Share

kesempatan ke dua

Penulis: Wrold tree
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-21 07:01:31

Brak!!!.

Dengan kasar Grand Duke melempar tubuh putri Evelina ke atas kasur.

"Akhh!!" pekik Evelina.

"Bukankah kau selama ini menanyakan kenapa aku tidak menyentuhmu?! akan ku jawab sekarang. Jadi dengarkan baik-baik!" ujar Grand Duke dengan wajah kesal.

Putri Evelina yang dilemparkan tadi mulai bangkit sembari menatap sendu ke arah suaminya itu. Melihat tatapan kesal suaminya yang selama ini selalu mengabaikannya, hati putri Evelina terasa tersayat berkali-kali.

"Kau menjijikkan! Aku menikahimu karna kau akan mendatangkan keuntungan untukku dan wilayahku. Caramu mendatangiku dan mengulurkan tangan mu waktu itu sangat memuakkan, kau pasti berpikir kau bisa memiliki segalanya kan!" bentak Grand Duke sembari mendorong kening putri Evelina.

"Jadi anda menikahi saya demi mendapat keuntungan!" seru Evelina sembari menepis tangan Grand Duke..

"Kau wanita yang tidak menarik. ku akui cukup menyenangkan melihatmu mengejarku seperti orang bodoh. Tapi hanya itu daya tarik mu," hina Grand Duke.

Mendengar pengakuan mengejutkan suaminya, putri Evelina tidak bisa lagi menahan tangisnya. Dengan penuh amarah ia mendorong kuat Grand Duke sampai Grand Duke mundur beberapa langkah.

"Aku pasti akan mengadukan hal ini pada Ayahku dan kau tidak akan mendapatkan apapun lagi!!" seru putri Evelina.

Grand Duke yang sangat serakah itu pun sangat tertegun mendengar apa yang akan Putri Evelina lakukan pada usahanya dalam mendapatkan keuntungan. Karna tidak mau semua rencananya berantakan, ia mengambil vas bunga di samping kamar tidur dan...

Prang!!!..

"Akhhh!!" pekik Evelina sembari memegang kepalanya yang di hantam vas bunga.

Begitu putri Evelina berbalik, pandangannya mulai samar dan akhirnya ia terjatuh ke lantai. ketika penglihatannya perlahan memudar, ia melihat wanita berambut hitam tadi datang kembali dan memeluk suaminya di depan dirinya yang sedang sekarat.

dalam batinnya Evelina berkata. "Jika ada kesempatan kedua, aku berjanji tidak akan pernah mencintaimu, William."

Perlahan-lahan nafas putri Evelina mulai tersengal, penglihatan mulai hilang, dan segalanya mulai gelap. Saat itu di benak putri Evelina mulai terlintas kenangan-kenangannya ketika masih menjadi seorang putri yang dimanja di kerajaannya.

"Apakah ini akhir hidupku?" gumam Evelina.

Kemudian tiba-tiba putri Evelina merasa ada yang sedang mengguncang kuat tubuhnya. Dengan berat hati putri Evelina mencoba membuka matanya. Dan ketika ia berhasil melakukannya, Tampaklah suasana kamar yang terang dengan hiasan ranjang yang sangat mewah dan familiar.

"Ini seperti kamarku dan William?!!" gumam Evelina dengan raut tercengang.

"Nyonya, ini sudah pagi. Ini sudah waktunya anda sarapan bersama Grand Duke," ujar seorang pelayan yang rupanya membangunkan Evelina.

"Apakah ini surga?" tanya Evelina.

"Apa maksud anda Grand Dhucess, sekarang bangunlah cepat! Atau Grand Duke akan marah," ujar pelayan itu sekali lagi.

"Liliana, bukankah kau seharusnya sudah tiada? Jadi apakah sekarang aku sudah mati?" tanya Evelina sekali lagi.

Melihat nyonyanya terus saja bertingkah aneh, pelayan yang bernama Liliana itu pun meletakkan handuk yang sudah di rendam air dingin ke pipi putri Evelina. Merasakan hawa dingin di pipinya, Putri Evelina seketika terperanjat.

"Ahh dingin!" teriaknya.

"Sekarang anda sudah sadar dari mimpi anda kan Grand Dhucess. mari, anda harus segera bersiap untuk sarapan pagi."

Menyadari dirinya bisa merasakan perasaan dingin yang normalnya dirasakan orang yang masih hidup, putri Evelina langsung tahu bahwa dirinya hidup kembali.

"Apakah surga benar-benar mendengarku dan memberiku kesempatan kedua?" gumamnya.

Karna masih tidak percaya dengan apa yang ia rasakan, putri Evelina pun mengangkat tangannya dan langsung menampar kedua sisi pipinya sendiri.

Plakk!!!.

"Astaga! apa yang anda lakukan Grand Dhucess?!!" Seru Liliana dengan panik.

"Aku...Aku benar-benar masih hidup Liliana!" Evelina termangu karna tidak percaya dirinya masih hidup.

Melihat tingkah aneh nyonyanya itu, pelayan bernama Liliana itu Pun langsung memeluk erat putri Evelina seraya berkata."Grand Dhucess, suatu hari nanti Grand Duke pasti akan menyayangi anda. Jadi, semangat lah!" Hibur Liliana.

"Tahun berapa sekarang Liliana?"

"Ya? ini tahun 450 godina Grand Dhucess."

"450 godina, ini berarti dua tahun sebelum kematianku," batin Evelina.

"Apa anda baik-baik saja Grand Dhucess?" Tanya Liliana.

"Aku baik-baik saja, segera persiapkan aku Liliana."

"Baik Grand Dhucess."

Setelah itu Putri Evelina memakai beberapa waktunya untuk mandi, berhias, dan berdandan secantik dan serapi mungkin. Begitu selesai merias dirinya, putri Evelina pun turun untuk sarapan pagi bersama suaminya. Seperti biasa, kedatangan putri Evelina selalu tidak terlihat oleh Grand Duke, sampai putri Evelina duduk pun Grand Duke tidak pernah menoleh sedikitpun.

"Bagaimana pekerjaan mu hari ini William?" tanya Evelina membuka bicara.

Untuk sesaat Grand Duke tertegun mendengar putri Evelina untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan mereka memanggil namanya langsung.

"Hmm...baik," sahut Grand Duke sembari fokus pada makanan nya.

"Baguslah" ujar putri Evelina lalu ia langsung terdiam.

Di meja makan yang suram dan sepi itu tidak ada percakapan apapun lagi. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu yang saling beradu. Begitu putri Evelina selesai makan, ia langsung berdiri dari duduknya dan hendak berbalik pergi.

"Kau mau kemana Evelina?" tanya Grand Duke.

"Ya?! aku mau kembali ke kamarku untuk mengambil topi," sahut Evelina.

"Tidak kah kau..." tiba-tiba Grand Duke William. terdiam.

Saat Evelina hendak menanyakannya, Grand Duke malah melambaikan tangannya tanda ia membiarkan putri Evelina untuk pergi. Putri Evelina yang melihat hal itu langsung saja pergi dan mengabaikan tatapan heran Grand Duke tadi.

"Grand Dhucess, anda tidak seperti biasanya," ujar Liliana.

"Apa maksudmu Liliana?"

"Biasanya anda tidak akan berdiri dari meja makan sampai Grand Duke yang berdiri duluan. Tapi, hari ini anda berbeda Grand Dhucess," jelas Liliana.

"Yahh, aku hanya berpikir, tidak selamanya aku harus begitu kan!"

Perkataan putri Evelina sontak membuat Liliana tertegun. Seperti perkataannya pada Grand Duke tadi, setelah mengambil topi dan memakainya. Putri Evelina melangkah keluar kamar lagi dan hendak berjalan menuju taman.

"Evelina!" panggil Grand Duke.

"Ya, apa kau butuh sesuatu William?"

Mendengar putri Evelina memanggil namanya untuk yang kedua kalinya, Grand Duke sontak mengernyit kesal.

"Kenapa kau melihatku seperti itu William, wajar bukan bagi *istri* memanggil nama suaminya!" tegas Evelina.

"Ekhem, tidak masalah. kau tidak mengantarku pergi?" tanya Grand Duke.

"Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi nanti William, semoga harimu menyenangkan," ujar Evelina kemudian berlalu pergi dengan santai.

Melihat tingkah putri Evelina yang tidak seperti biasanya. Grand Duke mengernyitkan keningnya dan terus menatap punggung putri Evelina yang terus berjalan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

"Kenapa dadaku terasa sakit?" gumam Grand Duke.

Mengabaikan perasaannya sendiri, Grand Duke pun berangkat menuju istana dengan pikiran nanti ketika ia pulang, putri Evelina akan kembali ke dirinya yang biasanya. Sementara itu di taman, saat ini putri Evelina dengan wajah santai menikmati setiap bunga yang ditanam dengan baik oleh para tukang kebun.

"Grand Dhucess, biasanya anda akan mengantar Grand Duke sampai gerbang depan kemudian berdiri di depan gerbang sampai kereta kuda Grand Duke tidak lagi terlihat," ujar Liliana.

"Bukankah sudah ku katakan Liliana, tidak selamanya aku akan melakukan hal itu. Sudah tiga tahun aku menikah dengan Grand Duke, kurasa sekarang aku sudah tidak perlu melakukan hal itu lagi," sahut putri Evelina.

Melihat tatapan nyonyanya yang tenang-tenang saja, Liliana pun menghembuskan nafas pelan. di lubuk hatinya Liliana merasa sikap nyonyanya yang seperti ini lebih baik daripada dirinya yang memohon-mohon kepada Grand Duke seperti biasa untuk mengemis perhatian Grand Duke.

"benar, anda terlihat lebih bahagia saat anda seperti ini Grand Dhucess," batin Liliana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   aku selalu salah

    Saat Grand Duke berpikir putri Evelina akan segera kembali seperti dirinya semula yang selalu memohon-mohon kasih sayang. Ternyata perkiraan nya salah. Bahkan setelah beberapa hari berlalu, sifat santai Evelina tidak berubah terhadapnya. "Ada apa denganmu Evelina?" tanya Grand Duke. "Apa maksudmu William? Memangnya aku kenapa?" tanya Evelina balik dengan santainya. "Kau..." Grand Duke terdiam. "Ya?" Karna merasa harga dirinya akan tercoreng jika ia menanyai istrinya. Grand Duke William mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, dan langsung tertidur dengan alasan lelah. Melihat suaminya tertidur sembari memunggungi dirinya, dari sudut bibirnya Evelina tersenyum kecut. "Kenapa dulu aku tidak menyadari bahwa pria di sampingku ini tidak mencintaiku," batinnya. Keesokan paginya di waktu sarapan. Evelina meminta sesuatu yang sangat mengejutkan sang Grand Duke. Tepat sebelum Grand Duke berangkat ke istana, Evelina mengatakan bahwa ia ingin mengelola salah satu pertambangan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   cemburu?

    Keesokan paginya William melupakan apa yang ia bicarakan dengan Putri Evelina kemarin. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap berangkat menuju rumah seorang Count yang menawarkannya untuk membeli hak atas pelabuhan Aswam. "Aku akan pergi sekarang," Ujar William. "Ya," Sahut Evelina dengan santai.Melihat Evelina yang bahkan tidak melihat ke arahnya, William mendecak kesal. Setelah itu William berangkat bersama ajudannya ke kediaman Count Estel. Setibanya William di sana, Count Estel langsung keluar untuk menyambutnya. Yang berbeda hari itu adalah, ekspresi Count Estel yang tampak tidak enak. "Ada apa denganmu Count, apa ada masalah?" Tanya William. "Anu, begini Grand Duke. Kemarin ada seorang penguasa baru menawarkan bayaran tinggi untuk pelabuhan Aswam. Jadi kami..""Jadi kalian menjualnya padanya?" Potong William. "Maafkan kami Grand Duke, anda tahu benar situasi saya sekarang sangat darurat dan membutuhkan uang secepat mungkin. Jadi, mau tidak mau saya menjualnya," Jelas Count d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   kecurigaan Lyrius

    Di siang hari saat Evelina akan berangkat menuju toko perhiasan karna ada urusan mendadak, ia melihat suaminya menggandeng tangan seorang wanita berambut hitam dan bermata merah. Seketika raut wajah Evelina yang tadinya panik berubah menjadi raut tercengang. "Kenapa wanita itu ada disini?" Batin Evelina.Melihat wajah tercengang Evelina, sudut bibir William sedikit terangkat. Ekspresi seperti itulah yang selama ini William harapkan muncul di wajah Evelina setelah berhari-hari ia hanya melihat ekspresi datarnya."Siapa dia?" Tanya Evlina."Isbel, dia adalah rekan kerjaku. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita di sini.""Kenapa kau membawanya kemari? Dia bisa tinggal di penginapan atau semacamnya. Utara kita ini penuh dengan penginapan bintang lima.""Ya, kau benar soal itu Evelina. Tapi Isbel tidak terbiasa hidup sendiri, dia butuh seseorang bersamanya.""Apakah itu artinya orangnya harus kamu William?"Seketika William tertegun mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Eve

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   6. kesepakatan

    Saat William mendecak kesal, Evelina tidak sengaja mendengarnya. Dengan kesal Evelina pun menghampiri suaminya itu dan berkata."Apa maksud dari decakan mu itu William?" Dengan acuh tak acuh William menjawab. "Tidak ada." Setelah itu William berbalik pergi mengabaikan tatapan tajam Evelina yang melihat ke arahnya. Melihat sikap William yang mulai berubah tidak seperti biasanya, Evelina menghela nafas pelan. "Huhh~ aku harap semuanya berjalan dengan lancar." Keesokan paginya, William berangkat ke Istana bersama Isbel dengan alasan pekerjaan. Padahal sebenarnya, di Istana saat ini tidak ada yang perlu diurus oleh seorang Grand Duke. "Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." "Kemana?" "Ke Istana." "Bukankah hari ini Istana tidak ada pertemuan atau semacamnya." Saat itu William terkejut karna Evelina tahu soal jadwalnya. Dan dengan penuh kecurigaan memenuhi hatinya, ia pun bertanya kepada Evelina seperti bertanya kepada seorang kriminal. "Bagaimana kau tahu soal jadwalku di Istan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   7.pesta Baron

    Malam harinya setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Isbel, William menghampiri Evelina di ruang kerjanya. Melihat Evelina yang masih bekerja sampai larut malam, William tergerak hatinya menawarkan sebuah bantuan untuk Evelina. "Apakah pekerjaanmu masih banyak?" Tanya William yang datang menghampiri. "Tidak, ini hampir selesai." "Apa kau butuh sesuatu?" Dengan tatapan bingung Evelina menjawab."Tidak perlu, aku akan membereskan sisanya segera. Kau tunggu saja aku di kamar, William." Melihat betapa mandirinya Evelina, ada perasaan tertusuk di hati William. Tapi ia mengabaikan hal itu. "Evelina, ada yang ingin aku bicarakan." "Um..silahkan, katakan saja William," Sahut Evelina tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia kerjakan. "Baron Luis akan mengadakan pesta besok malam." "Kapan kita akan pergi?" Tanya Evelina. Dengan ragu-ragu William menjawab."Tapi Evelina, aku akan pergi bersama Isbel." Seketi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   8.Cahaya

    Setelah beberapa hari telah berlalu sejak kejadian di pesta Baron Luis. Sejak itu juga, Evelina jadi lebih sering bertemu dengan Lyrius karna urusan pekerjaan. William yang mengetahui itu tak henti-hentinya mengecam Evelina bahkan tak segan-segan berkata kasar. "Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Kaisar dari Barat itu!" teriak William. "Dia rekan bisnisku," jawab Evelina. "Rekan bisnis! Kau selalu bertemu dengannya setiap hari, apa begitu rekan bisnis sesungguhnya!" bantah William. "Lalu bagaimana dengan rekan kerjamu. Aku hanya bertemu dengan Kaisar beberapa kali, sedangkan kau bertemu rekan kerjamu setiap hari. Terlebih lagi, dia tinggal satu atap dengan kita." "Itu hal yang berbeda!" "Katakan padaku apa perbedaannya?" tanya Evelina dengan raut datar. Melihat betapa datarnya tatapan Evelina saat melihat dirinya. William lagi-lagi merasakan denyutan sakit di dadanya. Perasaan kesal karna terus dibantah membuat William akhirnya meledak d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   9.Surat yang tak sampai

    Setelah Evelina kembali dari pesta, ia mendapati pelayan pribadinya yang bernama Liliana tengah menunggunya di depan pintu mansion. Melihat raut wajah Liliana yang tampak gelisah, Evelina yang baru saja turun dari kereta kuda langsung menghampirinya. "Ada apa Liliana?" tanya Evelina. "Grand Ducess, saya melihat Grand Duke dan Lady Isbel berpelukan selepas anda pergi tadi," ujar Liliana seraya menunduk dalam. "Aneh, harusnya kejadian terungkapnya perselingkuhan antara Isbel dan William terjadi dua tahun lagi, dan hal itu pertama kali diketahui olehku. Tapi kenapa ini terjadi sekarang? Bukankah ini terlalu cepat?!" batin Evelina. "Saya bersumpah demi nyawa saya Grand Dhucess, saya tidak berbohong," ujar Liliana dengan air mata yang mulai menggenang. Melihat Liliana yang mulai menangis, dengan lembut Evelina mengelus kepala Liliana untuk menenangkannya. "Tenanglah Liliana, aku terdiam karna memikirkan sesuatu, bukan karna aku tidak percaya padamu.'

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   10. Scary

    Di ruang tamu dengan interior yang mewah, Evelina mengajak ayahnya untuk duduk dan menikmati teh bersama. Dalam percakapan mereka, Evelina tidak ingin membahas hal berat seperti soal surat yang tidak sampai, atau keluhan yang selama ini ia pendam. Yang dibahas Evelina hanyalah cerita-cerita kecil seperti bagaimana ia merindukan Romagna dan ibunya, atau memikirkan betapa ia ingin pergi ke Romagna sesekali. "Lalu kenapa kau tidak datang saja ke Romagna Nak?" tanya sang Raja. "Ayah, sebagai Grand Dhucess, aku di sini memiliki pekerjaan yang cukup banyak. Apa lagi sekarang aku sudah membuka usaha tokoku sendiri." "Kau berbisnis lagi?! Ayah ingat bagaimana di masa lajang mu, kau sangat suka mengunjungi Madam Aina untuk membahas bisnis permata. Ayah tidak menyangka kau akan mengembangkan bakatmu di Utara." Mengingat soal Madam Aina yang selalu membantunya mempelajari dunia bisnis Kerajaan, Evelina langsung menggenggam erat kedua tangan ayahnya dan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   32.

    Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   31. Kerja sama

    Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   30. Evelina Russel

    Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   29. Flashback

    Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   28.

    Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   27.

    Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   26.

    Malam harinya saat william akan beristirahat di kamarnya, ia mendapat tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di balkonnya. "Siapa?!" ujar William yang dengan sigap memegang pedang di tangannya. "Aku Agam, orang yang menculik Grand Dhucess," ujar Agam yang tak tanggung-tanggung langsung memperkenalkan namanya. "Menculik siapa?!" tanya William dengan raut tercengang. "Ceraikan Grand Dhucess dan nikahi simpananmu itu Si*lan. Kalau kau membuat wanita baik-baik seperti Grand Dhucess tersiksa. Aku bersumpah akan membunuhmu lebih dulu baru Gundikmu yang penipu itu," ujar Agam yang membuat William sukses terkejut untuk yang ke dua kalinya. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Agam berbalik pergi dan hendak melompat lewat balkon. Tepat sebelum Agam melompat ke bawah balkon, William sudah lebih dulu menodongkan pedangnya ke arah leher Agam guna menghentikannya. "Katakan padaku lebih banyak soal yang kau katakan tadi," ujar William. "Kenapa aku harus," sahut Agam dengan w

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   25. Liliana

    Beberapa hari telah berlalu sejak hilangnya Evelina di tokonya. Saat itu di mansion Northern, tidak ada seorang pun yang mengkhawatirkan Evelina kecuali pelayan yang selalu ada di sampingnya yaitu, Liliana. "Grand Duke! Tolong cari Grand Dhucess. Saya yakin tuduhan pelayan Nona Isbel tidak benar. Jika memang Grand Dhucess menculik Nona Isbel, lalu kemana dia pergi!" protes Liliana dengan segenap keberaniannya. "Mana ku tahu kemana Grand Dhucess mu pergi. Bisa saja dia melarikan diri setelah kedoknya ketahuan kan," sahut William dengan penuh kekesalan. "Grand Dhucess tidak mungkin melakukan hal serendah ini! Semua ini pasti hanya kebohongan pelayan itu!!" tunjuk Liliana ke arah Ema pelayan pribadi Isbel. Saat itu, dengan aktingnya yang sempurna Ema bertekuk lutut di depan William dengan bersimbah air mata. Sekali lagi ia menjual cerita sedihnya soal dirinya yang berhasil kabur tetapi tidak dengan Nona yang ia layani yaitu Isbel. "Hiks...hiks hamba pantas mati Grand Duke. Hamba pan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   24. Diculik

    Keesokan harinya Isbel diam-diam keluar dari mansion setelah William pergi ke istana. Tujuan Isbel saat itu adalah, Guild pembunuh bayaran yang letaknya jauh dari pusat kota dan ada diantara gang-gang yang dihuni oleh para rakyat jelata yang terbuang. "Nona, bukankah ini berbahaya?" ujar Ema sambil memegang erat jubah yang dikenakan Isbel untuk menutupi dirinya. "Tenang saja. Aku dengar para Assassin disini melindungi klien mereka yang datang untuk bertransaksi dengan mereka," sahut Isbel. Saat itu seorang pengemis jalanan bangkit dari duduknya dan memegang jubah Isbel."Berikan uangmu Nona kaya, dilihat dari jubah mewah yang kau kenakan, kau pasti seorang bangsawan." "Ukh! Dia bau sekali," ujar Isbel sambil mengipas hidungnya. Marah karna Isbel mengatainya bau, pengemis itu langsung menarik kuat jubah Isbel sampai Isbel tertarik dan jatuh terduduk. Saat itulah pengemis tersebut mencekik Isbel. "Matilah kau!!! Perempuan kaya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status