Menggebu. Aksa mendorong tubuh istrinya dan melepaskan semua rasa yang ada. Dia tahu mungkin Hayu belum sepenuhnya siap. Namun hasrat lelakinya tak dapat ditunda lagi.Malam ini, Aksa ingin memiliki sang pujaan hati dengan sepenuh jiwa raga. Inilah pembuktian cintanya kepada Hayu. Dengan memberikan kebahagiaan sama seperti yang dia rasakan. Melihat suaminya mulai bergerak, Hayu menutup kedua kelopak matanya dan membiarkan mahkota suci itu diambil oleh orang yang memang berhak. Semua rasa mengalir indah tanpa banyak kata. Aksa mencoba menenangkan istrinya yang ketakutan dengan sentuhan lembut di pipi. Sementara itu, Hayu mendekap erat tubuh suaminya dan memasrahkan diri untuk dimiliki. Tangisan di bibir wanita itu terdengar setelah semuanya berakhir. Membuat Aksa merasa serba salah. Dia merengkuh tubuh mungil Hayu dari belakang dan membisikkan kata-kata indah yang menenangkan. Hayu menutup wajahnya dengan bantal sehingga sedikit meredam suara tangisannya yang belum berhenti sejak s
Ini hari kedua Hayu demam setelah melewati malam dengan suaminya. Besok jika masih belum sembuh, maka dia harus izin masuk kerja.Hayu sudah minum obat tetapi suhu tubuhnya tak menentu. Apalagi kalau malam hari panasnya turun sebentar setelah itu naik lagi. Mungkin dia masih kaget karena sentuhan Aksa malam itu. "Mau makan apa?" tanya Aksa khawatir. Aksa bahkan tidak keluar kamar kecuali saat makan. Sambil menjaga Hayu, dia menyelesaikan render gambar. Job kali ini lumayan, sebuah rumah dua lantai lengkap dengan furniture.Jika dikalikan dengan harga per meternya, hasilnya cukup untuk mengajak Hayu honeymoon. Bali sudah menjadi pilihan Aksa untuk mengahabiskan liburan dengan istrinya. Lelaki itu sudah bertekad, apa pun yang akan dia berikan sebagai nafkah, itu adalah hasil dari usaha sendiri."Mulutku pahit," jawab Hayu. Entah sudah berapa banyak Paracetamol yang masuk ke dalam tubuh Hayu, dan itu masih belum memberikan hasil yang maksimal. Tadi pagi hanya puding yang bisa masuk ke
Hayu masih berbaring di tempat tidur dan tidak masuk kerja hari ini. Saat mengabari izin, pak bos menelepon dan menanyakan kesehatannya. Hayu jadi merasa sedikit bersalah, tak terbuka kepada atasan bahwa diam-diam sudah menikah. Mungkin jika memang resepsi jadi digelar, dia baru akan mengundang semua rekan kerja.Sebenarnya Hayu sudah merasa lebih baikan setelah makan bubur kemarin. Namun, akibat perbuatan Aksa, jadinya dianharus mandi lagi. Itu membuat tubuhnya kembali mengigil. Parahnya, itu terjadi dua kali. Aksa sendiri sedang mandi sambil bernyanyi. Suara cemprengnya terdengar sampai ke kamar. Hatinya diliputi bahagia karena berhasil merayu Hayu yang tak dapat berkutik karena perbuatannya. Dia tahu istrinya sedang sakit tapi keinginan itu sulit ditahan."Kamu tunggu sebentar, ya. Aku mau ketemu klien. Kalau oke mau di-email gambarnya," kata lelaki itu sambil berjalan hanya dengan memakai boxer. Hayu benar-benar jengah melihat tampilan suaminya setiap kali keluar dari kamar man
Hayu menatap wajah Aksa setengah tak percaya, saat sang suami menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat yang cukup tebal. Tadi sebelum pulang ke rumah, Aksa mampir ke ATM dan mengambil sebagian hasil gambar untuk diberikan ke istrinya. "Nafkah pertama dari aku. Maaf dari awal nikah, malah banyak make uang kamu." Lelaki itu menatap istrinya dengan lekat. Dia juga menyisihkan sedikit untuk diberikan kepada Mama Rani. "Kamu gak perlu ... begini," kata Hayu. Malu karena sempat meremehkan suaminya dengan status yang masih mahasiswa. Ternyata Aksa cukup bertanggung-jawab dengan memberikan nafkah di awal pernikahan mereka "Aku memang sekarang belum bisa kasih semua. Mungkin kalau kamu nikah sama orang lain, bisa dapat lebih banyak dari ini," kata Aksa pelan, ingin Hayu tahu mengenai perasaannya. Hayu terdiam. Mereka terdiam, tapi saling berpandangan. Tangan mungil itu membuka amplop. Tampaklah segepok lembar merah yang entah berapa jumlahnya. Dia tak mungkin menghitung itu sekarang.
Hayu membuka pintu kamar mandi dengan pelan, takut suaranya membuat Aksa terbangun. Hari ini dia sudah bisa masuk kerja karena kondisi sudah fit, setelah minum obat dan makan yang cukup banyak. Dia melirik ke arah tempat tidur dan melihat suaminya masih terpejam. Ini masih jam enam pagi, tapi karena tidak mau terlambat, Hayu bersiap lebih awal. Setelah mengeringkan rambut dengan handuk dan membiarkannya setengah basah agar bisa dilumuri vitamin, Hayu mulai membuka bathrobe dan mengambil pakaian, lalu memilih blouse apa yang akan dikenakan hari ini. Aksa yang sejak tadi berpura-pura tidur tapi mengintip, menatap istrinya dengan senyum dikulum. Lekuk tubuh indah yang sudah berkali-kali disentuhnya itu tetap saja menggoda. Mata lelaki itu terbelalak saat mendapati istrinya mengambil sebuah bubgkus plastik dan mengeluarkan isinya. Itu, kan pembalut wanita? Jadi Hayu?"Kamu lagi dapet?" Aksa bertanya, yang seketika membuat Hayu menjadi kaget. Wanita itu mengucap istrigfar berkali-kali s
Sudah tiga puluh menit Bayu berada di ruangan Hayu dan bertanya banyak hal, salah satunya mengapa dia tidak masuk kerja kemarin hingga tak menanggapi pesan yang dikirmkan. Wanita itu sengaja menghapus semua, karena bisa berbahaya kalau sampai ketahuan suaminya."Kamu gak bosen disitu terus dari tadi?" tanya Hayu dengan sedikit ketus. Saat makan siang tadi, lelaki itu sengaja duduk didekatnya dan mengajak berbicara."Jawab dulu pertanyaan aku. Baru aku keluar dari sini," kata Bayu dengan tangan terlipat di dada, menatap sang pujaan hati yang sejak tadi mengacuhkannya."Aku yang bosen liat muka kamu," kata Hayu ketus. Mereka tidak punya hubungan apa-apa, kenapa lelaki ini malah bertanya ini dan itu?Bayu tersenyum sinis, tak menanggapi ucapan wanita itu barusan. Namun sorot matanya mematikan. Wanita ini harus menjawab pertanyaannya.Melihat raut wajah Bayu yang cukup mengesalkan jika dipandang, dia meletakkan pulpen dan menutup buku catatan."Oke. Aku lagi sakit. Puas?" jawabnya dengan
"Kamu ngundang teman sebanyak ini?" tanya Hayu saat melihat sekardus undangan yang tadi dibawakan oleh kurir. Dua minggu kedepan resepsi mereka akan diadakan di sebuah ballroom mewah di tengah kota. Saat ini Mama Sarah dan Mam Rani sedang sibuk mempersiapkannya. Mereka berdua hanya diminta menyetor nama tamu yang kan diundang dan menyerahkannya. Aksa mendatangi bagian administrasi kampus dan meminta data nama mahasiswa beserta kelasnya. Sementara Hayu ke bagian HRD untuk meminta data karyawan. "Iya satu angkatan plus semua dosen yang aku kenal," katanya sambil menaikkan alis. "Ini banyak banget. Belum tamu mama papa kita," kata Hayu sambil menggelengkan kepala. Dia sendiri hanya mengundang teman kantor. Teman kuliahnya juga ada beberapa yang dekat, lainnya di luar negeri juga. Paling hanya pemberitahuan lewat grup. "Biar mereka tahu kalau aku sudah laku dan istriku cantik," katanya sambil tersenyum genit. Memang setiap kali di dekat Hayu, bawaannya selalu begitu. Hayu mengambil
Alunan piano dengan suara merdu sang pennyi mengiringi resepsi yang digelar di sebuah ballroom hari ini. Kedua mempelai tampak bahagia duduk bersanding di pelaminan. Aksa berulang kali melirik sosok disampingnya yang nampak sangat cantik dengan gaun berwarna putih dan selendang sutra yang menghiasi kepala Hayu. Sejak tadi lelaki itu melihat jam di tangan dan bertanya dalam hati kapan acara ini berakhir. Dia sudah inhin membopong Hayu ke kamar hotel yang disiapkan oleh seorang rekan papa Setya sebagai hadiah pernikahan. "Capek," keluh Hayu sambil bebisik. Rasanya sudah pegal mereka berdiri dan menyalami satu persatu tamu undangan Jika memang total tamu ada 2 ribu orang, kenapa rasanya ini lebih dari dua kali lipat. "Bentar lagi selesai," kata Aksa. Sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Lelah, namun satu minggu ke depan mereka akan liburan. Dia sudah menyiapkan semua tanpa sepengetahuan istrinya. Besok siang setelah check out, supir akan mengantarkan ke bandara. Pulau Dewa
Aula kampus penuh sesak dengan para wisudawan dan wisudawati berserta keluarga yang duduk rapi menunggu acara wisuda dimulai. Hari ini lengkap kebahagiaan mereka karena akhirnya Aksa resmi menyandar gelar seorang arsitek dengan nilai yang memuaskan walaupun bukan yang terbaik. Dengan penuh perjuangan dia menyelesaikan skripsi yang tertunda hampir setahun lamanya. Lagi-lagi suasana haru menyelimuti hati Hayu saat sang suami dipanggil maju ke depan dan menerima piagam pernghargaan dari kampus. Lelaki itu melambaikan tangan kepada keluarga setelah selesai di wisuda. Dia kembali duduk dan memeluk sang istri dengan haru. Juga mama dan papanya. Anak-anak tidak diizinkan masuk dan menunggu di luar ruangan bersama baby sitternya. Danu dan Sarah juga sama, berada di depan karena keluarga yang boleh masuk dibatasi dari pihak kampus. Sehingga mereka berdua mengalah dan membantu menjagak cucu-cucu. Danu sudah pensiun dari jabatannya beberapa bulan terakhi sehingga waktunya lebih banyak santai u
The Clariston, Nusa Dua Bali. Aksa memasuki ballroom hotel itu dengan langkah pasti. Di sampingnya ada Hayu yang menggandengan lengan lelaki itu dengan mesra.Dia belakangnya ada Ada Setya dan Rani yang menggandeng Ammar. Ada juga Danu dan Rani yang menggendong Adinda. Lengkap semua yang datang menghadiri opening hotel berbintang 5 dimana setahun yang lalu, Aksa mendapatkan tender untuk men-designya.Wajah-wajah berseri terlihat dimana-mana. Semua orang menikmati hidangan yabg disajikan. Para tamu benar-benar dijamu, bahkan beberapa orang mendapatkan fasilitas menginap gratis. Aksa termasuk salah satunya."Hai, Aksa. Apa kabar?" Salah satu rekannya sesama arsitek menyapa. Lalu mereka berjalan menuju yang lain. Lengkap 5 orang saling berkumpul dan bercerita. "Ini Hayu, ya?" tanya salah seorang di antara mereka. "Iya, saya istri Aksa.""Cantik banget. Pantas aja Aksa galau terus waktu pisah. Malamnya gak ada yang ngelonin."Gelak tawa menggema di ruangan itu. Hayu hanya bisa tersipu
Aksa dan Hayu melangkah masuk ke dalam gedung itu dengan bergandenga tangan. Dua minggu setelah kedatangan Vita dan Bayu, hari ini mereka berada disini untuk menyaksikan momen sakral itu.Vita meminta Hayu untuk mendampingi saat akad nikah berlangsung karena sahabatnya itu tidak bisa menjadi pengiring pengantin. "Di sebelah mana?" tanya Aksa kepada salah satu kerabat mempelai yang berdiri menyambut tamu di depan. "Lurus, belok ke kanan, Pak."Aksa mengucapkan terima kasih dan akhirnya menemukan sebuah pintu di ujung. Begitu terbuka, tampaklah ratusan orang memenuhinya. Untunglah acara belum dimulai dan masih bersiap-siap.Kemarin, mereka memboyong anak-anak untu dititipkan ke rumah Mama Sarah dan menginap disana. Sehingga hari ini, biaa tepat waktu datang menghadiri pesta pernikahan."Silakan duduk. Mbak Hayu, ya?" tanya salah seorang kepada mereka."Benar.""Saya adiknya Kak Vita. Pesannya kalau Mbak Hayu datang, kursi di sebelah depan sudah disiapkan.""Terima kasih, ya."Mereka d
Hujan deras membasahi pemakaman hari ini. Eyang, sosok yang menjadi panutan dalam keluarga mereka berpulang. Semua orang berduka, begitu juga Hayu dan Aksa. Setelah 40 hari masa nifas dan mengadakan syukuran aqiqah, Eyang pun mengembuskan napas yang terakhir.Dia tutup usia dan meninggalkan banyak kenangan bersama anak cucu. Saat mereka mendatanginya, eyang hanya tersenyum dan mengusap wajah Hayu. Mungkin sudah lupa, bahkan berkata juga tidak ada, seperti lupa kepada orang-orang disekitarnya."Ayo kita pulang." Aksa merengkuh tubuh istrinya dan mengajak Hayu masuk ke mobil. Hujan semakin deras, seperti ikut menangisi kepergian eyang.Ada yang datang, ada yang pergi meninggalkan dunia ini. Seperti saling berganti dan mengisi. Kelahiran dan kematian merupakan awal dan akhir kehidupan manusia. Bagiamana kita menjalani masa di antara keduanya, semoga pilihan yang terbaik yang diambil.***Butik ramai hari ini. Hayu sampai kewalahan melayani pembeli. Sementara itu Ammar dan Adinda justru m
Rumah sakit ini. Rasanya sudah tak asing bagi mereka karena sejak awal Kasa kecelaakan juga Hayu melahirkan mereka berada di sini."Duduk, Nak," ucap Sarah saat melihat menantunya mondar-mandir sejak tadi. Sekalipun dulu pernah mengalami hal yang sama saat kelahiran Ammar, tetap saja Aksa merasakan gelisah itu."Hayu gak mau operasi padahal kata dokter kandungan yang ini lemah.""Doakan. Dia sedang berjuang. Kamu jangan panik. Kita sama-sama berdoa." Akhirnya Aksa duduk di kursi tunggu dan mengucapakan doa dalam hati agar anak dan istrinya tetap sehat. Satu jam menunggu akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari ruang bersalin. Alhamdulillah semua mengucap syukur. Saat ini hanya mereka berdua yang menunggu karena Danu sedang tugas keluar kota, Setya masih berkerja dan Rani sedang bersiap-siap menuju ke rumah sakit. Kondisi eyang semakin memburuk sehingga Rani semakin intens bolak-balik ke rumah mertuanya. Untunglah Hayu tetap berada di rumah Sarah sekalipun Aksa sudah pulang, s
Aksa memasangkan sebuah penutup mata kepada istrinya ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil."Ini apaan, sih?""Diem aja. Ntar kalau udah sampai kamu lihat sendiri." Aksa mengulum senyum sambil memandang wajah cantik Hayu lalu menyalakan mesin. Hari ini mereka akan pergi berdua saja ke suatu tempat yang sudah lama direncanakan. Setelah beberapa bulan yang lalu Hayu memutuskan untuk resign dari kantor dan hanya mengurus Ammar, Aksa menjadi lebih fokus menyelesaikan kuliah juga mulai mengambil job gambar. Kandungan istinya juga semakin membesar dan cukup membuat Hayu kelelahan setiap hatinya. Jadi keputusan untuk mundur bekerja sudah tepat. Lelaki itu mengandalkan surat keterangan kontraknya saat mengerjakan proyek sebuah hotel ternama di Bali sehingga dalam waktu cepat permintaan design mulai berdatangan.Sedikit demi sedikit dia mulai mengumpulkan tabungan untuk merenovasi rumah yang diberikan oleh papanya.Begitu bonus dari job design hotel cair, Aksa langsung membangun sebuah
Hayu memelankan langkah saat berada di dalam kamar. Takut suaminya terbangun. Aksa terlihat sangat lelah. Sepertinya belum berganti pakaian dan hanya melepas sepatu. Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah sang suami drngan penuh cinta. Lelaki ini, yang dulu dia tolak mentah-mentah, kini malah mencintai dan takut kehilangan. Aksa yang masih muda namun bertanggung jawab sekalipun mereka belum memiliki apa-apa dari hasil usaha sendiri, namun lelaki itu telah berusaha menafkahi bahkan dalam kondisi berat sekalipun."Sayang," bisik Hayu lalu menyentuhkan bibir di pipi itu. Aroma khas tubuh Aksa yang selalu dia suka langsung menguar ke inderanya.Lelaki itu menggeliat dan berbalik posisi membelakangi lalu melanjutkan tidur. Dengkurnya terdengar keras, itu menandakan jika Aksa benar-benar kelelahan."Kapan Aksa datang, Ma?" Hayu bertanya saat keluar kamar.Dia menarik kursi makam dan duduk. Tangannya mengambil lauk di meja dan mencicipinya sedikit. "Tadi siang. Mama juga kaget. Ka
Aksa dengan gagahnya mempresentasikan semua hasil kerja keras selama ini di depan semua petinggi hotel. Tiga jam mereka berkutat dan berdiskusi untuk memperbaiki beberapa bagian yang miss. "Setelah melihat semua yang Bapak Aksa paparkan mengenai konsep design sebagian ruangan, kami menyetujuinya dengan syarat perbaikan di beberapa tempat yang sudah kita bahas tadi."Alhamdulillah. Akhirnya selesai dan final. Lelaki itu mengucap syukur karena hasil yang dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga dia tidak perlu berlama-lama disini dan bisa segera pulang berkumpul dengan keluarga. Dia teringat hari itu saat mengantar Hayu dan Ammar di bandara. Istrinya menangis saat perpisahan. Aksa membujuk Hayu dengan mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Sabar, hanya itulah perilaku yang harus selalu mereka tanamkan dalam hidup karena semua hal di dunia ini berproses. Hayu yang manja, yang sejak kecil dicukupi semua kebutuhannya, harus rela berbesar hati dengan semua ujian berat yang m
Hayu dan Aksa melambaikan tangan saat mengantar kepulangan orang tua mereka di bandara. Sarah berlinangan air mata saat memeluk Ammar. "Mama ini. Kami cuma 3 hari disini. Nanti juga kan pulang," bujuk Hayu."Jangan lama-lama. Ingat cuti kamu tinggal beberapa hari," pesan Sarah."Jaga diri baik-baik. Nanti papa jemput pas pulang, ya." Danu memeluk anak menantunya. Dua orang tua itu melambaikan tangan saat masuk ke dalam. Aksa dan Hayu menunggu hingga mereka hilang dari pandangan. Lalu mereka duduk sambil menunggu pesanan taksi datang."Kita mau langsung balik ke kos?" tanya Hayu."Kayaknya mampir dulu beli kasur. Aku gak tau kalian mau datang. Jadi gak ada persiapan.""Barang-barang kita?""Tinggal di taksi bentar. Nanti kita minta supirnya jadi pemandu ke toko buat cari kasurnya. Aku juga gak tau kalau disini dimana," jelas Aksa.Sebuah mobil berhenti di depan dan mereka bergegas memasukinya. "Jalan kemana, Bli?""Ke toko kasur, Pak?""Maksudnya gimana, ya?""Bapak antar kami ke t