"Ma-mama,"
"Mama!"
"Jangan pergi Ma!"
"Mama, tidak!"
Keysa terbangun dari tidurnya, dikagetkan oleh sebuah mimpi bertemu dengan Mama-nya, mimpi itu terasa aneh seolah ada yang ingin Mamanya sampaikan dan kerap muncul dalam tidurnya. Tak lama pintu kamarnya ada yang mengetuk.
"Maaf Non, itu dipanggil tuan kecil untuk makan," ucap Bi Imah asisten rumah tangga.
"Iya Bi, sebentar lagi aku turun," jawabnya dengan nada malas.
"Baik Non, kalau begitu bibi mau kembali ke dapur,"
"Iya Bi, terima kasih,"
Bi Imah keluar meninggalkan Keysa yang masih terlentang di tempat tidur.
Kemudian Keysa melirik jam dinding.
"Waduh..udah siang ini, aku ada jadwal kuliah jam delapan," Keysa panik sambil langsung beranjak ke kamar mandi.
Selesai mandi dan ganti pakaian, Keysa langsung turun menggunakan lift menuju meja makan, disana Elvina dan Billy, juga Sherli sepupunya sudah siap untuk sarapan di meja makan.
Keysa langsung mengambil roti yang diolesi selai coklat dan langsung pergi.
"Key langsung berangkat Om, Tante,"
"Anak itu sudah besar, kok masih kayak anak-anak tingkahnya," sahut Billy.
"Biarin sajalah Pa," sergah Elvina
"Di kampus juga kelakuannya begitu tuh," tambah Sherli.
"Kamu juga sama saja Sherli,"
"Mama malah belain dia seh," sahut Sherli manja.
"Ya sudah, Papa berangkat dulu, nanti Papa pulang terlambat," ucap Billy.
"Iya Pa,"
"Sherli kamu kuliah yang bener,"
"Iya Pa,"
"Mama juga bentar lagi berangkat,"
Billy Melviano Cashel usianya menginjak lima puluh tahun merupakan salahsatu pewaris perusahaan Cashel Group yang sukses, terkenal kaya raya dan terpandang, beberapa perusahaannya sedang berkembang, jaringannya cukup luas sehingga cabangnya tersebar dibeberapa negara. Tidak heran jika saat ini dia tinggal disebuah rumah mewah yang sangat luas berada dipinggiran Ibukota dengan beberapa penjaga dan fasilitas yang serba mewah juga, disebelah kanan terdapat rumah khusus para pegawai.
Bisnis yang dijalankannya mulai dari properti, proyek pembangunan, pertambangan dan lainnya.
Sementara istrinya Elvina memegang sebuah galery busana. Setiap hari mereka sibuk dengan pekerjaannya. Billy ataupun Elvina kemanapun mereka pergi selalu menggunakan sopir pribadi dengan kendaraannya masing-masing, begitu juga Keysa yang memiliki nama panjang Keysa Fradella Cashel dan Sherli Deolinda Cashel, mereka ke kampus tidak pernah membawa mobil sendiri. Sebenarnya Keysa lebih suka naik angkutan umum tetapi Billy melarangnya dengan alasan keamanan.
Sejak umur lima tahun, Keysa tinggal dengan Billy yang merupakan Adik Papanya. Kedua orang tua dan Kakaknya mengalami kecelakaan ketika mengunjungi perusahaannya di Bali.
Mobil yang dibawanya jatuh ke jurang, jenazah kedua orang tuanya ditemukan seminggu setelah kejadian dalam kondisi mengenaskan dan susah untuk dikenali. Sementara tubuh kakaknya tidak ditemukan hingga saat ini dan kasusnya pun telah ditutup.
Billy adalah sosok Pemimpin yang sangat arogan, beberapa pegawai sangat takut kepadanya, ketika ada pegawai yang tidak melaksanakan perintahnya maka ia akan memecatnya. Kemana-mana selalu membawa bodyguard. Saat ini dia sedang ikut bersaing dengan beberapa perusahaan untuk memenangkan proyek pembangunan Rumah Sakit.
"Ada info apa?" Tanya Billy kepada Rama asistennya di ruangan kantornya.
"Nanti malam kita ada pelelangan proyek Bos"
"Sudah kau urus untuk penyelenggara dan yang lainnya?"
"Sudah Bos, aman,"
"Bagus kalau begitu, kita harus memenangkan proyek ini, jangan sampai proyek ini jatuh ketangan Golden Group," sahut Billy.
Salah satu pegawainya bernama Doni masuk dan langsung menghampiri Billy dan membisikan sesuatu. Billy sepertinya mendapat berita penting, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Tak lama ponselnya berbunyi.
"Halo Mr. Xavier, kiriman anda sudah sampai, semoga bisnis kita berjalan lancar,"
"Saya senang bisa bekerjasama dengan Mr. Billy," ujar seseorang terdengar melalui ponsel yang dipanggil Mr. Xavier.
"Tentu saya juga sangat senang," balas Billy.
"Baiklah kalau begitu semoga bisnis kita lancar,"
"Baik Mr. Xavier," ucap Billy.
"Doni, kau ajak yang lain berangkat ke gudang, cek barang yang baru datang," perintahnya.
"Siap Bos,"
Doni langsung berangkat ke arah gudang di daerah Tangerang dengan membawa mobil operasional kantor.
Suasana kantor hari ini cukup sibuk, baru saja Doni pergi, gantian sekarang Hary yang datang.
"Bos kiriman kain sudah datang,"
"Langsung antar ke tempat Nyonya mu saja, kalau untuk urusan kain begitu jangan berurusan dengan saya, gitu saja kalian tidak bisa,"
"Baik Bos,"
Beberapa pabrik tekstil yang ada di Bandung sebagian adalah milik keluarga Cashel, betapa kekayaannya sangat melimpah, hampir semua bisnis mereka miliki. Kain itu untuk kebutuhan galery Elvina, meskipun produk lokal tetapi kualitasnya sangat bagus, karena bahan bakunya dari luar negeri karena mereka juga kerjasama dengan negara lain. Selang beberapa menit, ponsel Billy kembali berdering.
"Bos maaf kami belum selesai urusannya," lapor salah satu pegawainya.
"Kau ini gimana, gitu saja tidak becus!" Umpatnya.
"Maaf Bos, warga tidak mau tanda tangan kalau belum ada rumahnya,"
"Pokoknya kau urus, bagaimanapun caranya,"
"Baik Bos," Billy melempar ponselnya ke meja, sepertinya dia sedang menahan rasa kesal.
"Gimana orang itu bekerja, masa tidak bisa ngobrol sama warga, yang penting kan mereka tanda tangan dulu, repot kalau begini urusan, mana nanti malam sudah pelelangan," gerutunya.
Billy selalu memaksakan kehendaknya, semua yang dia inginkan harus didapatkannya dengan cara apapun. Bila perlu menyuap para partner nya, bahkan dia tidak segan untung membunuh yang dianggap menjadi saingannya. Dan dia sangat lihai dan licik menjalankan segala aktivitasnya.
Keysa turun dari mobil mewah, dia langsung berlari mencari ruangan tempat dimana dia ada kelas hari ini. Dengan nafas terengah-engah, akhirnya dia sampai dan disana semua mahasiswa dan dosen telah hadir. "Selamat pagi Pak," sapa Keysa, semua yang hadir menoleh kearahnya. "Kebiasaan kamu Keysa, selalu terlambat," sahut Dosennya. "Iya pak maaf, dijalan macet," "Kalau macet ya perkirakan kamu datangnya lebih pagi," "Iya Pak, maaf," "Ya sudah, masuk," "Terimakasih pak," jawab Keysa sambil masuk ruangan dan duduk disamping Rere temannya. Pembelajaran mata kuliah Antopologi Hukum pun berlangsung, Keysa dengan seksama memperhatikan apa yang diterangkan oleh Dosen nya, sambil sesekali dia mencatat nya di buku. Keysa mengambil Fakultas Hukum karena sejak dulu dia bercita-cita menjadi seorang Advokat yang handal. Selama dua jam mata kuliah itupun berakhir. "Ke kantin yuk," ajak Rere.
Sebuah galery mewah yang diberi nama sesuai nama owner nya yaitu Galery Elvina, terlihat sangat ramai, sang owner duduk dengan santai diruangan khusus dilantai dua, beberapa pengunjung dari kalangan istri pengusaha dan pejabat sedang mengamati beberapa produk hasil karya dari Galerynya. Dia memperhatikan pengunjung melalui kamera cctv yang dipasang dibeberapa sudut. Untuk harga satu gaun disana paling murah dibandrol dengan harga sekitar tiga juga, tapi tidak diragukan lagi untuk kualitasnya, ada harga ada kualitas. Disela santainya Elvina menyeruput secangkir original chinese green tea dikirim langsung dari China yang dipercaya sangat baik untuk kesehatan. "Permisi Nyonya," ucap Sam. Manager di Galery tersebut. "Iya kenapa?" "Kiriman dari Tuan sudah datang," "Oke langsung ke gudang, jangan lupa periksa berapa jumlahnya," "Baik Nyonya," Sam pun langsung pergi, menuju gudang dibelakang Galery. Galery itu area nya cukup lua
Elvina kembali ke ruangannya, duduk sebentar dan langsung mengambil sebuah tas, lalu dia menyuruh pegawainya untuk memanggil supir, tak lama kendaraannya pun datang. "Saya pergi, kemungkinan sampai sore," "Baik Nyonya," jawab pegawainya. Elvina masuk kedalam mobil, duduk dibelakang dengan kakinya ditumpang, tak lupa kacamata hitamnya dia gunakan menambah aksen kelas atasnya. "Ke Klinik tempat biasa," bilangnya sama supir. "Baik Nyonya," Sampailah mereka disebuah klinik kecantikan. Elvina langsung masuk dan disambut hangat oleh pegawai disana. "Silakan Nyonya," sapa pegawai klinik. "Saya mau facial sama creambath," "Silahkan Nyonya masuk, ruangan sudah siap," "Jeng Sarah sama yang lain tidak pernah kesini lagi?" Elvina menggali informasi dari pegawai Klinik yang sedang memijatnya. "Sudah seminggu tidak ada Nyonya," "Pada kemana mereka?" "Kurang t
Brian Alexander, pria yang tidak begitu tampan, tetapi memiliki wajah yang menarik membuat para wanita dikampus sangat tergila-gila padanya. Sebagai pewaris perusahaan Golden satu-satunya Brian merasa hidupnya sudah sempurna namun sangat membosankan. Segala hal sudah pernah ia lakukan, semua keinginannya selalu terpenuhi. Kuliah baginya hanya formalitas saja untuk menunjang bisnisnya. Setelah dari kampus, Brian biasa mengajak teman dekatnya Jack, Andrew dan Pras mampir ke tempat Billiar atau Bar. Meskipun di dalam Apartemen nya sendiri ada fasilitas semua itu. Tinggal disebuah Apartemen mewah dengan fasilitas lengkap bukanlah hal istimewa bagi Brian, jika dibandingkan dengan seluruh harta kekayaannya yang melimpah. Tetapi semua itu kebahagian semu baginya, yang dia butuhkan adalah keluarganya. Brian selalu dimanjakan dengan uang, pernah suatu saat ada kejadian dimana dia memukul teman sekolahnya dan melemparnya dengan batu hingga kepala korb
Billy beserta asistennya Rama turun dari mobil didepan pintu sebuah gedung, sementara dua bodyguardnya menggunakan mobil lain menyusul dibelakangnya. Dia memakai stelan jas warna hitam dengan aksesoris kacamata hitamnya. Karpet merah digelar sepanjang koridor menuju ruangan. Billy disambut hangat para penjaga gedung itu. "Malam Bos," sapa penjaga. Billy hanya mengangguk dan langsung menuju ruangan. Meja VIP atas namanya telah disiapkan oleh panitia acara. Billy langsung menuju mejanya ditemani Rama, sementara para bodyguardnya menunggu dibarisan belakang. Acara pelelangan proyek Rumah sakit dimulai. Para peserta tender dari beberapa perusahaan telah hadir, mereka mempersiapkan materi untuk dipresentasikan guna untuk menentukan pemenangnya. Satu per satu dari mereka maju kedepan menyampaikan konsep yang akan mereka kerjakan ketika mendapat proyek ini. Rama asisstennya Billy pun mendapat giliran untuk maju kedepan. Sekitar dua puluh perusaha
Pagi ini Billy sudah bersiap untuk menanda tangani kontrak kerjasama proyek pembangunan Rumah Sakit. "Jadi hari ini tanda tangan kontrak Pa?" "Iya jadi dong, kalian siap-siap saja buat nanti malam kita pesta," "Ya semua kan sudah diatur sama pegawai kita, aku mau nyari pakaian dulu buat nanti malam," Wajahnya terlihat berseri, langkahnya sangat gagah bak pahlawan yang baru pulang dari medan perang membawa kemenangan. Billy masuk kedalam ruangan yang telah disediakan didampingi Rama. " Terimakasih semua atas kerjasamanya," ucap Billy. "Sama-sama Pak Billy, semoga kerjasama kita akan terus berlanjut," "Nanti malam jangan lupa untuk hadir ditempat saya, saya mengadakan acara kecil-kecilan, sebagai ajang untuk kita kumpul saja," ucapnya dengan gaya sedikit sombong. "Terima kasih undangannya Pak Billy, kami pasti usahakan hadir," "Kalau begitu, saya pamit dulu karena masih ada yang harus saya kerjakan,"
Dipertengahan sambutan, Brian merasa bosan dia pamit kepada Arman untuk keluar sebentar. Dia berdiri didekat pintu masuk ruangan dan menyulut rokok sambil mengamati sekelilingnya, dia menikmati beberapa hisapan. Tiba-tiba matanya menangkap sekelebat perempuan dengan gaun merah. "Wanita itu mirip Keysa,"gumamnya, sambil mematikan rokoknya yang belum habis. Brian berjalan menuju penampakan wanita tadi, ternyata penglihatannya benar ada seorang wanita sedang turun melalui tangga, mengangkat gaunnya yang terlalu panjang. "Keysa," Brian memanggilnya sambil memastikan jika penglihatannya tidak salah. " Ya benar itu Keysa," gumamnya sambil terus mengejar wanita itu. "Keysa, tunggu!" Brian terus mengejar hingga dia berhasil meraih tangannya. "Mau lari kemana kamu?"
Menjelang tengah malam, pesta di rumah kediaman Billy pun berakhir, para tamu undangan pergi satu persatu sebelum pesta selesai karena mereka ada kepentingan lain.Sementara itu Keysa sudah berada di kamar nya sejak tadi setelah dia bertemu Brian di dekat tangga, dia hanya menengok sebentar ke ruangan lantai tiga, karena dia tidak begitu tertarik dengan pesta semacam itu. Keysa asyik dengan dunia kecilnya dikamar yang seluruh ruangannya didominasi warna hijau muda, warna kesukaan Keysa. Keysa sedang asyik mendengarkan musik memakai earphone sambil rebahan diatas tempat tidur menghadap ke arah luar kamar, dia tidak menyadari kehadiran Sherli. Pintunya sedikit terbuka sehingga Sherli dengan mudah masuk tanpa harus mengetuk pintu."Oh my God!" Keysa terkejut ketika Sherli tiba-tiba menepuk bahunya. Melihat ekspresi Keysa, Sherli hanya tertawa seolah itu lucu..