangat memuakkan, kau pasti berpikir kau bisa memiliki segalanya kan!" bentak Grand Duke sembari mendorong kening putri Evelina. "Jadi anda menikahi saya demi mendapat keuntungan!" seru Evelina sembari menepis tangan Grand Duke.. "Kau wanita yang tidak menarik. ku akui cukup menyenangkan melihatmu mengejarku seperti orang bodoh. Tapi hanya itu daya tarik mu," hina

    Last Updated : 2024-12-21
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   aku selalu salah

    Saat Grand Duke berpikir putri Evelina akan segera kembali seperti dirinya semula yang selalu memohon-mohon kasih sayang. Ternyata perkiraan nya salah. Bahkan setelah beberapa hari berlalu, sifat santai Evelina tidak berubah terhadapnya. "Ada apa denganmu Evelina?" tanya Grand Duke. "Apa maksudmu William? Memangnya aku kenapa?" tanya Evelina balik dengan santainya. "Kau..." Grand Duke terdiam. "Ya?" Karna merasa harga dirinya akan tercoreng jika ia menanyai istrinya. Grand Duke William mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, dan langsung tertidur dengan alasan lelah. Melihat suaminya tertidur sembari memunggungi dirinya, dari sudut bibirnya Evelina tersenyum kecut. "Kenapa dulu aku tidak menyadari bahwa pria di sampingku ini tidak mencintaiku," batinnya. Keesokan paginya di waktu sarapan. Evelina meminta sesuatu yang sangat mengejutkan sang Grand Duke. Tepat sebelum Grand Duke berangkat ke istana, Evelina mengatakan bahwa ia ingin mengelola salah satu pertambangan yang

    Last Updated : 2024-12-22
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   cemburu?

    Keesokan paginya William melupakan apa yang ia bicarakan dengan Putri Evelina kemarin. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap berangkat menuju rumah seorang Count yang menawarkannya untuk membeli hak atas pelabuhan Aswam. "Aku akan pergi sekarang," Ujar William. "Ya," Sahut Evelina dengan santai.Melihat Evelina yang bahkan tidak melihat ke arahnya, William mendecak kesal. Setelah itu William berangkat bersama ajudannya ke kediaman Count Estel. Setibanya William di sana, Count Estel langsung keluar untuk menyambutnya. Yang berbeda hari itu adalah, ekspresi Count Estel yang tampak tidak enak. "Ada apa denganmu Count, apa ada masalah?" Tanya William. "Anu, begini Grand Duke. Kemarin ada seorang penguasa baru menawarkan bayaran tinggi untuk pelabuhan Aswam. Jadi kami..""Jadi kalian menjualnya padanya?" Potong William. "Maafkan kami Grand Duke, anda tahu benar situasi saya sekarang sangat darurat dan membutuhkan uang secepat mungkin. Jadi, mau tidak mau saya menjualnya," Jelas Count d

    Last Updated : 2025-01-30
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   kecurigaan Lyrius

    Di siang hari saat Evelina akan berangkat menuju toko perhiasan karna ada urusan mendadak, ia melihat suaminya menggandeng tangan seorang wanita berambut hitam dan bermata merah. Seketika raut wajah Evelina yang tadinya panik berubah menjadi raut tercengang. "Kenapa wanita itu ada disini?" Batin Evelina.Melihat wajah tercengang Evelina, sudut bibir William sedikit terangkat. Ekspresi seperti itulah yang selama ini William harapkan muncul di wajah Evelina setelah berhari-hari ia hanya melihat ekspresi datarnya."Siapa dia?" Tanya Evlina."Isbel, dia adalah rekan kerjaku. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita di sini.""Kenapa kau membawanya kemari? Dia bisa tinggal di penginapan atau semacamnya. Utara kita ini penuh dengan penginapan bintang lima.""Ya, kau benar soal itu Evelina. Tapi Isbel tidak terbiasa hidup sendiri, dia butuh seseorang bersamanya.""Apakah itu artinya orangnya harus kamu William?"Seketika William tertegun mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Eve

    Last Updated : 2025-01-30
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   6. kesepakatan

    Saat William mendecak kesal, Evelina tidak sengaja mendengarnya. Dengan kesal Evelina pun menghampiri suaminya itu dan berkata."Apa maksud dari decakan mu itu William?" Dengan acuh tak acuh William menjawab. "Tidak ada." Setelah itu William berbalik pergi mengabaikan tatapan tajam Evelina yang melihat ke arahnya. Melihat sikap William yang mulai berubah tidak seperti biasanya, Evelina menghela nafas pelan. "Huhh~ aku harap semuanya berjalan dengan lancar." Keesokan paginya, William berangkat ke Istana bersama Isbel dengan alasan pekerjaan. Padahal sebenarnya, di Istana saat ini tidak ada yang perlu diurus oleh seorang Grand Duke. "Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." "Kemana?" "Ke Istana." "Bukankah hari ini Istana tidak ada pertemuan atau semacamnya." Saat itu William terkejut karna Evelina tahu soal jadwalnya. Dan dengan penuh kecurigaan memenuhi hatinya, ia pun bertanya kepada Evelina seperti bertanya kepada seorang kriminal. "Bagaimana kau tahu soal jadwalku di Istan

    Last Updated : 2025-02-07
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   7.pesta Baron

    Malam harinya setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Isbel, William menghampiri Evelina di ruang kerjanya. Melihat Evelina yang masih bekerja sampai larut malam, William tergerak hatinya menawarkan sebuah bantuan untuk Evelina. "Apakah pekerjaanmu masih banyak?" Tanya William yang datang menghampiri. "Tidak, ini hampir selesai." "Apa kau butuh sesuatu?" Dengan tatapan bingung Evelina menjawab."Tidak perlu, aku akan membereskan sisanya segera. Kau tunggu saja aku di kamar, William." Melihat betapa mandirinya Evelina, ada perasaan tertusuk di hati William. Tapi ia mengabaikan hal itu. "Evelina, ada yang ingin aku bicarakan." "Um..silahkan, katakan saja William," Sahut Evelina tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia kerjakan. "Baron Luis akan mengadakan pesta besok malam." "Kapan kita akan pergi?" Tanya Evelina. Dengan ragu-ragu William menjawab."Tapi Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." Seketi

    Last Updated : 2025-02-08
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   8.Cahaya

    Setelah beberapa hari telah berlalu sejak kejadian di pesta Baron Luis. Sejak itu juga, Evelina jadi lebih sering bertemu dengan Lyrius karna urusan pekerjaan. William yang mengetahui itu tak henti-hentinya mengecam Evelina bahkan tak segan-segan berkata kasar. "Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Kaisar dari Barat itu!" teriak William. "Dia rekan bisnisku," jawab Evelina. "Rekan bisnis! Kau selalu bertemu dengannya setiap hari, apa begitu rekan bisnis sesungguhnya!" bantah William. "Lalu bagaimana dengan rekan kerjamu. Aku hanya bertemu dengan Kaisar beberapa kali, sedangkan kau bertemu rekan kerjamu setiap hari. Terlebih lagi, dia tinggal satu atap dengan kita." "Itu hal yang berbeda!" "Katakan padaku apa perbedaannya?" tanya Evelina dengan raut datar. Melihat betapa datarnya tatapan Evelina saat melihat dirinya. William lagi-lagi merasakan denyutan sakit di dadanya. Perasaan kesal karna terus dibantah membuat William akhirnya meledak d

    Last Updated : 2025-02-09
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   9.Surat yang tak sampai

    Setelah Evelina kembali dari pesta, ia mendapati pelayan pribadinya yang bernama Liliana tengah menunggunya di depan pintu mansion. Melihat raut wajah Liliana yang tampak gelisah, Evelina yang baru saja turun dari kereta kuda langsung menghampirinya. "Ada apa Liliana?" tanya Evelina. "Grand Ducess, saya melihat Grand Duke dan Lady Isbel berpelukan selepas anda pergi tadi," ujar Liliana seraya menunduk dalam. "Aneh, harusnya kejadian terungkapnya perselingkuhan antara Isbel dan William terjadi dua tahun lagi, dan hal itu pertama kali diketahui olehku. Tapi kenapa ini terjadi sekarang? Bukankah ini terlalu cepat?!" batin Evelina. "Saya bersumpah demi nyawa saya Grand Dhucess, saya tidak berbohong," ujar Liliana dengan air mata yang mulai menggenang. Melihat Liliana yang mulai menangis, dengan lembut Evelina mengelus kepala Liliana untuk menenangkannya. "Tenanglah Liliana, aku terdiam karna memikirkan sesuatu, bukan karna aku tidak percaya padamu.'

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   32.

    Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   31. Kerja sama

    Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   30. Evelina Russel

    Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   29. Flashback

    Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   28.

    Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   27.

    Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   26.

    Malam harinya saat william akan beristirahat di kamarnya, ia mendapat tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di balkonnya. "Siapa?!" ujar William yang dengan sigap memegang pedang di tangannya. "Aku Agam, orang yang menculik Grand Dhucess," ujar Agam yang tak tanggung-tanggung langsung memperkenalkan namanya. "Menculik siapa?!" tanya William dengan raut tercengang. "Ceraikan Grand Dhucess dan nikahi simpananmu itu Si*lan. Kalau kau membuat wanita baik-baik seperti Grand Dhucess tersiksa. Aku bersumpah akan membunuhmu lebih dulu baru Gundikmu yang penipu itu," ujar Agam yang membuat William sukses terkejut untuk yang ke dua kalinya. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Agam berbalik pergi dan hendak melompat lewat balkon. Tepat sebelum Agam melompat ke bawah balkon, William sudah lebih dulu menodongkan pedangnya ke arah leher Agam guna menghentikannya. "Katakan padaku lebih banyak soal yang kau katakan tadi," ujar William. "Kenapa aku harus," sahut Agam dengan w

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   25. Liliana

    Beberapa hari telah berlalu sejak hilangnya Evelina di tokonya. Saat itu di mansion Northern, tidak ada seorang pun yang mengkhawatirkan Evelina kecuali pelayan yang selalu ada di sampingnya yaitu, Liliana. "Grand Duke! Tolong cari Grand Dhucess. Saya yakin tuduhan pelayan Nona Isbel tidak benar. Jika memang Grand Dhucess menculik Nona Isbel, lalu kemana dia pergi!" protes Liliana dengan segenap keberaniannya. "Mana ku tahu kemana Grand Dhucess mu pergi. Bisa saja dia melarikan diri setelah kedoknya ketahuan kan," sahut William dengan penuh kekesalan. "Grand Dhucess tidak mungkin melakukan hal serendah ini! Semua ini pasti hanya kebohongan pelayan itu!!" tunjuk Liliana ke arah Ema pelayan pribadi Isbel. Saat itu, dengan aktingnya yang sempurna Ema bertekuk lutut di depan William dengan bersimbah air mata. Sekali lagi ia menjual cerita sedihnya soal dirinya yang berhasil kabur tetapi tidak dengan Nona yang ia layani yaitu Isbel. "Hiks...hiks hamba pantas mati Grand Duke. Hamba pan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   24. Diculik

    Keesokan harinya Isbel diam-diam keluar dari mansion setelah William pergi ke istana. Tujuan Isbel saat itu adalah, Guild pembunuh bayaran yang letaknya jauh dari pusat kota dan ada diantara gang-gang yang dihuni oleh para rakyat jelata yang terbuang. "Nona, bukankah ini berbahaya?" ujar Ema sambil memegang erat jubah yang dikenakan Isbel untuk menutupi dirinya. "Tenang saja. Aku dengar para Assassin disini melindungi klien mereka yang datang untuk bertransaksi dengan mereka," sahut Isbel. Saat itu seorang pengemis jalanan bangkit dari duduknya dan memegang jubah Isbel."Berikan uangmu Nona kaya, dilihat dari jubah mewah yang kau kenakan, kau pasti seorang bangsawan." "Ukh! Dia bau sekali," ujar Isbel sambil mengipas hidungnya. Marah karna Isbel mengatainya bau, pengemis itu langsung menarik kuat jubah Isbel sampai Isbel tertarik dan jatuh terduduk. Saat itulah pengemis tersebut mencekik Isbel. "Matilah kau!!! Perempuan kaya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status