A Book of Lies

A Book of Lies

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-26
Oleh:  AlicestairOn going
Bahasa: Filipino
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
4Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Her life is full of lies, have many hidden secrets and delusions, way too far from a simple and ordinary life. It all started with the accident that happened to her mom and all the blame was pointed to her. That event changed her life. Everyone around her became hypocritical, everyone had a hidden secret and intentions. But he came into her life and helped her leave the world she's been suffering for a long time, a world that is full of lies. She fell in love with him, but destiny is too playful. When he confessed his feelings to her, Hayacinth rejected him, because for her, a love is not enough to heal a wounded past and a broken soul. Her tears fell down when the person she loves dropped the line that she doesn't want to let others know, that 'kahit magsinungaling ang bibig mo, nagpapakatotoo pa rin ang mga mata'. It marked her mind and her soul. She didn't know what to do at those times because of being hurt, of being not enough and not worthy. She was too afraid to gamble when it comes to the word 'love'. What she wanted to do in those time is to know the truth, to unveil every hidden secret and find the every page of A Book of Lies.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Chapter 1 - Kind Of Secret

"Gak mau! Pokoknya aku gak mau nikah cepet-cepet. Aku masih muda, pengen senang-senang, masih pengen bebas berkeliaran, Ma!" 

"Gak bisa, pokoknya kamu harus menikah sama Anand dua hari lagi!" bantah Abram, papanya Dira.

"Dengar, Sayang, kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu sudah dewasa, umurmu sudah cukup untuk menikah. Anand itu laki-laki baik, bertanggung jawab, mama sama papa yakin dia pasti bisa membimbing kamu jadi lebih baik." Melati menambahkan.

"Tapi aku udah punya pacar, Ma. Dia gak kalah baik dan bertanggung jawab dari Anand." 

"Tahu apa kamu tentang tanggung jawab seorang laki-laki, hah? Sudah, putusin dia dan menikah sama Anand." 

"Aku gak mau, apalagi mendadak banget kayak gini. Aku gak pernah bertemu sama dia, gak tahu orangnya, mau nikah kok gini?" 

"Nanti juga kalian ketemu. Dengar, Ra, ibunya sekarang sedang kritis, meminta Anand untuk segera menikahi kamu. Papa, mama, sama ibunya Anand sudah lama berencana menikahkan kalian berdua. Jadi gak ada alasan lagi. Ini genting, kamu ngerti dong!" ucap Abram tegas, tak bisa dibantah. 

"Lagian, mama yakin kalian sudah pernah bertemu sebelumnya, cuma gak ngeuh aja." Melati tersenyum membujuk. 

"Gak mau, Ma! Aku mau ngabisin masa mudaku dulu sampai puas senang-senang. Nikah itu bikin ribet, bikin pusing. Apalagi kalo udah punya anak. Aaaaa Aku belum siap. Pokoknya gak mau!" 

Setelah mengatakan itu Dira langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Pintunya ia tutup dengan keras, membuat kedua orang tuanya mengusap dada. 

"Sabar, Pa," ucap Melati.

"Dia itu keras kepala, manja, gak ada dewasa-dewasanya. Papa yakin sekali Anand akan bisa mendidiknya dengan sikap lembut dan dewasa yang dia miliki." 

"Iya, Pa, Mama juga berpikiran sama. Mama akan bicara lagi sama Dira, sebisa mungkin dia harus setuju." 

Abram mengangguk pada istrinya. 

Di kamar ... 

"Gila banget, dua hari lagi, Na!" ucap Dira pada seseorang di sebrang sana.

"Ya gimana lagi, Ra, kan tante Farida memang keadaannya lagi kritis. Apalagi kini kak Anand tinggal punya satu orang tua, pasti apapun yang diminta sama Tante Farida itulah yang terpenting buat dia. Apalagi sekarang keadaan tante ... Lo tahu sendiri, lah, Ra. Coba buat masalah ini kecerdasan otak Lo sama sisi kemanusiaan Lo tingkatin dikit." 

"Ya tapi ... Oemji! Gue sama sekali gak siap, Na. Gak pernah ketemu, gak saling kenal satu sama lain, tiba-tiba harus nikah. Mending kalo ganteng gak malu-maluin, gimana kalo dia jelek? Ih, gak mau ah! Gue pasti gak bisa tidur nyenyak mulai sekarang, Naaa toloong!" 

"Jelek? Kakak sepupu gue ganteng, Ra! Asem, Lu!"  

"Masa?" 

"Iya serius. Lo pasti gak bisa nolak deh kalo udah ketemu. Si Danil mah lewatt!" 

Dira bangkit dari tidurannya. "Kalo gitu gue minta fotonya."

"Gak punya, Ra. Kak Anand gak suka difoto sembarangan."

Dira mendengkus. "Itu ciri-ciri orang yang gak punya kepercayaan diri. Pasti jelek deh kakak sepupu Lo, jangan nipu gue." 

Triana berdecak. "Gini, deh, nanti gue berusaha dapetin fotonya, oke?"

"Nah, bagus. Nanti langsung kirim ke gue." 

"Siap, bos!" 

"Jangan lama!" 

"Iya, berisik!" 

Dira menutup telepon dengan senyuman lega. 

Sebentar lagi, gue bakal tahu gimana wajahnya. Dan setelah itu, gue akan mutusin buat Nerima pernikahan ini atau nggak. Dan gak boleh ada yang mentang keputusan gue.

Nadira tersenyum jumawa, kemudian menyentil hidungnya sendiri dengan jempol.

***

Triana turun dari tempat tidurnya dengan cepat. Tadi Anand sedang di rumahnya membicarakan tentang rencana pernikahan. 

Semoga saja belum pulang.

Saat Triana tiba di lantai bawah, dia melihat Anand sedang makan bersama kedua orang tuanya. 

Triana menggelengkan kepala. "Dasar si Dira, sepupu gue ganteng gini dikira jelek. Pasti nyesel Lo nanti." 

"Nana, ayo ikut makan." 

"Iya, Ma!" 

Triana sengaja mengambil kursi yang berhadapan dengan Anand. Diam-diam dia mengeluarkan ponselnya dari balik meja, membiarkan kamera mengarah pada Anand yang sedang sibuk makan. Mendadak jantungnya berdebar, gugup takut ketahuan, dia menggigit bibirnya sambil menunduk, matanya menyipit siap-siap menekan tombol untuk memotret.

Satu ...

Dua ...

Tiiiiii ....

"Nana?" 

Triana langsung menegakkan tubuhnya dan menyembunyikan ponsel. "Iya, Ma?" 

"Kenapa malah main hp? Ayo makan." 

Triana tersenyum kikuk pada Anand yang sedang menatapnya, kemudian memasukan ponsel ke dalam saku celana. Ia menghembuskan nafas, merasa lega tak ketahuan, atau kemalangan akan menimpanya. 

"Kamu tunggu sebentar, ya, An, Om mau ngambil sesuatu dulu di atas."

Anand mengangguk. 

Melihat Anand yang berlalu dari ruang makan, Triana mendesah pelan. Ia pun bangkit dari kursi dan bersiap mengikuti Anand. 

"Eh, mau ke mana kamu? Bukannya mau makan?" tanya ibunya. 

"Nanti aja, Ma!" 

Dengan waspada Triana bersembunyi dari balik tembok, lagi-lagi mengeluarkan ponselnya. 

"Gue harus segera ngambil foto Kak Anand buat membungkam mulut si Dira." 

Tiba-tiba Anand menoleh, Triana yang melihat itu dari layar ponselnya terkejut dan langsung menyembunyikan ponsel. 

"Lagi apa kamu?" tanya Anand dengan tatapan menusuk.

"Emm, nggak. Aku ... Aku mau ngambil foto bunga ini buat tugas. Permisi, ya, Kak." Triana cengar-cengir dan mendekat, mengambil foto bunga yang tepat berada di samping Anand.

Anand menatap Triana yang mencurigakan, namun tak mengatakan apapun dan beralih ke sisi lain, menjaga jarak dari Triana.

Triana berbalik, pura-pura mengutak-atik ponsel padahal sedang membidik Anand diam-diam. Saat tombol ditekan, mata Triana membulat sempurna melihat cahaya dari hpnya menyorot Anand. Wajahnya pucat seketika.

Ya ampun! Gue lupa matiin flash. Mampus!

Anand langsung mendekat dan merebut ponsel Triana yang sedang mematung. Setelah melihat fotonya, Anand menatap Triana dengan tegas. 

"Apa ini?" tanyanya dingin.

Triana gelagapan, lalu kemudian memelas. "Maaf, Kak, itu ... Aku ... " 

Anand mengembalikan ponsel Triana setelah menghapus fotonya. 

"Jangan seperti itu lagi, kakak gak suka." 

Triana cemberut. 

"Ayo, An." 

Anand dan ayahnya Triana pun berlalu ke luar rumah. Triana memukul kepalanya sendiri berkali-kali dan membenturkannya ke dinding. 

"Aaaa gak bisa gak bisa! Gue harus segera dapet fotonya kak Anand, kapan lagi dia ke sini, kan? Sial banget gue. Eh, masih ada waktu." 

Tepat saat Anand hendak masuk ke dalam mobil, Triana berhasil mengambil fotonya walaupun sedikit terhalang tetangganya.

"Hah, akhirnya dapet juga. Dahlah langsung kirim."

Gadis itu segera mengirimkan foto tersebut ke nomor Dira, lalu menghembuskan nafas lega.

"Akhirnya, beres! Nadira, Lo pasti sujud syukur setelah ini," ucapnya dengan tersenyum lebar. 

Di tempat lain, Dira langsung menghentikan game-nya begitu melihat pesan masuk dari sahabatnya. 

Dadanya berdebar, tangannya mendadak gemetar saat hendak membuka pesan itu. Dan saat foto benar-benar terpampang, kedua matanya membelalak. 

"Aaaaaaaaaa!" 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang  manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.

Komen

user avatar
Aestheria Kate
Aesthetic Cover
2021-07-28 19:38:05
1
user avatar
Jill
Interesting plot.
2021-07-24 12:33:11
1
4 Bab
Chapter 1 - Kind Of Secret
Naalimpungatan si Hayacinth Miller nang mag-vibrate ang phone nito na nasa bag. Sinagot nito ang tawag galing kay Gail Galerion na naka-base sa Denmark. "Oh, bakit ka na naman napatawag?" nakukulitang tanong nito. "Omg, Hayacinth!" malakas na pagkakasabi ni Gail na nasa kabilang linya. "Huwag ka sumigaw, mabibingi ako," saad ni Hayacinth kay Gail. "Ano ba 'yon? Ano kailangan mo?" "What the hell? Kailangan ko? Excuse me! Hindi ako tulad ng dalawang plastic friend mo na lalapitan ka lang kapag may kailangan!" malakas pa rin na boses ni Gail. Ayan ang palaging sinasabi ni Gail kay Hayacinth simula no'ng maging close si Hayacinth kanila Ylona Aband, na inuuto lang si Hayacinth nina Ylona Aband at Beyonce Amore Rleviah at nagpapauto naman raw 'to. Sa tutuusin ay tama si Gail dahil kailanman ay hindi itinuring nila Beyonce at Ylona 'to bilang isang kaibigan. "Oo na, kabisado ko na 'yang speech mo. Ano ba 'yon? Panay tawag ka. Nagsasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-06
Baca selengkapnya
Chapter 2 - A Piece Of Lies
Pag-uwi ni Hayacinth galing school ay nakatayo si Sue sa pintuan ng kwarto niya na nakatingin dito.  Nang akmang pipihitin na ni Hayacinth ang doorknob ng pinto ng kwarto niya ay lumapit si Sue dito. "I thought na whole day schedule mo. Mabuti na lang at half day ka ngayon," sabi ni Sue. Binalewala ni Hayacinth ang sinabi ni Sue dahil sa pagod. Pero sumunod si Sue dito ng pumasok si Hayacinth sa kwarto nito. Naupo si Hayacinth sa harap ng study table at nahiga naman si Sue sa kama nito. "I'm a ghost or you're a ghost?" tanong ni Sue. "Yuho! I'm talking to you!" Inikot ni Hayacinth ang upuan na kinauupuan niya sa way ni Sue. "Ano ba 'yon? Diretsuhin mo na ako, kung bakit ka nandito? Dahil ba sa friend party mo?" pagod na sabi nito. "Yes, tumpak! Tatawagin kitang unlucky girl kung hindi mo ibibigay ang reward ko, which is tulungan mo akong maka-attend sa friend party ko," mahabang saad ni Sue. "Seryoso k
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-06
Baca selengkapnya
Chapter 3 - For Her
Takbo at lakad na nagtungo si Hayacinth sa library. Today is Wednesday kaya kailangan niyang magtungo sa library upang tumulong dahil siyempre isa siyang scholar student. Tuwing Wednesday lang 'to nagpupunta para ayusin ang mga libro at linisan ang mga study table dito. "Ikaw na magpunas ng mga lamesa at upuan," saad ni Faye, scholar student din tulad nito. "Ako na mag-aayos ng mga libro." "Sige," tugon nito at binaba ang tooth bag niya at kinuha ang basahan. Kapag clean time ng library sa university nito ay sinasara ang library. Mahalaga ang library para sa tulad nilang college student pero noong elementary 'to sa isang public school ay kala mo ginto ang bawat pahina ng libro dahil parating nakasara library. Nang matapos nina Hayacinth at Faye ang paglilinis ng buong library ay sabay na silang nagpunta ng cafeteria. Hindi naman sila gano'n ka-close ni Faye dahil minsan lang sila magkausap at magkaiba sila ng kurso, nasa Business Management De
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-07
Baca selengkapnya
Chapter 4
"Mag-almusal ka muna, Hayacinth," saad ni Papa, Hixo Miller.Napangiti ako ng sa unang pagkatataon ay sinabi niya 'yon. Hindi kasi kami palaging nagkakauusap ni Papa dahil sometimes lang siyang umuwi rito sa bahay dahil busy siya sa pag-assist ng wine business. Dati sabi sa 'kin ni Lola Lexxie na si Papa raw ay may malaking wine business pero nalugi raw 'yon kaya binili ng family ni Ylona ang company. Hays, ewan ko ba kung may katotohan. Dahil no'ng kinumpirma ko si Ylona, eh, salungat naman siya sa sinabi ni Lola."Hayaan mo na siya, malaki na 'yan," sabi ni Tita Sheryl.Ngumiti ako bago tuluyang umalis.Napahinga ako ng malalim dahil sa sinabi ni Tita Sheryl.Hays, hindi ka pa nasanay Cinth?Nang makarating ako sa University ay dinaig ko pa ang matamlay na aso. Mas hindi maganda ang araw ko ngayon kumpara no'ng nagdaang araw.***"Hoy, ayos ka lang?" tanong ni Gelo na bigla na lang sumipot.Umupo 'to sa tabi ko.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-26
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status