Pagi ini Billy sudah bersiap untuk menanda tangani kontrak kerjasama proyek pembangunan Rumah Sakit.
"Jadi hari ini tanda tangan kontrak Pa?"
"Iya jadi dong, kalian siap-siap saja buat nanti malam kita pesta,"
"Ya semua kan sudah diatur sama pegawai kita, aku mau nyari pakaian dulu buat nanti malam,"
Wajahnya terlihat berseri, langkahnya sangat gagah bak pahlawan yang baru pulang dari medan perang membawa kemenangan. Billy masuk kedalam ruangan yang telah disediakan didampingi Rama.
" Terimakasih semua atas kerjasamanya," ucap Billy.
"Sama-sama Pak Billy, semoga kerjasama kita akan terus berlanjut,"
"Nanti malam jangan lupa untuk hadir ditempat saya, saya mengadakan acara kecil-kecilan, sebagai ajang untuk kita kumpul saja," ucapnya dengan gaya sedikit sombong.
"Terima kasih undangannya Pak Billy, kami pasti usahakan hadir,"
"Kalau begitu, saya pamit dulu karena masih ada yang harus saya kerjakan,"
Setelah berpamitan, Billy langsung ke mobil, kemudian mobil itu melaju menuju arah kantornya.
Sampai di dalam ruangan, Billy sibuk dengan ponselnya, dia menelpon beberapa rekan bisnis terdekatnya untuk hadir di acara pesta nanti malam, sementara rekan bisnis yang lain dia serahkan ke Rama yang menghubungi.
Pukul delapan malam, acara pesta yang digelar oleh keluarga Billy akan dimulai , para tamu undangan sudah mulai hadir. Para prianya memakai stelan jas warna hitam, sementara wanita memakai gaun berwarna merah. Billy dan Elvina telah bersiap masuk ruangan, Elvina menggandeng tangan Billy terlihat seperti pasangan yang sangat romantis. Ketika Billy sampai didepan pintu gerbang, penjaga membukanya.
Amazing! Malam ini ruangan lantai tiga kediaman keluarga Cashel telah didekorasi sedemikian rupa dan sangat mewah, ruangan ini memang khusus digunakan untuk mengadakan acara pesta-pesta keluarga dengan kapasitas sekitar dua ratus orang. Sebuah lampu task raksasa menggantung ditengah langit-langit ruang, meja untuk para tamu VIP sudah berderet rapi. Billy dan Elvina masuk ke ruangan disambut alunan musik, disusul oleh beberapa tamu undangan dibelakangnya. Billy dan Elvina menempati meja paling depan. Seorang pelayan menghampirinya nya dan menyiapkan gelas wine.
"Selamat Pak Billy,"
Salah satu tamu undangan memberi selamat kepada Billy, dia adalah Alex. Alex merupakan partner Billy selama ini, perusahaannya tidak begitu besar dan bukanlah saingan Billy. Alex sudah beberapa kali bekerja sama dengan Billy untuk pengadaan barang bagi kebutuhan proyek Billy.
"Hai Pak Alex, senang kita bisa bertemu kembali,"
"Iya Pak, saya berharap kita bisa bekerja sama lagi,"
"Oh tentu Pak Alex, saya pasti menghubungi Anda,"
"Terima kasih Pak Billy, kalau begitu saya kembali ke meja,"
Beberapa menit kemudian, Rama menghampiri meja Billy, dan membisikan sesuatu, suara musik disana sangat keras sehingga Rama harus lebih dekat ketika bicara.
"Bos, Pimpinan dari Golden hadir saat ini, beliau sudah ada dibawah,"
"Wah bagus kalau begitu, sambut dia dan langsung bawa kesini,"
"Baik Bos,"
Rama langsung pergi melaksakan perintah Billy, Billy kemudian tersenyum, dia senang jika Pihak Golden Grup datang, karena ingin menunjukan kalau dia lebih hebat.
"Kenapa Pa," tanya Elvana.
"Golden grup datang,"
"Bagus dong Pa,"
"Iya, kita akan tunjukan jika kita bisa lebih hebat,"
Beberapa menit kemudian,Rama datang bersama pemilik Golden yang sangat terkenal itu.
"Halo Pak Arman," sapa Billy
"Halo juga Pak Billy, kenalkan ini anak saya,"
"Halo Om, saya Brian,"
"Mari silakan duduk,"
Billy dan Elvina menyalami Arman dan Brian, kemudian mereka duduk satu meja. Meskipun terlihat akrab tetapi pada dasarnya mereka perang dingin, karena persaingan bisnis. Mereka sama-sama ingin menjadi yang terbaik, yang mereka pikirkan hanya uang, uang dan uang, karena prinsip mereka sama, dengan uang bisa mendapatkan segalanya.
"Oh.. jadi Brian kuliah di kampus Harapan juga?" Tanya Elvina.
"Iya Tante," jawab Brian.
"Anak Tante juga kuliah disana,"
"Oh ya, sekarang dia dimana?"
"Dia masih dibawah, sebentar lagi juga kesini,"
Lalu Elvina menyuruh Rama untuk mencari Sherli yang dari tadi tidak kelihatan. Sherli datang dengan memakai gaun merah, langsung menyalami tamu orang tuanya.
"Loh, kamu Brian kan?" Tanya Sherli ketika melihat ke arah Brian.
"Kalian udah saling kenal?" Tanya Elvina.
"Dia ini terkenal dikampus Ma,"
"Wah hebat kamu," puji Elvina.
"Kadang cewek dikampus pada heboh kalau ketemu dia," lanjut Sherli.
"Berarti kamu idola kampus ya?"
"Tidak Tante, Sherli berlebihan,"
"Tidak apa-apa, namanya juga anak muda,"
Mereka kemudian tertawa dan saling ngobrol basa basi segala dibahas.
Acarapun dimulai, beberapa susunan telah dilewati, kini saatnya sambutan dari Billy. Billy kemudian maju ke atas podium, menyambut dan berterima kasih kepada para tamu undangan.
Semangat Billy seolah menggebu-gebu, karena dia merasa bangga bisa berbicara dihadapan semua para tamu istimewa.
Dipertengahan sambutan, Brian merasa bosan dia pamit kepada Arman untuk keluar sebentar. Dia berdiri didekat pintu masuk ruangan dan menyulut rokok sambil mengamati sekelilingnya, dia menikmati beberapa hisapan. Tiba-tiba matanya menangkap sekelebat perempuan dengan gaun merah. "Wanita itu mirip Keysa,"gumamnya, sambil mematikan rokoknya yang belum habis. Brian berjalan menuju penampakan wanita tadi, ternyata penglihatannya benar ada seorang wanita sedang turun melalui tangga, mengangkat gaunnya yang terlalu panjang. "Keysa," Brian memanggilnya sambil memastikan jika penglihatannya tidak salah. " Ya benar itu Keysa," gumamnya sambil terus mengejar wanita itu. "Keysa, tunggu!" Brian terus mengejar hingga dia berhasil meraih tangannya. "Mau lari kemana kamu?"
Menjelang tengah malam, pesta di rumah kediaman Billy pun berakhir, para tamu undangan pergi satu persatu sebelum pesta selesai karena mereka ada kepentingan lain.Sementara itu Keysa sudah berada di kamar nya sejak tadi setelah dia bertemu Brian di dekat tangga, dia hanya menengok sebentar ke ruangan lantai tiga, karena dia tidak begitu tertarik dengan pesta semacam itu. Keysa asyik dengan dunia kecilnya dikamar yang seluruh ruangannya didominasi warna hijau muda, warna kesukaan Keysa. Keysa sedang asyik mendengarkan musik memakai earphone sambil rebahan diatas tempat tidur menghadap ke arah luar kamar, dia tidak menyadari kehadiran Sherli. Pintunya sedikit terbuka sehingga Sherli dengan mudah masuk tanpa harus mengetuk pintu."Oh my God!" Keysa terkejut ketika Sherli tiba-tiba menepuk bahunya. Melihat ekspresi Keysa, Sherli hanya tertawa seolah itu lucu..
Keysa turun dari mobil, namun sebelum masuk ke rumah, dia melihat sepertinya ada tamu yang datang, tapi siapa? Pikir Keysa, karena tak biasanya Billy atau Elvina menerima tamu kecuali ada perayaan. Kalau ada pertemuan penting biasanya mereka akan mengadakan pertemuan di luar.Keysa lalu masuk, sampai di ruang tamu, dia disambut oleh Elvina."Itu Keysa baru datang," tunjuk Elvina ke arahnya.Keysa tidak bisa melihat dengan jelas tamu laki-laki yang datang itu, tetapi seolah sangat akrab dengan Elvina, dan seolah dia tahu bahwa Keysa tinggal di rumah itu."Ayo Key kesini," ajak Elvina.Sherli yang sejak tadi duduk disana hanya memperhatikan gerak gerik Keysa yang seperti ragu untuk melangkah. Laki-laki itu berdiri dan menoleh ke arah Ke
Brian baru saja sampai di apartemen nya setelah dari rumah keluarga Cashel. Dia melemparkan tas dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia melihat sekeliling langit-langit kamar, seperti sedang memikirkan sesuatu."Rupanya Keysa berasal dari keluarga Cashel, pantesan saja dia tidak mau memberi tahuku,"Brian merogoh sakunya mengambil ponsel, dan melakukan panggilan."Halo Pa," sapa Brian."Ya kenapa Brian?""Papa kapan berangkat ke Hongkong?" Tanya Brian."Besok Papa berangkat, kenapa?""Besok sebelum Papa ke Bandara, ada yang aku ingin sampaikan ke Papa,""Baiklah besok Papa tunggu kamu,"
Selesai mata kuliah terakhir, Sherli langsung keluar dari ruangan menuju koridor tempat dimana sudah janji ketemu dengan Brian. Sherli terlihat wajahnya sangat bahagia, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Brian. Sherli melirik kiri kanan mencari sosok Brian, dari dekat pintu gerbang terlihat Brian melambaikan tangannya. Sherli langsung menghampiri dengan senyumnya yang merekah.Brian dan Sherli kemudian naik ke mobil, Sherli duduk disamping Brian, dia terus memandang kagum ke arah Brian yang sedang fokus menyetir."Kenapa kamu lihat aku terus?""Tidak apa-apa, aku senang bisa jalan sama kamu,""Oh gitu," Brian hanya merespon biasa saja."Kita mau kemana?""Ya maen saj
Hari sudah petang, Sherli dan Brian masih terkapar diatas sofa tanpa sehelai pun kain yang menempel. Lalu perlahan Brian bangun dan memakai pakaiannya."Aku antar kamu pulang ya," ujar Brian setelah melirik jam dinding."Aku masih mau disini," Sherli manja."Nanti Tante Elvina nyari kamu, ayo segera pakai baju kamu,""Ya sudah," ucap Sherli sewot, sambil mengikuti arahan Brian.Sampai di depan gerbang, seorang penjaga berlari membukakan pintu gerbangnya dan menyapa Brian dan Sherli yang baru saja datang."Selamat malam Non,""Papa sama Mama sudah pulang belum?" Tanya Sherli sama penjaga itu."Belum Non,"
Cuaca pagi ini sangat cerah, Bi Imah mengetuk pintu kamar Keysa, lalu dia masuk tanpa menunggu perintah, dia membuka gorden membiarkan matahari masuk mengisi ruang kamar."Non ini sudah siang,""Silau Bi."ucap Keysa sambil menutup wajahnya yang tersorot sinar matahari."Bibi bawakan sarapan,"Keysa lalu menggeliat dan berusaha untuk bangun. Dia lalu melirik jam di dinding.."Masih pagi ini Bi,""Katanya mau olahraga pagi,""Oh iya," Keysa lalu segera ke kamar mandi dan memakai pakaian olahraga lengkap dengan sepatunya. Tak lupa dia mengisi perutnya dengan minuman yang dibawa oleh Bi Imah."Aku pergi dulu," ucap
Keysa dan Keenan meninggalkan area panti asuhan, Keenan mulai mengagumi Keysa, dia tidak menyangka jika masih ada orang sebaik dan secantik Keysa di dunia ini, yang masih peduli dengan orang lain. "Keen, jangan katakan sama siapapun tentang hal ini ya," pinta Keysa. "Baiklah Key, aku janji," Keenan tersenyum ke arah Keysa, dalam hatinya dia sangat senang melihat Keysa, sejak pertama kenalan tadi, Keenan mulai memperhatikan. Namun, ini pertama kalinya mereka bertemu, Keenan tidak mau merusak suasana dan kesan pertamanya dengan Keysa. "Kamu tinggal dimana Keen?" "Hah, kenapa Key?" Keenan pikirannya sedang tidak fokus, dia tidak mendengar dengan jelas apa yang disampaikan Keysa. "Kamu ting