Share

cemburu?

Author: Wrold tree
last update Huling Na-update: 2025-01-30 16:20:59

Keesokan paginya William melupakan apa yang ia bicarakan dengan Putri Evelina kemarin. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap berangkat menuju rumah seorang Count yang menawarkannya untuk membeli hak atas pelabuhan Aswam.

"Aku akan pergi sekarang," Ujar William.

"Ya," Sahut Evelina dengan santai.

Melihat Evelina yang bahkan tidak melihat ke arahnya, William mendecak kesal. Setelah itu William berangkat bersama ajudannya ke kediaman Count Estel. Setibanya William di sana, Count Estel langsung keluar untuk menyambutnya. Yang berbeda hari itu adalah, ekspresi Count Estel yang tampak tidak enak.

"Ada apa denganmu Count, apa ada masalah?" Tanya William.

"Anu, begini Grand Duke. Kemarin ada seorang penguasa baru menawarkan bayaran tinggi untuk pelabuhan Aswam. Jadi kami.."

"Jadi kalian menjualnya padanya?" Potong William.

"Maafkan kami Grand Duke, anda tahu benar situasi saya sekarang sangat darurat dan membutuhkan uang secepat mungkin. Jadi, mau tidak mau saya menjualnya," Jelas Count dengan berkeringat dingin.

"Berapa yang orang itu tawarkan?"William mulai menyalakan cerutu untuk menahan rasa kesalnya.

"500 juta gold Grand Duke,"Jawab Count.

"Ha!! Dasar penguasa baru yang gila. Baiklah, karna aku tidak ada urusan lagi disini, kita langsun ke Istana, Morgan."

"Baik Grand Duke,"Sahut ajudan William yang bernama Morgan.

Setelah itu William naik kembali ke keretanya. Meski ia terlihat sangat tenang, aslinya ia sangat kesal karna Pelabuhan Aswan adalah pelabuhan yang sangat ia idamkan. Siapa sangka pelabuhan itu terlewat tepat di depan matanya.

"Grand Duke, ku dengar bisnis Nyonya melaju pesat akhir-akhir ini," Ujar Morgan.

"Ya lalu?"

"Bukankah itu kemajuan yang luar biasa. Pasti reputasi anda di dunia sosialita akan meningkat karna memiliki istri yang cakap,"Sanjung Morgan lagi.

"Um, baguslah jika dia tidak hanya menjadi boneka kayu,"Sahut William yang tampak tidak perduli.

Sesampainya William di Istana, ia disambut hangat oleh seorang wanita dengan rambut hitam gelap, pupil mata berwarna merah, serta memiliki wajah yang tampak imut.

"Yang mulia! Anda sudah datang!" Seru Wanita itu sembari melambai ke arah William.

"Isbel, bagaimana kabarmu hari ini?" Tanya William Sembari tersenyum hangat.

"Aku sangat merindukan anda Yang Mulia,"Wanita bernama Isbel itu mulai memeluk William.

"Isbel, bagaiman menurutmu jika kau datang ke utara sebagai rekan bisnis ku? Jika kau datang sebagai rekan bisnis dan menginap di mansionku. Kurasa Evelina yang bodoh itu tidak akan curiga sama sekali," Bujuk William.

"Tentu saja! Aku tidak keberatan Yang Mulia, selama aku bisa tetap bersama anda, tidak masalah bagiku jika harus bersaing langsung dengan Istri sah anda."

Mendengar jawaban manja dari selingkuhannya itu, William pun tersenyum senang.

Dalam batinnya ia mengatakan. "Lagi pula Evelina akan sibuk dengan kegagalan bisnisnya. Hanya karna mulai sedikit berhasil, Saat itu dia memilih perhiasan yang bahkan belum dilihat di pasar bangsawan. Dia juga memilih itu tanpa merundingkannya denganku terlebih dahulu. karna hal bodoh yang ia lakukan itu, Evelina pasti akan sibuk meratapi kerugiannya dan mengabaikan keberadaan Isbelku."

Sayangnya tak seperti dugaan

William, seminggu setelah kalung safir yang Evelina pilih diluncurkan, seketika itu juga kalung tersebut menjadi trend para Lady bangsawan. Mengetahui usaha Evelina ternyata membuahkan hasil, William ingin sekali mengucapkan selamat pada Evelina. Namun, mengingat harga dirinya yang sangat tinggi, William mengurungkan niatnya itu.

"Terserahlah! ini tidak seperti aku harus selalu menyanjungnya di setiap usahanya berhasil," Ujar William meyakinkan dirinya sendiri.

Keesokan harinya William melihat seorang pria muda yang belum pernah ia lihat di Utara, sedang berdiri dan berbincang dengan Evelina dengan begitu akrab. Merasa kesal di hatinya melihat Evelina tertawa riang dengan pria lain, William pun langsung menghampiri Evelina dan pria itu.

"Evelina! Siapa dia?" Tanya William.

"Perkenalkan Yang Mulia, ini adalah suamiku, Grand Duke William Northern."

"Senang bertemu denganmu Grand Duke. Aku Lyrius Xilion, Kaisar dari Kekaisaran barat. Aku datang kemari karna salah satu cabang yang ku operasikan di utara memberikan pesan tentang toko yang pelanggannya naik secara siginifikan."

"Ohh! Maafkan kelancangan saya Yang Mulia, saya belum pernah melihat anda terjun langsung ke lapangan. Jadi saya tidak tahu wajah anda. Sekali lagi mohon maafkan kelancangan saya," Ujar William.

"Tidak masalah," Sahut Kaisar Lyrius.

Meskipun William sudah mengetahui pria yang sedang bersama istrinya itu adalah seorang Kaisar yang datang untuk membicarakan pekerjaan. Tapi hatinya tidak kunjung tenang. dengan dalih mengawasi bisnis istrinya yang baru memulai karir, William pun menipu dirinya sendiri dengan mengatakan pada hatinya bahwa apa yang tengah ia lakukan saat ini semata-mata demi kesejahteraan wilayah Utara.

"Sampai kapan kau akan mengikuti kami William?" Tanya Evelina dengan dinginnya.

"Kenapa? Apa kau ingin berdu..."

Belum sempat William menyelesaikan perkataannya, ia sontak terdiam ketika Evelina meliriknya dengan tajam. Kesal karna Evelina seperti bersikap dingin kepada dirinya, William pun berbalik pergi dengan alasan ia ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Apakah tidak apa-apa jika meninggalkan suamimu seperti itu Grand Duchess?" Tanya Kaisar Lyrius.

"Tidak masalah Yang Mulia, suamiku adalah tipe orang yang cepat melupakan segalanya. termasuk diriku."

Seolah kata Evelina memiliki makna tertentu, Kaisar Lyrius menatap sendu ke arah Evelina. Ingin rasanya Kaisar Lyrius menghibur Evelina, tetapi tidak pantas baginya untuk melakukan hal itu mengingat Evelina adalah seorang wanita bangsawan yang bersuami.

"Kurasa hanya sampai hari ini saja peninjauan pasarnya Yang Mulia, semoga perjalanan anda selamat sampai ke penginapan," Dengan Elegan Evelina membungkuk memberi salam.

"Terimakasih Grand Duchess. Menyenangkan bekerja sama denganmu, semoga kedepannya kau bekerja dengan lebih baik lagi dan usahamu semakin maju."

Setelah berpamitan dengan Kaisar Lyrius, Evelina berniat kembali ke mansion. sesampainya ia di sana, William sudah menunggunya dengan tatapan yang sangat dingin. Karna Evelina sudah biasa melihat cara suaminya menatap dirinya, Evelina pun hanya menghela nafas pelan kemudian berjalan santai ke arah suaminya itu.

"Apa kau sudah selesai berbicaranya ?" tanya William.

"Ya,"Jawab Evelina setenang mungkin.

"Apa perlu kau sendiri yang berbicara dengannya? Kau tinggal mengirim seorang bawahan untuk melakukan itu kan! Apa yang susah dari itu."

"Pertama! dia adalah Kaisar. Jika kita mengirim seorang bawahan untuk memandunya, utara kita akan di cap memiliki etiket yang jelek. Kedua, aku sedang ada dalam bisnis, dan sebagai pemilik utama bisnis, tentu aku harus menemui langsung klien besar yang bekerja sama denganku."

Seketika Grand Duke terdiam. Sebelumnya Evelina tidak pernah menjawabnya. Evelina selalu diam dan patuh setiap kali ia melontarkan kata-kata, baik itu pujian atau hinaan sekalipun.

"Evelina, kau berubah," Ujar William.

"Ya. Mungkin karna aku sudah terlalu lelah untuk terus bersikap sama, William."

Setelah itu Evelina berlalu pergi meninggalkan William yang tercengang. Saat William sadar Evelina baru saja pergi, dengan cepat William berbalik namun ia tidak lagi melihat sosok Evelina.

"hahh~ karna terlalu emosi, aku sampai lupa memberitahunya kalau besok aku ingin membawa Isbel kemari. Terserahlah, lagipula kenapa aku harus memperdulikan pendapatnya, " Ujar William.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   kecurigaan Lyrius

    Di siang hari saat Evelina akan berangkat menuju toko perhiasan karna ada urusan mendadak, ia melihat suaminya menggandeng tangan seorang wanita berambut hitam dan bermata merah. Seketika raut wajah Evelina yang tadinya panik berubah menjadi raut tercengang. "Kenapa wanita itu ada disini?" Batin Evelina.Melihat wajah tercengang Evelina, sudut bibir William sedikit terangkat. Ekspresi seperti itulah yang selama ini William harapkan muncul di wajah Evelina setelah berhari-hari ia hanya melihat ekspresi datarnya."Siapa dia?" Tanya Evlina."Isbel, dia adalah rekan kerjaku. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita di sini.""Kenapa kau membawanya kemari? Dia bisa tinggal di penginapan atau semacamnya. Utara kita ini penuh dengan penginapan bintang lima.""Ya, kau benar soal itu Evelina. Tapi Isbel tidak terbiasa hidup sendiri, dia butuh seseorang bersamanya.""Apakah itu artinya orangnya harus kamu William?"Seketika William tertegun mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Eve

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   6. kesepakatan

    Saat William mendecak kesal, Evelina tidak sengaja mendengarnya. Dengan kesal Evelina pun menghampiri suaminya itu dan berkata."Apa maksud dari decakan mu itu William?" Dengan acuh tak acuh William menjawab. "Tidak ada." Setelah itu William berbalik pergi mengabaikan tatapan tajam Evelina yang melihat ke arahnya. Melihat sikap William yang mulai berubah tidak seperti biasanya, Evelina menghela nafas pelan. "Huhh~ aku harap semuanya berjalan dengan lancar." Keesokan paginya, William berangkat ke Istana bersama Isbel dengan alasan pekerjaan. Padahal sebenarnya, di Istana saat ini tidak ada yang perlu diurus oleh seorang Grand Duke. "Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." "Kemana?" "Ke Istana." "Bukankah hari ini Istana tidak ada pertemuan atau semacamnya." Saat itu William terkejut karna Evelina tahu soal jadwalnya. Dan dengan penuh kecurigaan memenuhi hatinya, ia pun bertanya kepada Evelina seperti bertanya kepada seorang kriminal. "Bagaimana kau tahu soal jadwalku di Istan

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   7.pesta Baron

    Malam harinya setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Isbel, William menghampiri Evelina di ruang kerjanya. Melihat Evelina yang masih bekerja sampai larut malam, William tergerak hatinya menawarkan sebuah bantuan untuk Evelina. "Apakah pekerjaanmu masih banyak?" Tanya William yang datang menghampiri. "Tidak, ini hampir selesai." "Apa kau butuh sesuatu?" Dengan tatapan bingung Evelina menjawab."Tidak perlu, aku akan membereskan sisanya segera. Kau tunggu saja aku di kamar, William." Melihat betapa mandirinya Evelina, ada perasaan tertusuk di hati William. Tapi ia mengabaikan hal itu. "Evelina, ada yang ingin aku bicarakan." "Um..silahkan, katakan saja William," Sahut Evelina tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia kerjakan. "Baron Luis akan mengadakan pesta besok malam." "Kapan kita akan pergi?" Tanya Evelina. Dengan ragu-ragu William menjawab."Tapi Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." Seketi

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   8.Cahaya

    Setelah beberapa hari telah berlalu sejak kejadian di pesta Baron Luis. Sejak itu juga, Evelina jadi lebih sering bertemu dengan Lyrius karna urusan pekerjaan. William yang mengetahui itu tak henti-hentinya mengecam Evelina bahkan tak segan-segan berkata kasar. "Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Kaisar dari Barat itu!" teriak William. "Dia rekan bisnisku," jawab Evelina. "Rekan bisnis! Kau selalu bertemu dengannya setiap hari, apa begitu rekan bisnis sesungguhnya!" bantah William. "Lalu bagaimana dengan rekan kerjamu. Aku hanya bertemu dengan Kaisar beberapa kali, sedangkan kau bertemu rekan kerjamu setiap hari. Terlebih lagi, dia tinggal satu atap dengan kita." "Itu hal yang berbeda!" "Katakan padaku apa perbedaannya?" tanya Evelina dengan raut datar. Melihat betapa datarnya tatapan Evelina saat melihat dirinya. William lagi-lagi merasakan denyutan sakit di dadanya. Perasaan kesal karna terus dibantah membuat William akhirnya meledak d

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   9.Surat yang tak sampai

    Setelah Evelina kembali dari pesta, ia mendapati pelayan pribadinya yang bernama Liliana tengah menunggunya di depan pintu mansion. Melihat raut wajah Liliana yang tampak gelisah, Evelina yang baru saja turun dari kereta kuda langsung menghampirinya. "Ada apa Liliana?" tanya Evelina. "Grand Ducess, saya melihat Grand Duke dan Lady Isbel berpelukan selepas anda pergi tadi," ujar Liliana seraya menunduk dalam. "Aneh, harusnya kejadian terungkapnya perselingkuhan antara Isbel dan William terjadi dua tahun lagi, dan hal itu pertama kali diketahui olehku. Tapi kenapa ini terjadi sekarang? Bukankah ini terlalu cepat?!" batin Evelina. "Saya bersumpah demi nyawa saya Grand Dhucess, saya tidak berbohong," ujar Liliana dengan air mata yang mulai menggenang. Melihat Liliana yang mulai menangis, dengan lembut Evelina mengelus kepala Liliana untuk menenangkannya. "Tenanglah Liliana, aku terdiam karna memikirkan sesuatu, bukan karna aku tidak percaya padamu.'

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   10. Scary

    Di ruang tamu dengan interior yang mewah, Evelina mengajak ayahnya untuk duduk dan menikmati teh bersama. Dalam percakapan mereka, Evelina tidak ingin membahas hal berat seperti soal surat yang tidak sampai, atau keluhan yang selama ini ia pendam. Yang dibahas Evelina hanyalah cerita-cerita kecil seperti bagaimana ia merindukan Romagna dan ibunya, atau memikirkan betapa ia ingin pergi ke Romagna sesekali. "Lalu kenapa kau tidak datang saja ke Romagna Nak?" tanya sang Raja. "Ayah, sebagai Grand Dhucess, aku di sini memiliki pekerjaan yang cukup banyak. Apa lagi sekarang aku sudah membuka usaha tokoku sendiri." "Kau berbisnis lagi?! Ayah ingat bagaimana di masa lajang mu, kau sangat suka mengunjungi Madam Aina untuk membahas bisnis permata. Ayah tidak menyangka kau akan mengembangkan bakatmu di Utara." Mengingat soal Madam Aina yang selalu membantunya mempelajari dunia bisnis Kerajaan, Evelina langsung menggenggam erat kedua tangan ayahnya dan b

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   11. Madam Aina

    setelah mendorong William yang akan menyentuhnya, Evelina yang sedari tadi tercengang membuat William ketakutan. Dengan tangan yang penuh keraguan, William kembali bangkit dan mencoba memegang Evelina. Tepat sebelum tangan William menyentuhnya, Evelina langsung memejamkan matanya seolah ia tidak ingin disentuh. Dan hal itu membuat William spontan menarik tangannya. "Ehem...maafkan aku Evelina, aku rasa kau sangat terkejut. Walau bagaimanapun selama ini aku tidak pernah menyentuhmu," ujar William. Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh William, Evelina akhirnya tersadar bahwa dirinya baru saja mendorong suaminya menjauh. "Maafkan aku William. Sepertinya karna terlalu lelah bekerja sepanjang hari, tubuhku tanpa sadar merespon penolakan," sahut Evelina dengan kepala tertunduk. "Ya, tidak masalah. Tidurlah! Aku akan ke ruang kerjaku sekarang." Setelah William pergi dari kamar, Evelina menatap tangannya yang gemetar. Bayangan

    Huling Na-update : 2025-02-12
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   12.perselingkuhan terbongkar

    Setelah menjalin kerja sama dengan Kaisar Barat dan Madam Aina. Selama beberapa hari Evelina tidak kembali ke mansion dan sibuk di tokonya. Dan ketika Evelina pulang, ia mendapati Mansion tengah ramai dengan para pelayan yang berlalu-lalang."Ada apa ini?" tanya Evelina yang tampak lelah."Selamat datang kembali Grand Dhucess, lusa adalah hari ulang tahun Grand Duke. Apa anda lupa?"Evelina sontak tertegun."Ahh! Aku lupa. Kalau begitu simpan berkas ini di kantor pribadiku dan panggilkan ajudan Grand Duke kemari.""Baik Grand Dhucess."Saat pelayan tengah meletakkan berkas yang diserahkan oleh Evelina tadi. Evelina melihat sebuah kotak gaun di atas meja di ruang tamu. Niat hati Evelina ingin menanyakan gaun siapa itu, tapi saat melihat tulisan nama di atas kotak gaun itu, Evelina langsung mengernyitkan keningnya."Jadi ini milik Isbel, kenapa ini di letakkan disini?"Evelina ingin meminta salah satu pelayan agar mengantarkannya pada Isbel, tapi melihat bet

    Huling Na-update : 2025-02-13

Pinakabagong kabanata

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   32.

    Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   31. Kerja sama

    Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   30. Evelina Russel

    Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   29. Flashback

    Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   28.

    Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   27.

    Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   26.

    Malam harinya saat william akan beristirahat di kamarnya, ia mendapat tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di balkonnya. "Siapa?!" ujar William yang dengan sigap memegang pedang di tangannya. "Aku Agam, orang yang menculik Grand Dhucess," ujar Agam yang tak tanggung-tanggung langsung memperkenalkan namanya. "Menculik siapa?!" tanya William dengan raut tercengang. "Ceraikan Grand Dhucess dan nikahi simpananmu itu Si*lan. Kalau kau membuat wanita baik-baik seperti Grand Dhucess tersiksa. Aku bersumpah akan membunuhmu lebih dulu baru Gundikmu yang penipu itu," ujar Agam yang membuat William sukses terkejut untuk yang ke dua kalinya. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Agam berbalik pergi dan hendak melompat lewat balkon. Tepat sebelum Agam melompat ke bawah balkon, William sudah lebih dulu menodongkan pedangnya ke arah leher Agam guna menghentikannya. "Katakan padaku lebih banyak soal yang kau katakan tadi," ujar William. "Kenapa aku harus," sahut Agam dengan w

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   25. Liliana

    Beberapa hari telah berlalu sejak hilangnya Evelina di tokonya. Saat itu di mansion Northern, tidak ada seorang pun yang mengkhawatirkan Evelina kecuali pelayan yang selalu ada di sampingnya yaitu, Liliana. "Grand Duke! Tolong cari Grand Dhucess. Saya yakin tuduhan pelayan Nona Isbel tidak benar. Jika memang Grand Dhucess menculik Nona Isbel, lalu kemana dia pergi!" protes Liliana dengan segenap keberaniannya. "Mana ku tahu kemana Grand Dhucess mu pergi. Bisa saja dia melarikan diri setelah kedoknya ketahuan kan," sahut William dengan penuh kekesalan. "Grand Dhucess tidak mungkin melakukan hal serendah ini! Semua ini pasti hanya kebohongan pelayan itu!!" tunjuk Liliana ke arah Ema pelayan pribadi Isbel. Saat itu, dengan aktingnya yang sempurna Ema bertekuk lutut di depan William dengan bersimbah air mata. Sekali lagi ia menjual cerita sedihnya soal dirinya yang berhasil kabur tetapi tidak dengan Nona yang ia layani yaitu Isbel. "Hiks...hiks hamba pantas mati Grand Duke. Hamba pan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   24. Diculik

    Keesokan harinya Isbel diam-diam keluar dari mansion setelah William pergi ke istana. Tujuan Isbel saat itu adalah, Guild pembunuh bayaran yang letaknya jauh dari pusat kota dan ada diantara gang-gang yang dihuni oleh para rakyat jelata yang terbuang. "Nona, bukankah ini berbahaya?" ujar Ema sambil memegang erat jubah yang dikenakan Isbel untuk menutupi dirinya. "Tenang saja. Aku dengar para Assassin disini melindungi klien mereka yang datang untuk bertransaksi dengan mereka," sahut Isbel. Saat itu seorang pengemis jalanan bangkit dari duduknya dan memegang jubah Isbel."Berikan uangmu Nona kaya, dilihat dari jubah mewah yang kau kenakan, kau pasti seorang bangsawan." "Ukh! Dia bau sekali," ujar Isbel sambil mengipas hidungnya. Marah karna Isbel mengatainya bau, pengemis itu langsung menarik kuat jubah Isbel sampai Isbel tertarik dan jatuh terduduk. Saat itulah pengemis tersebut mencekik Isbel. "Matilah kau!!! Perempuan kaya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status