"Bobok sini. Deket babang," ucap Aksa menirukan bahasa kekinian anak-anak zaman sekarang, saat Hayu masuk ke kamarnya dan terlihat kebingungan hendak melakukan apa. Di kampus, para mahasiswa rata-rata menggunakan bahasa kekinian dalam pergaulan. Aksa sendiri termasuk yang suka mengikuti karena selain usianya masih muda, ternyata itu cukup asyik buat seru-seruan. Tapi jika berhadapan dengan Hayu, orang tua dan rekannya di kantor papa, lelaki itu tetap menggunakan bahasa yang sopan. Hayu menatap suaminya dengan ilfeel. Dua hari ini dia harus menahan diri untuk tak bersikap aneh. Ini di rumah mertua. Sekalipun tidak bisa berakting mesra, paling tidak terlihat akur di depan mereka itu lebih baik. "Geser. Aku ngantuk," ucapnya singkat saat melihat Aksa tak bergerak sejak tadi. Lelaki itu malah tetap duduk di ujung ranjang sementara dia masih berdiri di depannya. Ingin melompati, tapi rasanya tidak sopan."Sini aja pangku sama aku, biar enak." kata Aksa lagi, sengaja menggoda istrinya.
Aksa sejak tadi mengutak-atik laptop di kamar. Sementara Hayu ada di bawah, membantu Rani memanggang kue setelah sarapan. Mama yang satu itu sangat bersemangat saat mendengar puteranya akan datang, walaupun hanya bisa menginap beberapa hari. "Aksa suka banget sama bolu tape. Kalau mama bikin ini, satu loyang bisa habis sekejap sama dia sendiri," kata Rani sambil bercerita. Tangannya sibuk memecah telur dan memasukkan ke dalam mangkok. Sementara Hayu membantu menimbang terigu agar takarannya pas. "Hayu juga suka, Ma. Enak buat cemilan," jawabnya. Ternyata mama mertuanya ini sangat baik. Selama menginap, dia malah dijamu dengan berbagai makanan yang lezat. Di rumah ini ada seorang bibik yang membantu. Namun, untuk urusan memasak, Rani turun tangan langsung. Lalu suara bising mixer terdengar. Tangan Rani lincah mengaduk semua bahan sehingga tercampur menjadi rata. Hayu hanya bisa melihat karena dia tak bisa melakukannya sama sekali. Selama ini, mama Sarah juga jarang membuat kue. Bia
Aksa terpana saat melihat Hayu turun dari tangga dengan mini dress selutut berwarna biru. Istrinya terlihat anggun dengan rambut yang digelung ke atas. Sehingga leher jenjangnya yang mulus sangat menggoda iman.Ini malam minggu dan mereka akan dinner di suatu tempat. Sejak tadi Aksa menunggu di ruang tamu karena Hayu masih berdandan. Sementara itu, Papa Setya dan Mama Rani sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Mereka tidak mau mengganggu kencan pengantin baru ini. "Mau kemana?" tanya Hayu. Tangan Hayu gemetaran sejak tadi, karna itu genggaman di tas semakin kuat. Entah mengapa jantungnya berdebar kencang saat harus turun dan menemui Aksa di bawah. Dia bahkan berkali-kali bercermin untuk memastikan penampilan. Setelah menyelesaikan gambar hingga sore, tiba-tiba saja Aksa meminta untuk bersiap-siap tanpa mengatakan akan pergi kemana. Ini pertama kalinya mereka nge-date setelah menjadi suami istri. "Liat nanti. Kita jalan aja dulu sekarang." Kali ini Aksa sudah berani m
"Boleh?" bisik Aksa penuh harap saat melihat respons istrinya yang membalas.Rasanya ini momen yang tepat, sekalipun dilakukan di kamarnya. Bukan di hotel mewah dalam rangka bulan madu. Hayu menangkup kedua pipi Aksa, menatap dalam mata suaminya. Tanpa mengucap kata Aksa memulainya, pelan tapi pasti.Hayu tersentak dengan sentuhan yang suaminya berikan. Dia memejamkan mata, mencoba menerima saat tangan besar sang suami mulai bekerja. Kewajiban. Kewajiban. Kewajiban.Kata itulah yang bergaung di benak. Sekalipun belum bisa menerima sepenuhnya, Hayu memilih untuk mencoba. Namun tiba-tiba saja ....Tok tok tok!Bunyi pintu digedor dengan keras membuat mereka tersentak. Aksa yang sudah shirtless mengumpat kesal karena misinya malam ini gagal lagi. Hayu segera mengancingkan kembali baju yang sudah terbuka sebagian.Tadi Aksa sempat menikmati bagian itu sebelum ketukan pintu mengacaukan semua. "Aksa! Hayu! Buka!" Terdengar suara teriakan Mama Rani yang memanggil. Suara wanita itu terde
Selama tiga hari eyang dirawat di rumah sakit, Hayu hanya sekali membesuk. Itupun di hari minggu pagi sebelum mereka pulang ke rumah Mama Sarah. Dia kembali beraktivitas seperti biasa.Sementara itu Aksa masih bolak balik mengantar mama Rani untuk mengurus eyang. Dia bahkan hanya pulang ke rumah untuk berganti pakaian kemudian pergi lagi. Malam pertama mereka lagi-lagi tertunda karena kejadian ini. Aksa bahkan sangat sibuk dengan kuliah, bekerja, juga membantu mengurus eyang. Belum lagi job gambar yang harus diselesaikan tepat waktu karena klien sudah menunggu hasilnya. Aksa menjadi abai dengan sang istri. Biasanya dia akan menanyakan kabar Hayu setiap pulang bekerja. Namun kali ini, hanya menyapa lalu melanjutkan gambar yang belum selesai.Entah mengapa Hayu menjadi kesal dengan sikap suaminya. Tapi bukankah memang ini yang dia inginkan? Mereka hidup masing-masing dan tak saling menyinggung.Apakah hati Hayu mulai melunak? Perhatian-perhatian kecil yang Aksa berikan selama ini, ter
Menggebu. Aksa mendorong tubuh istrinya dan melepaskan semua rasa yang ada. Dia tahu mungkin Hayu belum sepenuhnya siap. Namun hasrat lelakinya tak dapat ditunda lagi.Malam ini, Aksa ingin memiliki sang pujaan hati dengan sepenuh jiwa raga. Inilah pembuktian cintanya kepada Hayu. Dengan memberikan kebahagiaan sama seperti yang dia rasakan. Melihat suaminya mulai bergerak, Hayu menutup kedua kelopak matanya dan membiarkan mahkota suci itu diambil oleh orang yang memang berhak. Semua rasa mengalir indah tanpa banyak kata. Aksa mencoba menenangkan istrinya yang ketakutan dengan sentuhan lembut di pipi. Sementara itu, Hayu mendekap erat tubuh suaminya dan memasrahkan diri untuk dimiliki. Tangisan di bibir wanita itu terdengar setelah semuanya berakhir. Membuat Aksa merasa serba salah. Dia merengkuh tubuh mungil Hayu dari belakang dan membisikkan kata-kata indah yang menenangkan. Hayu menutup wajahnya dengan bantal sehingga sedikit meredam suara tangisannya yang belum berhenti sejak s
Ini hari kedua Hayu demam setelah melewati malam dengan suaminya. Besok jika masih belum sembuh, maka dia harus izin masuk kerja.Hayu sudah minum obat tetapi suhu tubuhnya tak menentu. Apalagi kalau malam hari panasnya turun sebentar setelah itu naik lagi. Mungkin dia masih kaget karena sentuhan Aksa malam itu. "Mau makan apa?" tanya Aksa khawatir. Aksa bahkan tidak keluar kamar kecuali saat makan. Sambil menjaga Hayu, dia menyelesaikan render gambar. Job kali ini lumayan, sebuah rumah dua lantai lengkap dengan furniture.Jika dikalikan dengan harga per meternya, hasilnya cukup untuk mengajak Hayu honeymoon. Bali sudah menjadi pilihan Aksa untuk mengahabiskan liburan dengan istrinya. Lelaki itu sudah bertekad, apa pun yang akan dia berikan sebagai nafkah, itu adalah hasil dari usaha sendiri."Mulutku pahit," jawab Hayu. Entah sudah berapa banyak Paracetamol yang masuk ke dalam tubuh Hayu, dan itu masih belum memberikan hasil yang maksimal. Tadi pagi hanya puding yang bisa masuk ke
Hayu masih berbaring di tempat tidur dan tidak masuk kerja hari ini. Saat mengabari izin, pak bos menelepon dan menanyakan kesehatannya. Hayu jadi merasa sedikit bersalah, tak terbuka kepada atasan bahwa diam-diam sudah menikah. Mungkin jika memang resepsi jadi digelar, dia baru akan mengundang semua rekan kerja.Sebenarnya Hayu sudah merasa lebih baikan setelah makan bubur kemarin. Namun, akibat perbuatan Aksa, jadinya dianharus mandi lagi. Itu membuat tubuhnya kembali mengigil. Parahnya, itu terjadi dua kali. Aksa sendiri sedang mandi sambil bernyanyi. Suara cemprengnya terdengar sampai ke kamar. Hatinya diliputi bahagia karena berhasil merayu Hayu yang tak dapat berkutik karena perbuatannya. Dia tahu istrinya sedang sakit tapi keinginan itu sulit ditahan."Kamu tunggu sebentar, ya. Aku mau ketemu klien. Kalau oke mau di-email gambarnya," kata lelaki itu sambil berjalan hanya dengan memakai boxer. Hayu benar-benar jengah melihat tampilan suaminya setiap kali keluar dari kamar man