Hayu berlari menerjang ombak sementara Aksa mengejarnya dari belakang. Baju mereka basah terkena air laut tapi hati merasa bahagia.Sedikit demi sedikit, wanita itu mulai membuka diri dan menerima sang suami, lebih atau kurangnya. Sikap Aksa yang memanjakan, juga perhatian, membuat hatinya luluh."Mau naik jetski gak?" tanya lelaki itu. "Mau." Mereka menuju ke pinggir pantai lalu menyewa menyewa sebuah jetski. Setelah memakai pelampung badan, Hayu duduk di depan. Sementara itu, Aksa berada di belakang sambil memegang kemudi. Mereka berdua tampak asyik dan seru-seruan mengelilingi pantai. Hayu tertawa senang dan berteriak saat cipratan air mengenai waajhnya. Aksa sendiri sengaja merapatkan tubuh mereka untuk mencuri kesempatan.Setelah cukup lama berputar-putar mengelilingi laut, mereka naik ke pantai dan duduk karena kelelahan. Mereka menjulurkan kaki dengan tangan bertumpu di pasir. "Laper, gak?" tanya Aksa saat melihat istrinya mengatur napas. "Iya, tapi ntar sekalian aja, ka
Setelah melewati bulan madu yang seru selama 1 mingggu dimana banyak kelakuan Aksa yang membuat Hayu kesal tapi sekaligus bahagia, akhirnya mereka pulang ke rumah. Koper yang tadinya kosong karena pergi hanya membawa pakaian seadanya, kini penuh bahkan bertambah dengan oleh-oleh yang cukup banyak hingga mereka harus membayar tambahan biaya bagasi.Hayu benar-benar menghabiskan uang suaminya untuk berbelanja ini dan itu. Lagipula mungkin kesempatan ini tidak datang dua kali. Bisa saja nanti dia hamil dan harus menunda berpergian jauh. Mereka mengunjungi beberapa toko yang menjual oleh-oleh dan membeli berbagai macam, seperti kaus juga makanan khas Bali. Hayu bahkan sempat berfoto-foto di beberapa spot. Tak hanya pantai, mereka juga mengunjungi beberapa pura, bermain rafting, dan Tanah Lot. Aksa benar-benar mengajak istrinya berkeliling, walaupun belum semua tempat dikunjungi, hingga tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat. Malam harinya setelah makan malam, kedua insan itu memadu
Satu bulan kemudian.Bunyi muntahan terdengar dari kamar mandi. Aksa yang terlelap langsung membuka mata dan duduk bersandar di head board ranjang. Hari masih gelap dan dia masih mengantuk. Nyawanya masih setengah terkumpul dengan kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. Tubuh lelaki itu lelah setelah menyelesaikan gambar hampir jam tiga pagi. Klien memintanya untuk segera menyelesaikan karena akan segera dibangun. Untunglah hanya tinggal sedikit dan dia berhasil menyelesaikannya. Hanya perlu memoles sedikit biar tampilan gambarnya sempurna. Dia berjalan menuju kamar mandi saat suara muntahan terdengar lagi. Begitu pintunya terbuka, tampaklah Hayu sedang mengeluarkan seluruh isi perutnya. Satu tangan istrinya berpengangan di pinggiran wastafel dengan keran air yang mengucur deras. Refleks dia membantu memijat tengkuk dan bahu istrinya. Hayu sendiri terlihat lemah dengan wajah pucat dan napas yang tidak teratur. "Kamu kenapa?""Gak tau. Bangun tidur perut aku kembung terus mual
"Mau pergi juga?" tanya Hayu saat melihat suaminya sedang bersiap-siap. Cuaca di luar sedang hujan deras dan angin yang cukup kencang. Ada janji dengan klien yang meminta untuk di-design gambar sebuah kantor yang akan dibangun. Kali ini cukup besar. Kemampuannya dalam merancang bagun berserta design interior sedikit demi sedikit sudah mulai dikenal oleh beberapa pengusaha, terutama kenalan Papa Setya. Ada peluang di kantor Papa Danu jika memang mau, tapi daripada dibilang KKN lebih baik dia mundur. Biasanya yang berhubungan dengan pemerintahan, akan dibuka semacam lelang. Aksa belum berminat mengikuti yang semacam itu karena prosesnya lama dan berbelit.Sementara ini, dia hanya mengambil job yang kecil, asalkan masih cukup untuk menafkahi keluarga. Sementara gaji Hayu tak pernah dia tanyakan. Itu milik sitrinya, dia tidak akan ikut campur. "Ini lumayan gede. Dia minta design kantor 3 lantai. Nanti buat biaya lahiran kamu," jawab Aksa sambil menangkup pipi Hayu dan menatapnya dalam.
Danu dan Setya duduk bersebelahan di kursi tunggu di depan ruangan operasi. Sementara itu Rani sibuk menghapus air mata yang sejak tadi menetes. Sudah 3 jam mereka menunggu dan masih belum selesai. Setelah mendapat kabar bahwa putra mereka kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit, Setya dan Rani langsung menuju kesana di tengah hujan deras. Sementara itu Danu yang tadinya masih tertidur langsung dibangunkan oleh Sarah. Lelaki paruh baya itu langsung kaget saat mendengarnya. Apalagi melihat putrinya yang pingsan di kamar. Mereka berdua mengurus Hayu hingga sadar, kemudian segera menuju rumah sakit tempat menantunya dibawa. Tiba di sana, Aksa yang dalam kondisi kritis sudah berada dalam penanganan dokter di ruang operasi. Danu memeluk Setya yang tampak terpukul karena kejadian ini. Putra mereka satu-satunya dan baru saja menikah malah terkena musibah. Ditambah dengan Hayu yang sedang hamil muda, membuat pikiran mereka semakin kacau."Keadaan Hayu gimana, Mas?" tanya Setya. "Tadi waktu M
Hayu menatap jendela kaca dimana di ruangan sana terbaring sang suami yang sedang kritis. Air matanya sudah tak dapat menetes karena telah kering. Sudah 2 minggu Aksa berada disana dan belum bereaksi sama sekali. Hanya satu yang membuatnya masih menyimpan harapan, detak jantung suaminya yang masih normal di monitor. Hatinya sakit, perih setiap kali melihat kondisi itu, sambil terus berdoa agar Allah segera mengembalikan Aksa cepat atau lambat. "Sa. Aku sama anak kita masih setia menunggu kamu hingga sadar. Kembalilah kepada kami, Sa," ucapnya sambil menatap dari balik kaca. Wanita itu masih bekerja seperti biasa walaupun tidak maksimal. Sebenarnya dia ingin resign, tapi Mama Sarah melarang. Kata mama, dengan tetap bekerja paling tidak ada kegiatan yang bisa mengalihkan perhatian dari kesedihan yang mendalam. Namun, setiap sore, dia akan datang ke rumah sakit dan melihat perkembangan suaminya. Bergantian dengan Mama Rani yang setiap hari berada disini. Setiap Hayu datang maka ibu m
Jemari mereka bertautan, namun hanya Hayu yang menggenggam. Aksa belum merespons sama sekali sejak tadi. Ketika mama dan papanya yang datang, jari itu kembali bereaksi. Namun, mengapa dengan istrinya di tidak memberikan reaksi sama sekali? Itu membuat Hayu menjadi sedih. Hari ini, dia bahkan izin keluar saat makan siang dengan alasan menjenguk suaminya di rumah sakit. Itu sudah terjadi berulang kali, sampai mendapat surat peringan 1 dari kantor karena beberapa bulan ini banyak membolos. Hayu bahkan mendapatkan potongan bonus tahunan karena kinerjanya dinilai kurang. Bisik-bisik di kantor yang menaruh iba kepadanya mulai bermunculan. Ada beberapa rekan kerja yang memberikan dukungan agar dia kuat bertahan. "Sa. Bangun. Ini aku sama anak kita," bisiknya namun tetap sama, tidak ada respons. Berulang kali Hayu mencoba, tetap sama. Akhirnya dia menyerah dan memilih untuk keluar karena jam besuk sudah habis. Sekarang waktunya untuk kembali ke kantor karena jam makan siang sudah habis.Su
Mobil Bayu berhenti tepat di depan, dimana security langsung membukakan pagar ketika Hayu turun dan terlihat di CCTV. Tadi sebelum pulang, mereka mampir sholat maghrib di mushola terdekat. Biasanya Hayu agak kurang nyaman memakai mukena bersama yang disediakan, namun karena keadaan, mau tak mau dia menggunakannya. Untungnya bersih semua dan baunya harus. Mushola yang mereka singgahi juga menyediakan sandal masjid "Anak pejabat rumahnya gedongan," kata lelaki itu bercanda dan ditanggapi Hayu dengan senyuman."Mampir?" tawarnya."Gak usah. Udah malem. Besok masih kerja," jawab lelaki itu."Thanks.""Buat?""Jadi ojek sama traktiran sate padang. Kalau Aksa udah sadar, aku mau ajak dia makan disitu," jawab Hayu keceplosan. Lalu dia menutup mulut dan merasa tak enak karena telah mengucapkan hal itu.Bayu sedikit tersentak mendengarnya. Sekalipun Hayu telah menjadi milik orang lain, tetap saja perasaan itu masih ada hingga kini. "Santailah. Besok aku anter pulang lagi, gimana?" tanya Bayu