Hayu membuka pintu kamar mandi dengan pelan, takut suaranya membuat Aksa terbangun. Hari ini dia sudah bisa masuk kerja karena kondisi sudah fit, setelah minum obat dan makan yang cukup banyak. Dia melirik ke arah tempat tidur dan melihat suaminya masih terpejam. Ini masih jam enam pagi, tapi karena tidak mau terlambat, Hayu bersiap lebih awal. Setelah mengeringkan rambut dengan handuk dan membiarkannya setengah basah agar bisa dilumuri vitamin, Hayu mulai membuka bathrobe dan mengambil pakaian, lalu memilih blouse apa yang akan dikenakan hari ini. Aksa yang sejak tadi berpura-pura tidur tapi mengintip, menatap istrinya dengan senyum dikulum. Lekuk tubuh indah yang sudah berkali-kali disentuhnya itu tetap saja menggoda. Mata lelaki itu terbelalak saat mendapati istrinya mengambil sebuah bubgkus plastik dan mengeluarkan isinya. Itu, kan pembalut wanita? Jadi Hayu?"Kamu lagi dapet?" Aksa bertanya, yang seketika membuat Hayu menjadi kaget. Wanita itu mengucap istrigfar berkali-kali s
Sudah tiga puluh menit Bayu berada di ruangan Hayu dan bertanya banyak hal, salah satunya mengapa dia tidak masuk kerja kemarin hingga tak menanggapi pesan yang dikirmkan. Wanita itu sengaja menghapus semua, karena bisa berbahaya kalau sampai ketahuan suaminya."Kamu gak bosen disitu terus dari tadi?" tanya Hayu dengan sedikit ketus. Saat makan siang tadi, lelaki itu sengaja duduk didekatnya dan mengajak berbicara."Jawab dulu pertanyaan aku. Baru aku keluar dari sini," kata Bayu dengan tangan terlipat di dada, menatap sang pujaan hati yang sejak tadi mengacuhkannya."Aku yang bosen liat muka kamu," kata Hayu ketus. Mereka tidak punya hubungan apa-apa, kenapa lelaki ini malah bertanya ini dan itu?Bayu tersenyum sinis, tak menanggapi ucapan wanita itu barusan. Namun sorot matanya mematikan. Wanita ini harus menjawab pertanyaannya.Melihat raut wajah Bayu yang cukup mengesalkan jika dipandang, dia meletakkan pulpen dan menutup buku catatan."Oke. Aku lagi sakit. Puas?" jawabnya dengan
"Kamu ngundang teman sebanyak ini?" tanya Hayu saat melihat sekardus undangan yang tadi dibawakan oleh kurir. Dua minggu kedepan resepsi mereka akan diadakan di sebuah ballroom mewah di tengah kota. Saat ini Mama Sarah dan Mam Rani sedang sibuk mempersiapkannya. Mereka berdua hanya diminta menyetor nama tamu yang kan diundang dan menyerahkannya. Aksa mendatangi bagian administrasi kampus dan meminta data nama mahasiswa beserta kelasnya. Sementara Hayu ke bagian HRD untuk meminta data karyawan. "Iya satu angkatan plus semua dosen yang aku kenal," katanya sambil menaikkan alis. "Ini banyak banget. Belum tamu mama papa kita," kata Hayu sambil menggelengkan kepala. Dia sendiri hanya mengundang teman kantor. Teman kuliahnya juga ada beberapa yang dekat, lainnya di luar negeri juga. Paling hanya pemberitahuan lewat grup. "Biar mereka tahu kalau aku sudah laku dan istriku cantik," katanya sambil tersenyum genit. Memang setiap kali di dekat Hayu, bawaannya selalu begitu. Hayu mengambil
Alunan piano dengan suara merdu sang pennyi mengiringi resepsi yang digelar di sebuah ballroom hari ini. Kedua mempelai tampak bahagia duduk bersanding di pelaminan. Aksa berulang kali melirik sosok disampingnya yang nampak sangat cantik dengan gaun berwarna putih dan selendang sutra yang menghiasi kepala Hayu. Sejak tadi lelaki itu melihat jam di tangan dan bertanya dalam hati kapan acara ini berakhir. Dia sudah inhin membopong Hayu ke kamar hotel yang disiapkan oleh seorang rekan papa Setya sebagai hadiah pernikahan. "Capek," keluh Hayu sambil bebisik. Rasanya sudah pegal mereka berdiri dan menyalami satu persatu tamu undangan Jika memang total tamu ada 2 ribu orang, kenapa rasanya ini lebih dari dua kali lipat. "Bentar lagi selesai," kata Aksa. Sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Lelah, namun satu minggu ke depan mereka akan liburan. Dia sudah menyiapkan semua tanpa sepengetahuan istrinya. Besok siang setelah check out, supir akan mengantarkan ke bandara. Pulau Dewa
"Flight attension. Landing station." Pesawat yang mereka tumpangi mendarat mulus di Bandara Ngurai Rai, Bali. Aksa dan Hayu langsung mengantre untuk mengambil barang bawaan mereka di bagasi. "Kamu gak bilang sih mau jalan, tau gitu kan aku prepare," gerutu Hayu. Setelah pesta dan malamnya mereka berdua tertidur karena kelelahan, paginya Aksa meminta hak sebagai suami. Hayu menurutinya kemudian tertidur kembali sampai siang.Saat terbangun, suaminya malah menyuruh bersiap-siap karena mereka akan pergi berbulan madu. Dia memang mengambil cuti selama 1 minggu, namu tak menyangka akan berpergian jauh. Tadinya sudah membuat list apa yang akan dikerjakan supaya tidak bosan kalau di rumah saja. Ternyata malah diajak ke pulau ini. Tentu saja dia senang, tapi kopernya kosong. Hanya ada sehelai dress dan pakaian dalam yang dibawa dari rumah ke hotel. Bahkan make-up juga tidak lengkap. "Ntar beli aja disana gampang. Jangan. ngambek gitu, Tuan Puteri," katanya. Setelah selesai menganbil b
Hayu berlari menerjang ombak sementara Aksa mengejarnya dari belakang. Baju mereka basah terkena air laut tapi hati merasa bahagia.Sedikit demi sedikit, wanita itu mulai membuka diri dan menerima sang suami, lebih atau kurangnya. Sikap Aksa yang memanjakan, juga perhatian, membuat hatinya luluh."Mau naik jetski gak?" tanya lelaki itu. "Mau." Mereka menuju ke pinggir pantai lalu menyewa menyewa sebuah jetski. Setelah memakai pelampung badan, Hayu duduk di depan. Sementara itu, Aksa berada di belakang sambil memegang kemudi. Mereka berdua tampak asyik dan seru-seruan mengelilingi pantai. Hayu tertawa senang dan berteriak saat cipratan air mengenai waajhnya. Aksa sendiri sengaja merapatkan tubuh mereka untuk mencuri kesempatan.Setelah cukup lama berputar-putar mengelilingi laut, mereka naik ke pantai dan duduk karena kelelahan. Mereka menjulurkan kaki dengan tangan bertumpu di pasir. "Laper, gak?" tanya Aksa saat melihat istrinya mengatur napas. "Iya, tapi ntar sekalian aja, ka
Setelah melewati bulan madu yang seru selama 1 mingggu dimana banyak kelakuan Aksa yang membuat Hayu kesal tapi sekaligus bahagia, akhirnya mereka pulang ke rumah. Koper yang tadinya kosong karena pergi hanya membawa pakaian seadanya, kini penuh bahkan bertambah dengan oleh-oleh yang cukup banyak hingga mereka harus membayar tambahan biaya bagasi.Hayu benar-benar menghabiskan uang suaminya untuk berbelanja ini dan itu. Lagipula mungkin kesempatan ini tidak datang dua kali. Bisa saja nanti dia hamil dan harus menunda berpergian jauh. Mereka mengunjungi beberapa toko yang menjual oleh-oleh dan membeli berbagai macam, seperti kaus juga makanan khas Bali. Hayu bahkan sempat berfoto-foto di beberapa spot. Tak hanya pantai, mereka juga mengunjungi beberapa pura, bermain rafting, dan Tanah Lot. Aksa benar-benar mengajak istrinya berkeliling, walaupun belum semua tempat dikunjungi, hingga tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat. Malam harinya setelah makan malam, kedua insan itu memadu
Satu bulan kemudian.Bunyi muntahan terdengar dari kamar mandi. Aksa yang terlelap langsung membuka mata dan duduk bersandar di head board ranjang. Hari masih gelap dan dia masih mengantuk. Nyawanya masih setengah terkumpul dengan kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. Tubuh lelaki itu lelah setelah menyelesaikan gambar hampir jam tiga pagi. Klien memintanya untuk segera menyelesaikan karena akan segera dibangun. Untunglah hanya tinggal sedikit dan dia berhasil menyelesaikannya. Hanya perlu memoles sedikit biar tampilan gambarnya sempurna. Dia berjalan menuju kamar mandi saat suara muntahan terdengar lagi. Begitu pintunya terbuka, tampaklah Hayu sedang mengeluarkan seluruh isi perutnya. Satu tangan istrinya berpengangan di pinggiran wastafel dengan keran air yang mengucur deras. Refleks dia membantu memijat tengkuk dan bahu istrinya. Hayu sendiri terlihat lemah dengan wajah pucat dan napas yang tidak teratur. "Kamu kenapa?""Gak tau. Bangun tidur perut aku kembung terus mual