Setelah Evelina kembali dari pesta, ia mendapati pelayan pribadinya yang bernama Liliana tengah menunggunya di depan pintu mansion. Melihat raut wajah Liliana yang tampak gelisah, Evelina yang baru saja turun dari kereta kuda langsung menghampirinya.
"Ada apa Liliana?" tanya Evelina. "Grand Ducess, saya melihat Grand Duke dan Lady Isbel berpelukan selepas anda pergi tadi," ujar Liliana seraya menunduk dalam. "Aneh, harusnya kejadian terungkapnya perselingkuhan antara Isbel dan William terjadi dua tahun lagi, dan hal itu pertama kali diketahui olehku. Tapi kenapa ini terjadi sekarang? Bukankah ini terlalu cepat?!" batin Evelina. "Saya bersumpah demi nyawa saya Grand Dhucess, saya tidak berbohong," ujar Liliana dengan air mata yang mulai menggenang. Melihat Liliana yang mulai menangis, dengan lembut Evelina mengelus kepala Liliana untuk menenangkannya. "Tenanglah Liliana, aku terdiam karna memikirkan sesuatu, bukan karna aku tidak percaya padamu.'Di ruang tamu dengan interior yang mewah, Evelina mengajak ayahnya untuk duduk dan menikmati teh bersama. Dalam percakapan mereka, Evelina tidak ingin membahas hal berat seperti soal surat yang tidak sampai, atau keluhan yang selama ini ia pendam. Yang dibahas Evelina hanyalah cerita-cerita kecil seperti bagaimana ia merindukan Romagna dan ibunya, atau memikirkan betapa ia ingin pergi ke Romagna sesekali. "Lalu kenapa kau tidak datang saja ke Romagna Nak?" tanya sang Raja. "Ayah, sebagai Grand Dhucess, aku di sini memiliki pekerjaan yang cukup banyak. Apa lagi sekarang aku sudah membuka usaha tokoku sendiri." "Kau berbisnis lagi?! Ayah ingat bagaimana di masa lajang mu, kau sangat suka mengunjungi Madam Aina untuk membahas bisnis permata. Ayah tidak menyangka kau akan mengembangkan bakatmu di Utara." Mengingat soal Madam Aina yang selalu membantunya mempelajari dunia bisnis Kerajaan, Evelina langsung menggenggam erat kedua tangan ayahnya dan b
setelah mendorong William yang akan menyentuhnya, Evelina yang sedari tadi tercengang membuat William ketakutan. Dengan tangan yang penuh keraguan, William kembali bangkit dan mencoba memegang Evelina. Tepat sebelum tangan William menyentuhnya, Evelina langsung memejamkan matanya seolah ia tidak ingin disentuh. Dan hal itu membuat William spontan menarik tangannya. "Ehem...maafkan aku Evelina, aku rasa kau sangat terkejut. Walau bagaimanapun selama ini aku tidak pernah menyentuhmu," ujar William. Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh William, Evelina akhirnya tersadar bahwa dirinya baru saja mendorong suaminya menjauh. "Maafkan aku William. Sepertinya karna terlalu lelah bekerja sepanjang hari, tubuhku tanpa sadar merespon penolakan," sahut Evelina dengan kepala tertunduk. "Ya, tidak masalah. Tidurlah! Aku akan ke ruang kerjaku sekarang." Setelah William pergi dari kamar, Evelina menatap tangannya yang gemetar. Bayangan
Setelah menjalin kerja sama dengan Kaisar Barat dan Madam Aina. Selama beberapa hari Evelina tidak kembali ke mansion dan sibuk di tokonya. Dan ketika Evelina pulang, ia mendapati Mansion tengah ramai dengan para pelayan yang berlalu-lalang."Ada apa ini?" tanya Evelina yang tampak lelah."Selamat datang kembali Grand Dhucess, lusa adalah hari ulang tahun Grand Duke. Apa anda lupa?"Evelina sontak tertegun."Ahh! Aku lupa. Kalau begitu simpan berkas ini di kantor pribadiku dan panggilkan ajudan Grand Duke kemari.""Baik Grand Dhucess."Saat pelayan tengah meletakkan berkas yang diserahkan oleh Evelina tadi. Evelina melihat sebuah kotak gaun di atas meja di ruang tamu. Niat hati Evelina ingin menanyakan gaun siapa itu, tapi saat melihat tulisan nama di atas kotak gaun itu, Evelina langsung mengernyitkan keningnya."Jadi ini milik Isbel, kenapa ini di letakkan disini?"Evelina ingin meminta salah satu pelayan agar mengantarkannya pada Isbel, tapi melihat bet
pesta ulang tahun William... Dibawah megahnya lampu pesta, para bangsawan yang mengenakan gaun juga baju yang mewah tengah bersuka ria sambil mendentingkan gelas satu sama lain. Diantara banyaknya wajah ceria itu, Evelina yang saat ini dikerumuni para bangsawan lain terlihat sangat muram. "Ada apa Grand Dhucess, kenapa anda terlihat sangat sedih?" tanya salah satu wanita bangsawan. "Akan ada berita yang cukup mengguncangku sampai membuatku tidak mampu tertawa," sahut Evelina dengan akting sedih yang sempurna. "Berita apa itu? Lalu dimana Grand Duke? Seharusnya di hari ulang tahunnya dia memasuki ruangan pesta bersama anda kan," sahut wanita bangsawan lainnya. "Dia akan masuk dengan orang lain," jawab Evelina masih dengan raut sedihnya. Tak lama kemudian prajurit penjaga pintu utama mengumumkan kedatangan Grand Duke Utara, William Northern. Yang mengejutkan para bangsawan bukanlah William yang datang lebih terlambat dari Evelina, tapi nama yang diumumkan oleh prajurit yang m
Beberapa hari telah berlalu sejak ulang tahun William dan pengumuman soal Isbel yang menjadi selir. Sejak hari itu juga, Evelina jadi jarang pulang ke mansion dan banyak menghabiskan waktunya di toko. "Grand Dhucess, tidakkah anda ingin pulang beristirahat?" tanya Isaak selaku Manager toko. "Bahkan jika aku pulang, tidak ada tempat bagiku untuk istirahat disana Isaak," sahut Evelina. Dilain sisi, William yang kini sudah meresmikan hubungannya dengan Isbel, tidak lagi malu-malu saat mengajak Isbel berkencan. Tentu saja tidak semuanya berjalan lancar. Bertepatan dengan itu, William juga sering disibukkan oleh panggilan Raja Romagna karna masalah Selir tetapi berkedok pekerjaan penting. "Maafkan aku Isbel, aku harus pergi menemui Yang Mulia lagi," ujar William. "Ya, tidak masalah William. Berhati-hatilah dalam perjalanan." Setelah memeluk dan mencium Isbel dengan penuh kasih sayang, William kemudian naik ke kereta kudanya dan berangkat menuju Istana. Karna William tidak ada,
Baru saja tiba di Mansions setelah mengalami hari-hari yang melelahkan, siang itu Evelina harus menghadapi suaminya yang tampak Marah tanpa alasan yang jelas. Daripada menjawab William, Evelina dengan tenangnya duduk seraya melirik ke arah Isbel sambil bertanya."Isbel, apa yang terjadi pada wajahmu?" "Apa maksudmu hiks...hiks, kau lah yang melakukan ini padaku Evelina. Kau marah aku yang seorang Selir ini mengunjungi Cafe milikmu lalu menamparku agar tidak datang lagi," sahut Isbel dengan raut penuh kesedihan. "Ohhh begitukah, kenapa aku harus menamparmu untuk alasan kecil seperti itu, apa ada alasan yang lain?" tanya Evelina balik. "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Evelina," sahut william yang tampak geram. Bukannya marah William menatapnya dengan tajam, Evelina malah menghela nafas pelan."William, kau adalah Suamiku. Sudah tiga tahun aku bersamamu. Pernahkah kau melihatku menampar orang tanpa alasan?" Saat itu juga W
Sesampainya Isbel di mansion setelah dipermalukan oleh Lyrius, ia langsung memasuki kamarnya dan langsung memporak-porandakan dalam kamarnya sambil berteriak kesal. "Arghhhhh! Dasar Evelina sialan!!!" Prangg! Mendengar suara kaca yang pecah, dengan cepat Ema memasuki kamar Isbel. Dan baru saja Ema membuka pintu, sebuah vas bunga melayang ke arahnya. "Kyaaa!" pekik Ema sembari menutup kedua telinganya. "Apa yang kau lakukan memasuki kamarku tanpa izin," ujar Isbel dengan nada yang sangat dingin. "M-Maafkan saya Nona Isbel, saya hanya merasa khawatir pada anda karna tadi terdengar suara kaca yang pecah." Saat itu dengan ragu-ragu Ema mengangkat sedikit kepalanya dan menemukan Isbel tengah terluka. Kakinya berdarah dan tangannya juga berdarah karna menggenggam erat pecahan cermin. Melihat hal itu Ema sangat terkejut dan berlari ke arah Isbel. "Ya ampun Nona! Apa yang anda lakukan?! Kenapa anda sampai melukai diri anda," ujar Ema cemas. "Aku sangat membencinya Ema. Aku sa
Sejak pertengkaran mereka terakhir kali. William dan Isbel tidak pernah saling menyapa lagi. Hal itu membuat Evelina merasa sangat senang sampai-sampai ia tidak pergi ke toko dan banyak menghabiskan waktu sehari-harinya di mansion. "Grand Dhucess, rasanya sudah lama saya tidak melihat anda diam di mansion," ujar Liliana. "Umm...karna sangat menyenangkan melihat sesuatu tengah terjadi di sini," sahut Evelina seraya menikmati sepiring pancake sambil melihat pemandangan taman dari balkon. Setelah Evelina menghabiskan pancakenya, ia memutuskan untuk pergi jalan-jalan di taman dengan ditemani oleh pelayan pribadinya, Liliana. "Bunga-bunga di taman ini dirawat dengan baik. Nanti berikan lima keping emas kepada tukang kebun sebagai bonus, dan ambil itu dari uang pribadiku," ujar Evelina. "Baik Grand Dhucess," sahut Liliana. Saat tengah menikmati bunga-bunga di taman, Evelina tidak sengaja berpapasan dengan Isbel yang kebetulan sedang berjalan-jalan juga bersama pelayan pribadinya. Mes
Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan
Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais
Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber
Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per
Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da
Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang
Malam harinya saat william akan beristirahat di kamarnya, ia mendapat tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di balkonnya. "Siapa?!" ujar William yang dengan sigap memegang pedang di tangannya. "Aku Agam, orang yang menculik Grand Dhucess," ujar Agam yang tak tanggung-tanggung langsung memperkenalkan namanya. "Menculik siapa?!" tanya William dengan raut tercengang. "Ceraikan Grand Dhucess dan nikahi simpananmu itu Si*lan. Kalau kau membuat wanita baik-baik seperti Grand Dhucess tersiksa. Aku bersumpah akan membunuhmu lebih dulu baru Gundikmu yang penipu itu," ujar Agam yang membuat William sukses terkejut untuk yang ke dua kalinya. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Agam berbalik pergi dan hendak melompat lewat balkon. Tepat sebelum Agam melompat ke bawah balkon, William sudah lebih dulu menodongkan pedangnya ke arah leher Agam guna menghentikannya. "Katakan padaku lebih banyak soal yang kau katakan tadi," ujar William. "Kenapa aku harus," sahut Agam dengan w
Beberapa hari telah berlalu sejak hilangnya Evelina di tokonya. Saat itu di mansion Northern, tidak ada seorang pun yang mengkhawatirkan Evelina kecuali pelayan yang selalu ada di sampingnya yaitu, Liliana. "Grand Duke! Tolong cari Grand Dhucess. Saya yakin tuduhan pelayan Nona Isbel tidak benar. Jika memang Grand Dhucess menculik Nona Isbel, lalu kemana dia pergi!" protes Liliana dengan segenap keberaniannya. "Mana ku tahu kemana Grand Dhucess mu pergi. Bisa saja dia melarikan diri setelah kedoknya ketahuan kan," sahut William dengan penuh kekesalan. "Grand Dhucess tidak mungkin melakukan hal serendah ini! Semua ini pasti hanya kebohongan pelayan itu!!" tunjuk Liliana ke arah Ema pelayan pribadi Isbel. Saat itu, dengan aktingnya yang sempurna Ema bertekuk lutut di depan William dengan bersimbah air mata. Sekali lagi ia menjual cerita sedihnya soal dirinya yang berhasil kabur tetapi tidak dengan Nona yang ia layani yaitu Isbel. "Hiks...hiks hamba pantas mati Grand Duke. Hamba pan
Keesokan harinya Isbel diam-diam keluar dari mansion setelah William pergi ke istana. Tujuan Isbel saat itu adalah, Guild pembunuh bayaran yang letaknya jauh dari pusat kota dan ada diantara gang-gang yang dihuni oleh para rakyat jelata yang terbuang. "Nona, bukankah ini berbahaya?" ujar Ema sambil memegang erat jubah yang dikenakan Isbel untuk menutupi dirinya. "Tenang saja. Aku dengar para Assassin disini melindungi klien mereka yang datang untuk bertransaksi dengan mereka," sahut Isbel. Saat itu seorang pengemis jalanan bangkit dari duduknya dan memegang jubah Isbel."Berikan uangmu Nona kaya, dilihat dari jubah mewah yang kau kenakan, kau pasti seorang bangsawan." "Ukh! Dia bau sekali," ujar Isbel sambil mengipas hidungnya. Marah karna Isbel mengatainya bau, pengemis itu langsung menarik kuat jubah Isbel sampai Isbel tertarik dan jatuh terduduk. Saat itulah pengemis tersebut mencekik Isbel. "Matilah kau!!! Perempuan kaya