Share

6. kesepakatan

Penulis: Wrold tree
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 08:44:03

Saat William mendecak kesal, Evelina tidak sengaja mendengarnya. Dengan kesal Evelina pun menghampiri suaminya itu dan berkata."Apa maksud dari decakan mu itu William?"

Dengan acuh tak acuh William menjawab. "Tidak ada."

Setelah itu William berbalik pergi mengabaikan tatapan tajam Evelina yang melihat ke arahnya. Melihat sikap William yang mulai berubah tidak seperti biasanya, Evelina menghela nafas pelan.

"Huhh~ aku harap semuanya berjalan dengan lancar."

Keesokan paginya, William berangkat ke Istana bersama Isbel dengan alasan pekerjaan. Padahal sebenarnya, di Istana saat ini tidak ada yang perlu diurus oleh seorang Grand Duke.

"Evelina, aku akan pergi bersama Isbel."

"Kemana?"

"Ke Istana."

"Bukankah hari ini Istana tidak ada pertemuan atau semacamnya."

Saat itu William terkejut karna Evelina tahu soal jadwalnya. Dan dengan penuh kecurigaan memenuhi hatinya, ia pun bertanya kepada Evelina seperti bertanya kepada seorang kriminal.

"Bagaimana kau tahu soal jadwalku di Istana? Apa kau memata-matai ku?" Tanya William dengan tatapan tajam.

"Aku Istrimu. Tentu saja segala kegiatanmu di Istana aku memperhatikannya. Terlebih lagi, aku adalah Nyonya di Mansion ini. Jadi, segala informasi tentangmu, aku berhak mengetahuinya."

Dengan wajah kesal William mulai berkata."Tck! Hari ini ada pertemuan mendadak jadi kami harus pergi."

"Baiklah jika begitu, semoga perjalananmu aman sampai ke Istana."

Setelah mengatasi Evelina yang terus menanyainya. William dan Isbel akhirnya berhasil pergi dari Mansion dengan alasan pekerjaan mendadak. Mereka berdua tidak tahu, saat itu Evelina tengah melihat mereka dengan pandangan yang seolah tahu segalanya.

"Kalian pikir aku tidak tahu apapun? Bersantai dan bersenang-senanglah. Nikmati waktu kalian yang tersisa, karna begitu semua persiapanku selesai, hari itu akan menjadi hari yang memalukan bagi kalian."

Di pusat kota, William dan Isbel yang katanya akan bekerja ternyata sedang mengunjungi salah satu butik terkenal yang sudah Isbel impikan sejak dulu. Di sana, dengan mesranya mereka berdua memilih gaun dan juga mencobanya layaknya pengantin baru. Bahkan pegawai butik berpikir, mereka yang berstatus rekan kerja itu adalah sepasang suami Istri.

"Yang Mulia Grand Duke. Ini pertama kalinya saya melihat anda membawa Grand Dhucess kemari," Ujar salah satu pelayan butik.

Alasan pegawai itu tidak tahu soal Grand Dchuess adalah, karna dia seorang rakyat biasa. Di Utara, tidak ada satu pun rakyat biasa yang tahu wajah Grand Dhucess mereka. Hal itu terjadi karna saat pertama kali Evelina datang ke Utara, William menutup wajah Evelina dan tidak membiarkannya menyapa rakyat Utara dengan alasan saat itu musim dingin dan ia takut Evelina akan kedinginan jika Evelina keluar dari kereta kuda.

"Itu...dia bukan Grand Dhucess," Sahut William ragu-ragu.

"Apa?! Maafkan kelancangan saya Yang Mulia Grand Duke, saya pikir anda bersama Grand Dhucess karna anda terlihat sangat menyayanginya."

Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pegawai toko itu, baik William ataupun Isbel spontan tertegun. Dan pegawai toko yang Menyadari dirinya baru saja berbicara sembarangan, ia langsung menutup mulutnya dengan wajah yang mulai memucat.

"Aku hanya ingin mengajak rekan kerjaku untuk membeli gaun karna dia sudah bekerja keras dengan sangat baik," Ujar William memberi alasan.

Pelayan itupun mulai menunduk malu. "O-Ohh! Begitu rupanya, saya sudah sangat lancang dengan pemikiran seperti itu. Mohon ampuni saya Grand Duke."

"Tidak masalah. Grand Dhucess sendiri adalah orang yang lembut, beliau pasti tidak akan memasukkan kata-katamu tadi ke dalam hati," Sela Isbel seraya tersenyum manis.

Mendengar kata hiburan dari Isbel, pegawai butik itu tampak mulai lega. Saat itu mereka tidak menyadari ada seseorang yang tengah mengawasi dari luar butik.

"Apa mereka benar-benar hanya sekedar rekan kerja?!" Batin orang yang sedang mengintip itu.

Dilain sisi, Evelina yang sibuk mengurus bisnis baru yang akan ia bangun, tidak tahu suaminya tengah berselingkuh dengan rekan kerjanya di sebuah butik.

Saat itu, Evelina begitu sibuk berbicara dengan seorang bangsawan yang akan menjadi partner bisnisnya. Dalam pembahasannya, Evelina berencana membangun sebuah bangunan tempat berkumpul para Lady dan bangunan itu bernama Cafe.

"Apa bisnis yang bernama Cafe ini akan benar-benar populer?" Tanya klien.

"Ya! Aku yakin itu pasti akan berhasil."

"Atas dasar apa anda seyakin itu Grand Dhucess?"

Bukannya menjawab, Evelina malah bertanya balik."Apa yang paling populer dan paling sering dilakukan para Lady?"

Setelah berpikir keras, si Klien menjawab."Bergosip tentunya."

"Oleh sebab itu, tempat dimana seorang Lady bisa bersantai menikmati teh juga dessert yang mereka mau, bukankah akan menjadi suatu usaha yang sangat menarik minat."

"Apakah benar begitu?"

"Tentu saja, Cafe kita akan dibangun sebagai tempat untuk seperti itu. Masing-masing ruangan akan dihiasi interior layaknya ruangan pesta, dan hanya pelanggan tertentu yang bisa memasuki Cafe. Tamu itu akan kita sebut sebagai tamu VIP."

"Bukankah itu akan menghabiskan banyak dana?!"

saat itu lagi-lagi Evelina tidak menjawab pertanyaan Kliennya. Tapi senyum dan kepercayaan diri yang tinggi dapat Klien lihat di mata Evelina, yang dimana hal itu membuat keraguannya tadi seolah sirna.

"Sepakat! Saya akan membeli bangunan sebelah jalan di samping toko bunga dan membangun Cafe. Semoga kerja sama kita membuahkan hasil Grand Dhucess," Ujar Klien seraya mengulurkan tangannya.

"Ya. Ini pasti berhasil," Sahut Evelina yang langsung meraih dan menjabat tangan Kliennya.

Setelah urusannya dengan klien yang akan menjadi partner bisnisnya selesai, Evelina memutuskan kembali ke Mansion Northern mengingat ia memiliki pekerjaan yang belum ia selesaikan. Dan sesampainya Evelina di Mansion, ia melihat suaminya Grand Duke William dan rekan kerjanya Lady Isbel sudah kembali. Tapi yang berbeda adalah, kereta kuda yangsemula kosong kini penuh dengan kotak hadiah.

"Apa kau membeli semua itu untukku William?" Tanya Evelina.

Melihat cara Evelina menatap dirinya, William tiba-tiba merasa gugup. "T-Tidak Evelina, ini...hadiah untuk Isbel karna hari ini dia membantuku bekerja lebih banyak dari biasanya.

"Ohh! Seperti itu, baiklah. Pelayan! b

Bawa semua ini ke kamar Lady Isbel!"

"Baik Grand Dhucess," Sahut para pelayan yang langsung bergegas membereskan barang-barang.

Melihat betapa acuh tak acuhnya Evelina terhadap dirinya. Tanpa sadar William langsung meraih tangan Evelina dan menahan Evelina yang hendak pergi.

"Apa ada sesuatu yang kau butuhkan William?" Tanya Evelina dengan wajah datar.

"T-Tidak ada, aku hanya...hanya ingin mengatakan terimakasih karna membantu Isbel."

Seraya melirik ke arah Isbel, Evelina menjawab."Tidak masalah. Bukankah sudah tugasku sebagai Grand Dhucess untuk memperlakukan Tamu di mansion Northern dengan sebaik mungkin. Apalagi dia adalah rekan kerjamu. Jadi wajar bagiku untuk membantunya agar merasa nyaman selama menginap di Mansion."

Meski perkataan Evelina terdengar seperti seorang Nyonya rumah yang perhatian pada tamunya. Tapi di telinga Isbel, itu terdengar seperti Evelina tengah menegaskan pada dirinya, bahwa keberadaannya disini hanyalah sebagai tamu dan rekan kerja, tidak lebih dari itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   7.pesta Baron

    Malam harinya setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Isbel, William menghampiri Evelina di ruang kerjanya. Melihat Evelina yang masih bekerja sampai larut malam, William tergerak hatinya menawarkan sebuah bantuan untuk Evelina. "Apakah pekerjaanmu masih banyak?" Tanya William yang datang menghampiri. "Tidak, ini hampir selesai." "Apa kau butuh sesuatu?" Dengan tatapan bingung Evelina menjawab."Tidak perlu, aku akan membereskan sisanya segera. Kau tunggu saja aku di kamar, William." Melihat betapa mandirinya Evelina, ada perasaan tertusuk di hati William. Tapi ia mengabaikan hal itu. "Evelina, ada yang ingin aku bicarakan." "Um..silahkan, katakan saja William," Sahut Evelina tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia kerjakan. "Baron Luis akan mengadakan pesta besok malam." "Kapan kita akan pergi?" Tanya Evelina. Dengan ragu-ragu William menjawab."Tapi Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." Seketi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   8.Cahaya

    Setelah beberapa hari telah berlalu sejak kejadian di pesta Baron Luis. Sejak itu juga, Evelina jadi lebih sering bertemu dengan Lyrius karna urusan pekerjaan. William yang mengetahui itu tak henti-hentinya mengecam Evelina bahkan tak segan-segan berkata kasar. "Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Kaisar dari Barat itu!" teriak William. "Dia rekan bisnisku," jawab Evelina. "Rekan bisnis! Kau selalu bertemu dengannya setiap hari, apa begitu rekan bisnis sesungguhnya!" bantah William. "Lalu bagaimana dengan rekan kerjamu. Aku hanya bertemu dengan Kaisar beberapa kali, sedangkan kau bertemu rekan kerjamu setiap hari. Terlebih lagi, dia tinggal satu atap dengan kita." "Itu hal yang berbeda!" "Katakan padaku apa perbedaannya?" tanya Evelina dengan raut datar. Melihat betapa datarnya tatapan Evelina saat melihat dirinya. William lagi-lagi merasakan denyutan sakit di dadanya. Perasaan kesal karna terus dibantah membuat William akhirnya meledak d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   9.Surat yang tak sampai

    Setelah Evelina kembali dari pesta, ia mendapati pelayan pribadinya yang bernama Liliana tengah menunggunya di depan pintu mansion. Melihat raut wajah Liliana yang tampak gelisah, Evelina yang baru saja turun dari kereta kuda langsung menghampirinya. "Ada apa Liliana?" tanya Evelina. "Grand Ducess, saya melihat Grand Duke dan Lady Isbel berpelukan selepas anda pergi tadi," ujar Liliana seraya menunduk dalam. "Aneh, harusnya kejadian terungkapnya perselingkuhan antara Isbel dan William terjadi dua tahun lagi, dan hal itu pertama kali diketahui olehku. Tapi kenapa ini terjadi sekarang? Bukankah ini terlalu cepat?!" batin Evelina. "Saya bersumpah demi nyawa saya Grand Dhucess, saya tidak berbohong," ujar Liliana dengan air mata yang mulai menggenang. Melihat Liliana yang mulai menangis, dengan lembut Evelina mengelus kepala Liliana untuk menenangkannya. "Tenanglah Liliana, aku terdiam karna memikirkan sesuatu, bukan karna aku tidak percaya padamu.'

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   10. Scary

    Di ruang tamu dengan interior yang mewah, Evelina mengajak ayahnya untuk duduk dan menikmati teh bersama. Dalam percakapan mereka, Evelina tidak ingin membahas hal berat seperti soal surat yang tidak sampai, atau keluhan yang selama ini ia pendam. Yang dibahas Evelina hanyalah cerita-cerita kecil seperti bagaimana ia merindukan Romagna dan ibunya, atau memikirkan betapa ia ingin pergi ke Romagna sesekali. "Lalu kenapa kau tidak datang saja ke Romagna Nak?" tanya sang Raja. "Ayah, sebagai Grand Dhucess, aku di sini memiliki pekerjaan yang cukup banyak. Apa lagi sekarang aku sudah membuka usaha tokoku sendiri." "Kau berbisnis lagi?! Ayah ingat bagaimana di masa lajang mu, kau sangat suka mengunjungi Madam Aina untuk membahas bisnis permata. Ayah tidak menyangka kau akan mengembangkan bakatmu di Utara." Mengingat soal Madam Aina yang selalu membantunya mempelajari dunia bisnis Kerajaan, Evelina langsung menggenggam erat kedua tangan ayahnya dan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   11. Madam Aina

    setelah mendorong William yang akan menyentuhnya, Evelina yang sedari tadi tercengang membuat William ketakutan. Dengan tangan yang penuh keraguan, William kembali bangkit dan mencoba memegang Evelina. Tepat sebelum tangan William menyentuhnya, Evelina langsung memejamkan matanya seolah ia tidak ingin disentuh. Dan hal itu membuat William spontan menarik tangannya. "Ehem...maafkan aku Evelina, aku rasa kau sangat terkejut. Walau bagaimanapun selama ini aku tidak pernah menyentuhmu," ujar William. Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh William, Evelina akhirnya tersadar bahwa dirinya baru saja mendorong suaminya menjauh. "Maafkan aku William. Sepertinya karna terlalu lelah bekerja sepanjang hari, tubuhku tanpa sadar merespon penolakan," sahut Evelina dengan kepala tertunduk. "Ya, tidak masalah. Tidurlah! Aku akan ke ruang kerjaku sekarang." Setelah William pergi dari kamar, Evelina menatap tangannya yang gemetar. Bayangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   12.perselingkuhan terbongkar

    Setelah menjalin kerja sama dengan Kaisar Barat dan Madam Aina. Selama beberapa hari Evelina tidak kembali ke mansion dan sibuk di tokonya. Dan ketika Evelina pulang, ia mendapati Mansion tengah ramai dengan para pelayan yang berlalu-lalang."Ada apa ini?" tanya Evelina yang tampak lelah."Selamat datang kembali Grand Dhucess, lusa adalah hari ulang tahun Grand Duke. Apa anda lupa?"Evelina sontak tertegun."Ahh! Aku lupa. Kalau begitu simpan berkas ini di kantor pribadiku dan panggilkan ajudan Grand Duke kemari.""Baik Grand Dhucess."Saat pelayan tengah meletakkan berkas yang diserahkan oleh Evelina tadi. Evelina melihat sebuah kotak gaun di atas meja di ruang tamu. Niat hati Evelina ingin menanyakan gaun siapa itu, tapi saat melihat tulisan nama di atas kotak gaun itu, Evelina langsung mengernyitkan keningnya."Jadi ini milik Isbel, kenapa ini di letakkan disini?"Evelina ingin meminta salah satu pelayan agar mengantarkannya pada Isbel, tapi melihat bet

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   13. Gundik

    pesta ulang tahun William... Dibawah megahnya lampu pesta, para bangsawan yang mengenakan gaun juga baju yang mewah tengah bersuka ria sambil mendentingkan gelas satu sama lain. Diantara banyaknya wajah ceria itu, Evelina yang saat ini dikerumuni para bangsawan lain terlihat sangat muram. "Ada apa Grand Dhucess, kenapa anda terlihat sangat sedih?" tanya salah satu wanita bangsawan. "Akan ada berita yang cukup mengguncangku sampai membuatku tidak mampu tertawa," sahut Evelina dengan akting sedih yang sempurna. "Berita apa itu? Lalu dimana Grand Duke? Seharusnya di hari ulang tahunnya dia memasuki ruangan pesta bersama anda kan," sahut wanita bangsawan lainnya. "Dia akan masuk dengan orang lain," jawab Evelina masih dengan raut sedihnya. Tak lama kemudian prajurit penjaga pintu utama mengumumkan kedatangan Grand Duke Utara, William Northern. Yang mengejutkan para bangsawan bukanlah William yang datang lebih terlambat dari Evelina, tapi nama yang diumumkan oleh prajurit yang m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   14.Cafe

    Beberapa hari telah berlalu sejak ulang tahun William dan pengumuman soal Isbel yang menjadi selir. Sejak hari itu juga, Evelina jadi jarang pulang ke mansion dan banyak menghabiskan waktunya di toko. "Grand Dhucess, tidakkah anda ingin pulang beristirahat?" tanya Isaak selaku Manager toko. "Bahkan jika aku pulang, tidak ada tempat bagiku untuk istirahat disana Isaak," sahut Evelina. Dilain sisi, William yang kini sudah meresmikan hubungannya dengan Isbel, tidak lagi malu-malu saat mengajak Isbel berkencan. Tentu saja tidak semuanya berjalan lancar. Bertepatan dengan itu, William juga sering disibukkan oleh panggilan Raja Romagna karna masalah Selir tetapi berkedok pekerjaan penting. "Maafkan aku Isbel, aku harus pergi menemui Yang Mulia lagi," ujar William. "Ya, tidak masalah William. Berhati-hatilah dalam perjalanan." Setelah memeluk dan mencium Isbel dengan penuh kasih sayang, William kemudian naik ke kereta kudanya dan berangkat menuju Istana. Karna William tidak ada,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   32.

    Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   31. Kerja sama

    Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   30. Evelina Russel

    Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   29. Flashback

    Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   28.

    Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   27.

    Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   26.

    Malam harinya saat william akan beristirahat di kamarnya, ia mendapat tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di balkonnya. "Siapa?!" ujar William yang dengan sigap memegang pedang di tangannya. "Aku Agam, orang yang menculik Grand Dhucess," ujar Agam yang tak tanggung-tanggung langsung memperkenalkan namanya. "Menculik siapa?!" tanya William dengan raut tercengang. "Ceraikan Grand Dhucess dan nikahi simpananmu itu Si*lan. Kalau kau membuat wanita baik-baik seperti Grand Dhucess tersiksa. Aku bersumpah akan membunuhmu lebih dulu baru Gundikmu yang penipu itu," ujar Agam yang membuat William sukses terkejut untuk yang ke dua kalinya. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Agam berbalik pergi dan hendak melompat lewat balkon. Tepat sebelum Agam melompat ke bawah balkon, William sudah lebih dulu menodongkan pedangnya ke arah leher Agam guna menghentikannya. "Katakan padaku lebih banyak soal yang kau katakan tadi," ujar William. "Kenapa aku harus," sahut Agam dengan w

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   25. Liliana

    Beberapa hari telah berlalu sejak hilangnya Evelina di tokonya. Saat itu di mansion Northern, tidak ada seorang pun yang mengkhawatirkan Evelina kecuali pelayan yang selalu ada di sampingnya yaitu, Liliana. "Grand Duke! Tolong cari Grand Dhucess. Saya yakin tuduhan pelayan Nona Isbel tidak benar. Jika memang Grand Dhucess menculik Nona Isbel, lalu kemana dia pergi!" protes Liliana dengan segenap keberaniannya. "Mana ku tahu kemana Grand Dhucess mu pergi. Bisa saja dia melarikan diri setelah kedoknya ketahuan kan," sahut William dengan penuh kekesalan. "Grand Dhucess tidak mungkin melakukan hal serendah ini! Semua ini pasti hanya kebohongan pelayan itu!!" tunjuk Liliana ke arah Ema pelayan pribadi Isbel. Saat itu, dengan aktingnya yang sempurna Ema bertekuk lutut di depan William dengan bersimbah air mata. Sekali lagi ia menjual cerita sedihnya soal dirinya yang berhasil kabur tetapi tidak dengan Nona yang ia layani yaitu Isbel. "Hiks...hiks hamba pantas mati Grand Duke. Hamba pan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   24. Diculik

    Keesokan harinya Isbel diam-diam keluar dari mansion setelah William pergi ke istana. Tujuan Isbel saat itu adalah, Guild pembunuh bayaran yang letaknya jauh dari pusat kota dan ada diantara gang-gang yang dihuni oleh para rakyat jelata yang terbuang. "Nona, bukankah ini berbahaya?" ujar Ema sambil memegang erat jubah yang dikenakan Isbel untuk menutupi dirinya. "Tenang saja. Aku dengar para Assassin disini melindungi klien mereka yang datang untuk bertransaksi dengan mereka," sahut Isbel. Saat itu seorang pengemis jalanan bangkit dari duduknya dan memegang jubah Isbel."Berikan uangmu Nona kaya, dilihat dari jubah mewah yang kau kenakan, kau pasti seorang bangsawan." "Ukh! Dia bau sekali," ujar Isbel sambil mengipas hidungnya. Marah karna Isbel mengatainya bau, pengemis itu langsung menarik kuat jubah Isbel sampai Isbel tertarik dan jatuh terduduk. Saat itulah pengemis tersebut mencekik Isbel. "Matilah kau!!! Perempuan kaya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status