Share

42. Ucapan Pak Asmat

"Nan, Naina," teriak Arfaaz sesaat setelah turun dari mobil. Ia mempercepat langkahnya bahkan ia juga berlari kecil.

"Faaz, mama kan sudah bilang jika Naina tidak ada. Dia sedang keluar. Dia terlihat frustasi sekali," kata Bu Tami.

Arfaaz mengusap wajahnya dengan kasar. Ia berkacak pinggang.

"Tetapi ini sudah hampir tengah malam, Ma. Apa pantas seorang istri kelayapan hingga jam segini belum pulang?"

Bu Tami hanya mengangkat bahu.

"Ya ini juga salahmu Faaz. Kamu terlalu berat sebelah,"

"Bukan seperti itu Ma. Seandainya aku punya janji dengan Arindi pun, sementara keadaan Naina sedang gawat pun juga aku akan memprioritaskan dia. Ini bukab tentang berat sebelah Ma. Tetapi melainkan tentang pola pikir," kata Arfaaz menjelaskan. Lalu ia berkali-kali menghubungi nomor handphone Naina. Dan nihil. Handphone tersebut tidak aktif.

Dan Arfaaz melempar handphone tersebut ke arah Sofa

"Sial. Pakai tidak aktif segala," umpatnya.

Kini ia hanya sendirian di ruangan ini. Sang mama sudah masuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status