Share

88

Sari duduk di kursi empuk di kantornya, matanya berbinar penuh kepuasan. Segelas anggur merah berada di tangannya, dan senyum tipis melengkung di bibirnya. Hari ini, dia merasa berhasil mengendalikan semua kepingan catur dalam permainan yang ia rancang dengan cermat.

"Ayah dan anak...," gumamnya, sambil memutar gelas anggur dalam genggamannya. "Itu ikatan yang nggak akan mungkin bisa dipisahkan dengan mudah."

Dia tahu betul bahwa Ben sedang berada di ambang kehancuran mental. Rasa bersalah akan terus menghantui Ben, menggerogoti pikirannya, membuatnya tidak bisa tidur nyenyak atau berpikir jernih. Sari bisa melihat bagaimana Ben akan mulai kehilangan ketenangannya, bagaimana tekanan dari kenyataan bahwa dia adalah ayah dari Haru akan terus menghantamnya dari berbagai sisi.

"Rasa bersalah... adalah senjata yang paling ampuh," bisik Sari pada dirinya sendiri, senyumnya semakin lebar. "Ben akan dihancurkan oleh perasaannya sendiri. Dan aku nggak perlu melakukan banyak hal untuk itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status