Elvina kembali ke ruangannya, duduk sebentar dan langsung mengambil sebuah tas, lalu dia menyuruh pegawainya untuk memanggil supir, tak lama kendaraannya pun datang.
"Saya pergi, kemungkinan sampai sore,"
"Baik Nyonya," jawab pegawainya.
Elvina masuk kedalam mobil, duduk dibelakang dengan kakinya ditumpang, tak lupa kacamata hitamnya dia gunakan menambah aksen kelas atasnya.
"Ke Klinik tempat biasa," bilangnya sama supir.
"Baik Nyonya,"
Sampailah mereka disebuah klinik kecantikan. Elvina langsung masuk dan disambut hangat oleh pegawai disana.
"Silakan Nyonya," sapa pegawai klinik.
"Saya mau facial sama creambath,"
"Silahkan Nyonya masuk, ruangan sudah siap,"
"Jeng Sarah sama yang lain tidak pernah kesini lagi?" Elvina menggali informasi dari pegawai Klinik yang sedang memijatnya.
"Sudah seminggu tidak ada Nyonya,"
"Pada kemana mereka?"
"Kurang tahu Nyonya,"
"Nanti kalau mereka datang, jangan lupa kasih tahu saya, nanti kamu akan saya kasih bonus," Elvina mencoba mengiming-iming pegawai itu.
"Baik Nyonya terima kasih,"
Klinik kecantikan Amore, tempat langganan Elvina merawat dirinya, disana selalu berkumpul para istri-istri pejabat dan pengusaha juga, bahkan tidak sedikit isu yang beredar dari sana. Elvina banyak sekali mendapat keuntungan terutama informasi penting setelah beberapa kali berkunjung kesana. Tak heran jika Elvina sering pergi ke Klinik Amore, bukan hanya sekedar merawat diri tetapi juga mencari informasi. Namun kali ini Elvina tidak mendapat informasi apapun setelah beberapa jam melakukan perawatan.
"Nyonya tidak mau mencoba yang lain?" Tanya pegawai klinik.
"Lain waktu saja, karena hari ini masih ada urusan,"
"Baik Nyonya, terima kasih sudah mempercayakan klinik kami,"
Elvina keluar sambil terus menggerutu.
"Ngapain juga aku lama-lama disana, kalap tidak mendapat apa-apa, dia kira datang kesini itu cuma sekedar merawat diri,"
Kedatangan Elvina disambut langsung oleh Sam manager Galery.
"Nyonya tadi ada orang yang datang, dia memesan gaun untuk pernikahan," ucap Sam.
"Terus,"
"Dia menitipkan kartu nama ini Nyonya," Sam memberikan sebuah kartu nama.
"Zelline? Kayakny tidak asing namanya,"
"Kenapa Nyonya," tanya Sam.
"Tidak apa-apa, saya hanya mengingat saja, mirip temen saya dulu," ucap Elvina.
"Terus dia tidak bilang apa-apa lagi?"
"Tidak Nyonya, dia hanya pesan supaya Nyonya mau menghubungi nya,"
"Berani sekali dia, nanti saya hubungi," lanjutnya.
"Baik Nyonya,"
Elvina kemudian masuk ke ruangan nya, dia menjatuhkan Tas nya dan disusul oleh tubuhnya. Elvina lalu merogoh tasnya, kemudian dia mengambil ponsel dan menelpon Sam.
"Sam kirim saya laporan hari ini," pintanya.
"Baik Nyonya,"
Elvina lalu menutup kembali telponnya, dan tak lama bunyi pesan masuk, sepertinya itu dari Sam.
Benar sekali, Elvina membuka pesan dari Sam yang berisi laporan hasil penjualan Galery nya hari ini, dan hasilnya cukup memuaskan. Elvina tersenyum dan berulang-ulang melihat angka berderet dilayr ponselnya.
"Hmmm aku bisa liburan ke Paris, atau ke Jepang, Jerman?"
"Enak ternyata jadi orang kaya, gak sia-sia perjuangan ku sampai saat ini, aku bisa menikmati hasilnya,"
Lalu dia membuka beberapa latlyar ponselnya, mencari referensi tempat liburan paling terpopuler didunia saat ini.
"Aku mau ke semua tempat yang belum pernah aku kunjungi,"
"Aahhh senangnya,"
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Ma, kapan Mama pulang?" Tanya Sherli.
"Emang kenapa?"
"Aku bosan sendiri di rumah,"
"Kamu kan bisa maen keluar, ke Mall, atau kemana gitu," jawab Elvina.
"Bosan Ma, kapan aku bisa jalan bareng sama Mama?"
"Kamu tidak usah merengek begitu, kamu mau ikut Mama liburan tidak?"
"Mau Ma, kapan?"
"Nanti kita atur waktunya,"
"Secepatnya ya Ma,"
"Iya, makanya kamu jangan nyuruh Mama pulang, tunggu saja dirumah, Mama masih ada kerjaan,"
"Oke deh Ma,"
Sejak Sherli masih kecil, Elvina memang jarang sekali menghabiskan waktunya untuk Sherli, meskipun bergelimang harta, tetapi ada saatnya seorang anak butuh kasih sayang orang tua, butuh perhatiannya. Itulah yang dialami Sherli, dia selalu merasa kesepian, sejak kecil dia diasuh oleh Baby Sitter. Karena Elvina dan Billy sibuk dengan bisnis nya dan sering keluar Kota, bahkan keluar negeri. Kadang bukan hanya sehari atau dua hari bisa dua Minggu atau sebulan. Pernah suatu hari saat umur sepuluh tahun Sherli marah karena pada saat ulang tahun, kedua orang tuanya tidak hadir, dia mengurung diri didalam kamar selama beberapa hari, namun waktu itu Keysa mencoba menenangkan hati Sherli, merayunya dan mengajaknya bermain ditaman, sambil merayakan ulang tahunnya dengan seluruh pegawai dirumah. Sherli akhirnya bisa tersenyum dan sangat bahagia waktu itu meskipun Billy dan Elvina tidak hadir.
Billy dan Elvina tidak merasa bersalah sedikitpun ketika mereka kembali ke rumah. Dan seolah semuanya baik-baik saja setelah melihat Sherli ceria kembali.
Brian Alexander, pria yang tidak begitu tampan, tetapi memiliki wajah yang menarik membuat para wanita dikampus sangat tergila-gila padanya. Sebagai pewaris perusahaan Golden satu-satunya Brian merasa hidupnya sudah sempurna namun sangat membosankan. Segala hal sudah pernah ia lakukan, semua keinginannya selalu terpenuhi. Kuliah baginya hanya formalitas saja untuk menunjang bisnisnya. Setelah dari kampus, Brian biasa mengajak teman dekatnya Jack, Andrew dan Pras mampir ke tempat Billiar atau Bar. Meskipun di dalam Apartemen nya sendiri ada fasilitas semua itu. Tinggal disebuah Apartemen mewah dengan fasilitas lengkap bukanlah hal istimewa bagi Brian, jika dibandingkan dengan seluruh harta kekayaannya yang melimpah. Tetapi semua itu kebahagian semu baginya, yang dia butuhkan adalah keluarganya. Brian selalu dimanjakan dengan uang, pernah suatu saat ada kejadian dimana dia memukul teman sekolahnya dan melemparnya dengan batu hingga kepala korb
Billy beserta asistennya Rama turun dari mobil didepan pintu sebuah gedung, sementara dua bodyguardnya menggunakan mobil lain menyusul dibelakangnya. Dia memakai stelan jas warna hitam dengan aksesoris kacamata hitamnya. Karpet merah digelar sepanjang koridor menuju ruangan. Billy disambut hangat para penjaga gedung itu. "Malam Bos," sapa penjaga. Billy hanya mengangguk dan langsung menuju ruangan. Meja VIP atas namanya telah disiapkan oleh panitia acara. Billy langsung menuju mejanya ditemani Rama, sementara para bodyguardnya menunggu dibarisan belakang. Acara pelelangan proyek Rumah sakit dimulai. Para peserta tender dari beberapa perusahaan telah hadir, mereka mempersiapkan materi untuk dipresentasikan guna untuk menentukan pemenangnya. Satu per satu dari mereka maju kedepan menyampaikan konsep yang akan mereka kerjakan ketika mendapat proyek ini. Rama asisstennya Billy pun mendapat giliran untuk maju kedepan. Sekitar dua puluh perusaha
Pagi ini Billy sudah bersiap untuk menanda tangani kontrak kerjasama proyek pembangunan Rumah Sakit. "Jadi hari ini tanda tangan kontrak Pa?" "Iya jadi dong, kalian siap-siap saja buat nanti malam kita pesta," "Ya semua kan sudah diatur sama pegawai kita, aku mau nyari pakaian dulu buat nanti malam," Wajahnya terlihat berseri, langkahnya sangat gagah bak pahlawan yang baru pulang dari medan perang membawa kemenangan. Billy masuk kedalam ruangan yang telah disediakan didampingi Rama. " Terimakasih semua atas kerjasamanya," ucap Billy. "Sama-sama Pak Billy, semoga kerjasama kita akan terus berlanjut," "Nanti malam jangan lupa untuk hadir ditempat saya, saya mengadakan acara kecil-kecilan, sebagai ajang untuk kita kumpul saja," ucapnya dengan gaya sedikit sombong. "Terima kasih undangannya Pak Billy, kami pasti usahakan hadir," "Kalau begitu, saya pamit dulu karena masih ada yang harus saya kerjakan,"
Dipertengahan sambutan, Brian merasa bosan dia pamit kepada Arman untuk keluar sebentar. Dia berdiri didekat pintu masuk ruangan dan menyulut rokok sambil mengamati sekelilingnya, dia menikmati beberapa hisapan. Tiba-tiba matanya menangkap sekelebat perempuan dengan gaun merah. "Wanita itu mirip Keysa,"gumamnya, sambil mematikan rokoknya yang belum habis. Brian berjalan menuju penampakan wanita tadi, ternyata penglihatannya benar ada seorang wanita sedang turun melalui tangga, mengangkat gaunnya yang terlalu panjang. "Keysa," Brian memanggilnya sambil memastikan jika penglihatannya tidak salah. " Ya benar itu Keysa," gumamnya sambil terus mengejar wanita itu. "Keysa, tunggu!" Brian terus mengejar hingga dia berhasil meraih tangannya. "Mau lari kemana kamu?"
Menjelang tengah malam, pesta di rumah kediaman Billy pun berakhir, para tamu undangan pergi satu persatu sebelum pesta selesai karena mereka ada kepentingan lain.Sementara itu Keysa sudah berada di kamar nya sejak tadi setelah dia bertemu Brian di dekat tangga, dia hanya menengok sebentar ke ruangan lantai tiga, karena dia tidak begitu tertarik dengan pesta semacam itu. Keysa asyik dengan dunia kecilnya dikamar yang seluruh ruangannya didominasi warna hijau muda, warna kesukaan Keysa. Keysa sedang asyik mendengarkan musik memakai earphone sambil rebahan diatas tempat tidur menghadap ke arah luar kamar, dia tidak menyadari kehadiran Sherli. Pintunya sedikit terbuka sehingga Sherli dengan mudah masuk tanpa harus mengetuk pintu."Oh my God!" Keysa terkejut ketika Sherli tiba-tiba menepuk bahunya. Melihat ekspresi Keysa, Sherli hanya tertawa seolah itu lucu..
Keysa turun dari mobil, namun sebelum masuk ke rumah, dia melihat sepertinya ada tamu yang datang, tapi siapa? Pikir Keysa, karena tak biasanya Billy atau Elvina menerima tamu kecuali ada perayaan. Kalau ada pertemuan penting biasanya mereka akan mengadakan pertemuan di luar.Keysa lalu masuk, sampai di ruang tamu, dia disambut oleh Elvina."Itu Keysa baru datang," tunjuk Elvina ke arahnya.Keysa tidak bisa melihat dengan jelas tamu laki-laki yang datang itu, tetapi seolah sangat akrab dengan Elvina, dan seolah dia tahu bahwa Keysa tinggal di rumah itu."Ayo Key kesini," ajak Elvina.Sherli yang sejak tadi duduk disana hanya memperhatikan gerak gerik Keysa yang seperti ragu untuk melangkah. Laki-laki itu berdiri dan menoleh ke arah Ke
Brian baru saja sampai di apartemen nya setelah dari rumah keluarga Cashel. Dia melemparkan tas dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia melihat sekeliling langit-langit kamar, seperti sedang memikirkan sesuatu."Rupanya Keysa berasal dari keluarga Cashel, pantesan saja dia tidak mau memberi tahuku,"Brian merogoh sakunya mengambil ponsel, dan melakukan panggilan."Halo Pa," sapa Brian."Ya kenapa Brian?""Papa kapan berangkat ke Hongkong?" Tanya Brian."Besok Papa berangkat, kenapa?""Besok sebelum Papa ke Bandara, ada yang aku ingin sampaikan ke Papa,""Baiklah besok Papa tunggu kamu,"
Selesai mata kuliah terakhir, Sherli langsung keluar dari ruangan menuju koridor tempat dimana sudah janji ketemu dengan Brian. Sherli terlihat wajahnya sangat bahagia, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Brian. Sherli melirik kiri kanan mencari sosok Brian, dari dekat pintu gerbang terlihat Brian melambaikan tangannya. Sherli langsung menghampiri dengan senyumnya yang merekah.Brian dan Sherli kemudian naik ke mobil, Sherli duduk disamping Brian, dia terus memandang kagum ke arah Brian yang sedang fokus menyetir."Kenapa kamu lihat aku terus?""Tidak apa-apa, aku senang bisa jalan sama kamu,""Oh gitu," Brian hanya merespon biasa saja."Kita mau kemana?""Ya maen saj
Keysa sedikit gemetar ketika dia melihat pria tampan di depannya, dengan pikiran yang terus berkecamuk. "Yakin kamu tidak mengenaliku?" Tanya Pria itu. Keysa hanya menggelengkan kepala. Keysa melihat ke sekeliling ruangan memperhatikan satu per satu orang yang dan di sana, tetapi semuanya bergeming. Mungkin semua orang yang ada disini berada dalam perintah lelaki yang kini dihadapannya. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah benda dari dalam pakaiannya, sebuah kalung. Kerja mengamati kalung itu, persis dengan yang dipakainya. Lalu Keysa pun mengeluarkan kalung itu dari balik pakaiannya. "Kau?" Keysa berusaha mengucapkan sebuah nama, tetapi dia takut jika orang yang dihadapannya bukanlah orang yang dimaksud. "Sudah ingat sekarang?" Tanya lelaki itu. "Aku tidak yakin," "Siapa yang kau pikirkan? Katakan," tanya lelaki itu penasaran. "Percuma juga disebutkan, kamu mungkin tidak mengenalnya," "Coba saja," "Danish," Keysa terdiam sejenak, lidahnya terasa menyebutkan nama itu. "D
Keesokan harinya.Keysa akhirnya luluh, dia mengikuti apa yang diminta oleh Nathan. Dia menunggu apapun yang akan terjadi kedepannya. Namun Keysa yakin ada sesuatu dibalik semua ini, tapi apa? "Kenapa misteri ini begitu panjang sehingga aku sulit menemukan jawabannya?" Keysa mengeluh, sambil duduk termenung sendiri di dalam kamar.Menjelang malam, beberapa kendaraan berdatangan, Keysa mengintip dari balik tirai, tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang yang baru saja datang di rumah itu, karena suasana diluar begitu gelap."Siapa mereka, dan ada urusan mereka datang kesini," Keysa hendak keluar dari kamar, namun ternyata pintunya dikunci dari luar. "Sial, aku terkurung disini," ucapnya, tubuh Keysa terkulai kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya ke pintu.
Pagi hari, suara kicauan burung terdengar dari celah kamar. Keysa menggeliat seiring dengan geliat mentari pagi yang berusaha masuk ke dalam kamar. Keysa menatap langit langitnya, dia baru ingat jika semalam bersama Nathan. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar."Oh rupanya aku di rumah ini," Keysa masih ingat suasana rumah yang pernah dia datangi dulu.Kemudian dia perlahan mencari sosok Nathan ke arah ruang tengah, namun Nathan tidak ditemukan. Keysa kembali berjalan menuju pantry, tak kunjung menemukannya juga. Keysa kemudian duduk di sofa ruang tengah, memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.Suara pintu rumah terdengar ada yang membuka, Keysa menoleh ke arah pintu dan muncul Nathan dengan membawa beberapa kantong sayuran dan segala kebutuhannya.
Setelah beberapa bulan magang di kantor Keenan, kini Kesya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, begitu juga dengan Rere. Mereka sama-sama mendapat nilai yang sangat memuaskan."Selamat ya Key," ucap Rere ketika mereka berada di kampus, mengambil surat kelulusan."Kamu juga Re," balas Keysa, kemudian mereka saling berpelukan erat. "Mulai detik ini pertarungan kita dimulai, masa depan kita ada didepan, kita harus berjuang Re," lanjut Keysa."Apa yang akan kamu lakukan sekarang Key," tanya Rere.Keysa melepaskan pelukannya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya ke dinding di depan ruangan Dosen. "Entahlah Re, aku ikuti arus saja," Keysa menghela nafas."Gimana kalau kita liburan?"
Siapa Sarah?" Ekspresi wajah Elvina berubah, yang awalnya terlihat bergairah, kini mengernyitkan dahi. Pernyataan Elvina sontak membuat Billy diam sejenak. Kemudian dia mengangkat tubuhnya dan berbaring disamping Elvina yang memandangnya aneh sambil menunggu jawaban.Billy yang awalnya begitu bersemangat, tiba-tiba kehilangan gairahnya, meskipun yang dipikirkan saat itu dia bersama Sarah.Sudah sejak lama dia tidak memiliki hasrat untuk bercumbu dengan Elvina, karena memang dia tidak begitu mencintai Elvina sejak awal menikah, ditambah lagi karena Elvina yang tidak begitu memperhatikannya, yang ada dipikiran Elvina uang dan bersenang-senang diluar."Kamu salah dengar," Billy akhirnya membuka suara. Dia mengutuk dirinya kenapa sampai menyebutkan nama itu.
Kabar mengenai musibah kebakaran itu menyebar ke semua rekan pengusaha, hingga beritanya muncul di media sosial. Billy maupun Elvina sangat terpukul dengan kejadian itu, apalagi ketika mereka mendapat kabar jika pihak asuransi tidak bersedia untuk mengeluarkan sedikitpun dana untuk mengganti kerugian perusahaannya."Sial!" Teriak Billy sambil membanting sesuatu yang ada didekatnya. "Bagaimana pihak asuransi tidak mau menanggung semua ini, sudah jelas ini semua murni, tanpa sengaja kebakaran, kamu pikir siapa yang sengaja membakar semua ini?" Billy memandang tajam ke arah Rama yang baru saja melaporkan terkait informasi dari pihak asuransi."Maaf Bos, informasinya mereka ada bukti bahwa itu bukan murni kebakaran," ucap Rama dengan kepala tertunduk."Bukti apa yang mereka temukan di lokasi?"
Pagi harinya Elvina terlihat sudah bangun, Sherli mengucek matanya yang masih merasa ngantuk. "Mama sudah bangun?" "Papa mu mana? Bagaimana keadaan disana?" Elvina langsung meluncurkan beberapa pertanyaan. "Mama sebaiknya tenang dulu, biarlah itu semua Papa yang urus," ucap Sherli berusaha menenangkan. "Mama harus melihatnya kesana," Elvina berusaha bangkit dari tempat tidur, tetapi Sherli segera menahannya. Keysa memicingkan matanya yang terlihat sangat mengantuk, namun telinganya mendengar obrolan Elvina dan Sherli. Dia langsung bangkit dari sofa. "Tante sebaiknya disini saja, biarkan Om Billy yang atur semua, jangan sampai Om Billy mala
Imah keluar dari kamar Keysa, dia langsung menuju kamarnya dan mencari sesuatu di dalam lemari pakaian, dan tak lama Imah mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran kecil, kotak itu sepertinya sudah lama berada di dalam lemari pakaian Imah.Imah mencari sesuatu dan akhirnya dia terlihat bibirnya tersenyum dan memegang selembar foto anak kecil.Tapi kemudian wajah Imah berubah sayu, dia seperti mengkhawatirkan sesuatu.'Apa aku ceritakan saja sama Non Keysa ya?'Beberapa detik Imah terdiam, dia sedang mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya sekarang.Imah kemudian bergegas keluar dari kamarnya, dan kembali menuju kamar Keysa. Dia langsung disambut Keysa di depan pintu, Keysa dengan cepat m
Semua pandangan keluarga Cashel diruangan itu tertuju pada sepasang suami istri yang baru saja datang dan berdiri di hadapan mereka."Sarah?" Elvina yang pertama kali mengeluarkan suara dan memanggil nama Sarah yang sedang berdiri dengan senyumnya yang terlihat sedikit menggoda, ya... dia sedikit menggoda Billy yang terkejut juga ketika melihatnya, Sarah melirik Billy dan dia cukup paham sikap Billy yang sedikit panik. Sarah begitu senang karena berhasil membuat Elvina dan yang lainnya terkejut. "Hai Elvina," jawab Sarah santai.Sarah dan Febri kemudian menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya. Elvina terlihat enggan menerima uluran tangan Sarah, selama ini Elvina merasa tersaingi oleh Sarah. Billy dan Sherli pun terlihat biasa saja menyambut kedatangan mereka. Tetapi Keysa dia mengerutkan dahinya, dia merasa pernah bertemu dengan Sarah, tapi Keysa lu