Beranda / Romansa / 30 Days Girlfriend / 113 Sampai Satu Suara

Share

113 Sampai Satu Suara

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Loh kamu udah pulang, Rhe? Gimana ibu-ibu di sana? Pada ngerti kan setelah kamu ajari beberapa hari?"

Rhea tersenyum sambil mengangguk. Di antara kegiatannya akhir-akhir ini, bisa dibilang permintaan Aditama untuk mengajarkan sedikit ilmu akuntansi, atau lebih tepatnya pembukuan sederhana kepada beberapa orang yang memiliki usaha rumahan, adalah hal yang paling berfaedah.

Rhea memang datang ke Dieng, ke rumah Aditama, setelah ia berhasil menghindari Naren di Malang. Semula ia hanya ingin menghubungi kakek Naren itu via telepon, untuk membicarakan masalah ruko di Bintaro yang tidak ingin dikelolanya lagi. Bagaimana pun harus ada orang yang menggantikannya mengawasi finishing interior ruko yang dirombak menjadi coffee shop itu.

Tapi Aditama tidak menerimanya begitu saja. Ia meminta Rhea untuk bertemu langsung dan mendiskusikan semuanya.

Rhea yang saat itu tengah berada dalam perjalanan ke Surabaya, akhirnya mengalah dan mengubah tujuannya ke Wonosobo. Toh dia memang tidak punya tujuan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Selvy
Gaskeun ren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • 30 Days Girlfriend   114 Aku Akan Pakaikan Lagi di Jari Manismu

    "Mas! Aku serius! Lepasin! Mau ngomong nggak? Kakek pasti nggak main-main," ucap Rhea dengan tegas, yang berhasil membuat Naren melepaskan dekapannya."Kamu masih mau manggil aku 'Mas'?" tanya Naren yang dilanjutkan dengan senyumannya."Ya terus aku harus manggil apa? Pak Naren? Atau Pak Direktur?" Rhea kemudian melangkah menuju sofa letter L yang ada di sudut ruangan.Baru beberapa langkah Rhea berjalan, ia merasakan tangannya ditarik dengan menghentak, cukup untuk membuatnya berbalik dan kembali ke dalam dekapan Naren."Apaan sih, Mas?""Bentar aja. Please. Rasanya aku masih belum percaya bisa meluk kamu lagi," ujar Naren sambil menahan punggung Rhea karena wanita itu masih saja berontak."Ralat. Bisa maksa meluk." Rhea akhirnya menghentikan aksinya mendorong Naren yang tentu saja gagal."Iya, terserah kamu." Setelah merasakan Rhea berhenti memberontak, Naren mengusap punggung Rhea pelan. "Maafin aku ya.""Lepasin dulu. Aku mau kita bicara dulu."Meski berat untuk Naren melepaskan p

  • 30 Days Girlfriend   115 Kamu Masa Depanku

    "Mas." Rhea menghela napas. "Aku serius waktu balikin cincin ke kamu. Aku nggak main-main atau cuma gertak sambal," ucap Rhea lirih. Walau ia ingat tangannya bergetar saat menitipkan cincin itu kepada Leny. Ada bagian dari dirinya yang hancur. Ia hanya berharap keputusannya bukan diambilnya karena rasa emosi dan amarah.Ucapan Rhea itu membuat hati Naren terasa ngilu. Sejujurnya, ia memang sempat berpikir kalau Rhea hanya sedang emosi saat itu.Melihat Naren masih terdiam, Rhea melanjutkan perkataannya. "Aku ... kayaknya nggak kuat—"“Rheee." Naren menyela kalimat Rhea dengan cepat karena tidak sanggup mendengar kelanjutannya. "Waktu itu kamu lagi emosi, Sayang."Rhea menatap Naren yang terlihat kalut. "Aku mikir berhari-hari sampai akhirnya aku minta Leny buat balikin ke kamu.""Kamu lagi marah sama aku waktu itu. Aku nggak pernah mikirin cewek lain termasuk Zanna sebagai masa depanku, Rhe. Kamu masa depanku. Aku cintanya sama kamu."Keduanya bertatapan, seolah mencari sedikit saja k

  • 30 Days Girlfriend   116 Aku yang Akan menikahimu, Bukan Laki-Laki Lain

    "Rhe.""Apalagi, Mas?" Sudah beberapa kali Rhea mulai memejamkan mata dan Naren selalu saja mengganggunya."Jangan pergi lagi. Nggak apa-apa kalo kamu masih perlu waktu buat mikir. Tapi ... please jangan pergi lagi," pinta Naren."Memangnya kenapa kalo aku pergi?""Kan udah kubilang, aku kehilangan arah.""Oh ya? Tapi buktinya kamu masih bisa nyusul ke Karimunjawa sama ke Malang. Ngganggu liburan orang aja," sahut Rhea masih sambil memejamkan mata.Naren membuka mulut namun mengatupkannya kembali. Andai Rhea bisa melihat ekspresi Naren saat ini."Ya karena tujuanku kamu."Rhea tercekat, tidak tahu harus menjawab apa. "Udah tidur sana, Mas. Kamu baru nyampe hari ini kan.""Rhe, aku masih kangen."Tidak terdengar sahutan dari Rhea, pun napasnya sudah terlihat teratur.Naren mendekat ke arah Rhea, lalu mengecup keningnya.Rhea yang belum benar-benar terlelap, menyadari saat Naren mengecup keningnya, tapi ia memilih diam dan tetap memejamkan matanya."I love you, Rhe."Bisikan Naren di de

  • 30 Days Girlfriend   117 Keluar dari Kurungan

    "Kamu masih ngambek?"Rhea melirik kesal ke arah lelaki lanjut usia—dengan penampilannya masih mirip lelaki paruh baya—yang duduk di kursi paling ujung, menandakan dia lah pemimpin di sana."Bisa-bisanya Kakek ngurung aku sama laki-laki di ruangan tertutup." Rhea merajuk mirip seorang cucu yang marah pada kakeknya sendiri."Tapi Naren nggak ngapa-ngapain kamu kan?" tanya Aditama penasaran sambil menatap keduanya bergantian.Rhea menelan ludah, ia ingin menjawab ‘tidak’, tapi ...."Kalo maksud Kakek kami kebablasan …, nggak, Kek, tenang aja," jawab Naren diplomatis.Aditama mendengkus, ia sudah mengenal bagaimana karakter Naren dan kepiawaiannya bersilat lidah. Pasti ada yang terjadi dengan mereka berdua, entah itu apa, tapi yang jelas mereka masih bisa menahan gejolak pada diri mereka."Aku mau balik ke Jakarta," ucap Rhea masih dengan bersungut-sungut."Loh, kamu belum kelar kok natar ibu-ibu itu. Nanti mereka nyariin kamu. Tuntasin dulu ngajarin mereka.""Iya, Rhe. Nggak usah keburu

  • 30 Days Girlfriend   118 Kembali ke Tempatnya

    "Besok aku anter ya. Ke Amigos kan?" tanya Naren sebelum benar-benar pamit dari hadapan Rhea.Sebelum kembali ke Jakarta, keduanya (lagi-lagi) adu mulut untuk menentukan moda transportasi yang akan mereka gunakan. Naren meminta Rhea untuk naik mobil saja dengannya, sementara Rhea ingin menyelesaikan perjalanannya menggunakan transportasi umum.Setelah perdebatan yang hampir memakan waktu setengah hari itu, akhirnya Naren mengalah, menuruti permintaan Rhea untuk naik bus menuju Purwokerto dan lanjut menggunakan kereta."Masuk gih, istirahat, udah jam dua malem. Masih ada waktu istirahat." Naren melihat jam tangannya yang menunjuk angka dua.Tiba-tiba Rhea mengulas senyum. "Capek? Sekali-kali keluar dari zona nyaman enak kan?"Naren mengacak rambut Rhea. "Iya, udah lama juga nggak naik kereta. Gara-gara kamu, semua kendaraan udah kunaikin, sampe pesawat twin otter."Rhea hampir saja terbahak kalau tidak ingat hari itu sudah sangat larut, dan tawanya bisa saja membuat orang lain takut."

  • 30 Days Girlfriend   119 Laki-Laki Pendendam

    "Boleh gabung?" tanya Naren.Ketiga wanita itu terkesiap dan menatap Naren dengan ekspresi tegang.Rhea yang pertama kali bisa menguasai keadaan lantas berdiri dan menyapa Naren yang juga masih berdiri sambil menatap kedua wanita yang kini menunduk."Kok ke sini nggak bilang?" tanya Rhea mencoba santai."Tadinya mau ngasih kejutan, tapi aku yang kayaknya malah dapet kejutan."Rhea baru berniat mengajak Naren untuk duduk di meja lain, saat tiba-tiba Naren menarik kursi yang ada di samping Rhea dan duduk begitu saja tanpa meminta persetujuan dua wanita yang ada di depannya."Siang, Pak.""Hmm." Naren kemudian mengetukkan jarinya di meja, yang membuat kedua wanita itu semakin gelisah.Rhea menghela napas. "Kamu mau dipesenin makan apa? Biar dibeliin keluar sama Diki.""Orderin online aja, Yang. Kasihan Diki kalo mesti keluar, lagi rame kan siang-siang gini.""Ok. Mau pesen apa?" Rhea lantas membuka ponselnya dan mengutak-atik layarnya."Terserah kamu. Apa pun yang kamu pesenin aku makan.

  • 30 Days Girlfriend   120 Pamit

    Naren menatap ponselnya dengan gamang, setelah beberapa kali mendapat telepon dari orang yang sama, dan sedari tadi telah diabaikannya. Ia tidak ingin mengganggu makan malamnya bersama Rhea.Rhea yang asik menonton series kesukaannya di ruang tengah rumah Naren, sambil sesekali menyuap makanan yang ada di piringnya, lantas menatap ponsel Naren yang terus saja bergetar dan sedikit banyak memecah konsentrasinya."Mas, itu hpnya diangkat sih. Dari tadi loh. Siapa sih?""Biarin aja.""Siapa tau penting. Kalo nggak penting, nggak mungkin dari tadi telepon nggak berhenti.""Dari papanya Zanna. Biarin aja," ucap Naren yang kembali melanjutkan makannya.Rhea terdiam setelah mendengar siapa penelepon yang sudah berkali-kali menghubungi Naren.Dan setelah kesekian kalinya ponsel Naren berdering kembali, Rhea menatap Naren dengan sungguh-sungguh. "Angkat, Mas. Takutnya penting."Mengikuti permintaan Rhea, dengan berat hati Naren meraih ponselnya dan menyentuh tanda hijau untuk berbicara dengan o

  • 30 Days Girlfriend   121 Siapa Tamu yang Bikin Kamu Frustrasi?

    "Yang, siang ketemu WO ya," ucap Naren melalui sambungan telepon. Padahal ia baru saja tiba di kantor setelah mengantar Rhea ke Amigos, tapi saat berjalan dari parkiran ke ruangannya ia masih menyempatkan diri untuk menghubungi Rhea."Ok. Bisa whatsapp aja kali, Mas.""Emangnya nggak boleh denger suaramu?""Lebay banget!"Naren terkekeh mendengar gerutuan Rhea. "Ketemu di Amigos aja ya, biar kamu nggak repot ke mana-mana.""Iya, terserah kamu. Kalo kamu udah bilang gitu juga bakal susah banget kan dinegonya," sahut Rhea pasrah.Siang itu, sesuai permintaan Naren, Rhea menunggu kedatangan Adisty, personal assistant wedding planner yang mengurus segala persiapan pernikahan mereka. Naren yang masih terjebak meeting dengan salah satu klien terpaksa hadir lebih lambat dari perjanjian mereka."Siang, Rhe."Setelah beberapa kali bertemu, dan tahu kalau mereka seumuran, Rhea dan Adisty menjadi lebih dekat dengan mencoba menanggalkan embel-embel panggilan di antara mereka."Siang, Dis. Duh, th

Bab terbaru

  • 30 Days Girlfriend   164 Extra Part (Sesak Napas)

    “Dek.” Rhea menatap anak bungsunya yang terlihat pucat. “Kenapa, Dek?”Yara menunjuk ke dadanya, ditambah dengan suara napasnya yang tersendat.Dengan panik, Rhea menghubungi Ega untuk mendapatkan pertolongan pertama untuk Yara.Syukurnya, dalam beberapa dering, Ega langung mengangkat sambungan telepon dari Rhea.“Ga. Yara, Ga.”“Kenapa, Rhe? Yara kenapa? Ceritain kondisinya.”“Dia lagi main di deket kolam renang, kucingnya dia kepleset masuk ke kolam renang, Yara ketakutan, trus nangis, sekarang dia pucet banget, napasnya mengi. Aku mesti gimana?”“Bikin Yara duduk tegak, arahin Yara buat narik napas panjang, berulang-ulang sampai normal lagi. Abis itu, kalo udah mulai normal, kasih air anget ya. Aku on the way ke sana.”Rhea memutus sambungan telepon, kemudian melakukan apa yang disarankan Ega. “Dek, ikutin Mama ya. Tarik napas ….”***Mobil Naren memasuki pelataran rumahnya bertepatan dengan sebuah mobil sedan hitam keluar. Dengan penasaran, Naren bertanya kepada security rumahnya.

  • 30 Days Girlfriend   163 Extra Part (Persidangan untuk Ervin)

    Aileen dan Ervin masuk ke dalam rumah sambil terbahak membicarakan uang jajan Ervin yang habis karena harus menyuap semua teman sekelasnya demi melindungi ia yang bolos setengah jam pelajaran olahraga.“Lagian pake cabut.” Aileen puas tertawa.Sedari kecil mereka sadar kalau kondisi keluarga mereka jauh di atas rata-rata. Mereka hidup berkecukupan. Apa yang mereka mau sebenarnya bisa dituruti orang tua mereka, tapi orang tua mereka memilih untuk tidak melakukannya.Sejak kelas 1 SMP mereka masing-masing diberikan uang saku per minggu. Hal itu sudah berlangsung sejak era Aileen, sekarang Ervin, dan mungkin nanti hingga Yara.Dan saat itu masih hari selasa, ketika Ervin menghabiskan jatah seminggunya.“Gantiin kek, Kak. Aku kan bantuin Kakak.”“Enak aja. Nggak ada yang minta bantuan kok,” sahut Aileen cuek, walau tentu saja Aileen tidak akan membiarkan Ervin gigit jari di sekolah karena kehabisan uang jajan.“Ck! Uang tabunganku buat beli PS, Kak.”“Pilih game apa pilih makan di kantin?

  • 30 Days Girlfriend   162 Extra Part (Pelindung)

    “Vin, kakak lo dipepet sama kakak kelas di deket gudang buat nyimpen alat olahraga.”Saat itu Ervin masih duduk di kelas 1 SMP ketika mendapat laporan dari temannya. Usianya yang hanya berbeda lima belas bulan dengan kakaknya membuat mereka bersekolah di tempat yang sama, beda satu tingkat.Aileen duduk di kelas 3 SMP dan … memiliki musuh bertebaran. Ervin tidak kaget lagi untuk satu hal ini. Ucapan kakaknya yang sepedas cabe dan kegalakan kakaknya yang mengalahkan satpam komplek, tentu saja membuatnya memiliki banyak musuh, baik dari makhluk berjenis kelamin perempuan, maupun lawan jenis.“Cewek apa cowok yang mepet kakak gue?” Karen Ervin yakin kakaknya itu mampu kalau hanya mengatasi sekumpulan gadis puber yang biasa melabraknya karena gebetan mereka naksir berat dengan Aileen dan segala keangkuhannya.“Cowok, dua orang.”Ervin langsung melemparkan bola basket yang sedang ia mainkan. Kelasnya memang sedang ada jam perlajaran olahraga, karena itu ia bingung kenapa kakaknya bisa dipe

  • 30 Days Girlfriend   161 Extra Part (Hilangnya Aileen)

    "Ibu ... Neng Aileen, Bu."Ucapan dari ujung sambungan telepon itu membuat Rhea langsung tersadar bahwa ada yang tidak beres dengan anaknya."Aileen kenapa, Mbak?" tanya Rhea kepada baby sitter yang biasa menjemput anak-anaknya saat ia tidak bisa menjemput. Seperti kali ini Rhea terpaksa meminta baby sitter untuk menjemput Aileen dan Ervin karena Yara sedang sakit."Neng Aileen nggak ada di sekolahannya."Jantung Rhea serasa mencelos saat mendengarnya. "Mbak udah nanya ke temen-temennya? Ke gurunya?""Sudah, Bu. Ini sekolahan udah hampir sepi, tapi nggak ada yang tau Neng Aileen di mana.""Ervin gimana?" tanya Rhea berusaha menutupi paniknya."Mas Ervin sudah di mobil, Bu.""Kamu minta supir pulang nganter Ervin ya. Kamu di situ dulu, cari di sekitaran sekolah, tanya sama temen-temennya, saya langsung jalan ke sana.""Iya, Bu."Rhea menghela napas, mencoba menenangkan diri walau rasanya sulit. Setelah menitipkan Yara yang sedang demam pada baby sitter, Rhea segera berlari, mengambil k

  • 30 Days Girlfriend   160 Extra Part (Tempat Duduk Aileen Callia Candra)

    "Ya ampun Nareeen, kamu tu nggak bisa nahan apa gimana sih? Kasihan kan Aileen masih nyusu, terus sekarang Rhea isi lagi. Mana kemaren pas Aileen kan operasi. Cek ke dokter, pastiin ini bahaya apa nggak."Pukulan bertubi-tubi dan ocehan panjang lebar didapatkan Naren dari tantenya yang langsung terbang ke Jakarta saat mendengar kabar Rhea hamil (lagi).Sementara Naren yang menjadi bulan-bulanan tantenya hanya tersenyum bangga, bukannya merasa bersalah. "Udah ke dokter kok, Mi. Biar rumahnya rame."Adila menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan kesal. Kemudian ia mendekat ke sisi Rhea yang sedang menyusui Aileen di atas kasur, yang kadang terkikik mendengar perdebatan unfaedah suami dan tantenya."Rhea lagi pengen sesuatu nggak?""Pengen gelato, Mi.""Naren, tuh denger, Rhea pengen gelato.""Di mana, Sayang? Biar Mas cariin."Rhea menggeleng. "Nggak tau aku."Adila mencebik kesal melihat Naren hanya garuk-garuk kepala. "Udah sana, cari aja di google di mana gelato terenak se-Jakar

  • 30 Days Girlfriend   159 Ending

    "Sayang ...." Naren terdiam sesaat. Sebenarnya ia masih ragu untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya."Kenapa?" Rhea menjawab sambil lalu karena dia juga sedang berkutat memakaikan baju Aileen yang baru saja dimandikan.Sudah seminggu mereka tinggal di kediaman Candra. Rumah itu memang tidak ada yang menempati setelah Aditama pindah ke Dieng dan Adityo memilih tinggal sendiri di rumahnya. Aditama sendiri belum tega menjual atau menyewakan rumah itu. Karenanya, Aditama benar-benar memohon kepada cucu dan cucu menantunya itu agar menempati kediaman keluarga mereka, tidak perlu lagi mencari rumah.Naren mendekat, sambil menowel pipi Aileen dengan gemasnya, mencoba berbicara dengan istrinya. Biasanya mood Rhea lebih bagus kalau Aileen sedang tidak rewel. "Aku nggak tau terlalu cepet atau nggak aku ngomong gini. Tapi kayaknya mulai kita perlu pikirin. Kamu ... setelah ini mau berhenti ngurus Amigos atau gimana?"Rhea melirik suaminya sekilas, tapi kemudian perhatiannya kembali

  • 30 Days Girlfriend   158 Kado untuk Aileen

    “Mau kubantuin?” tanya Naren saat melihat istrinya berjalan tertatih menuju kamar mandi.Hari itu Rhea baru saja keluar dari rumah sakit. Dia sudah bisa berjalan tanpa bantuan, tapi memang harus pelan-pelan karena jahitannya masih terasa sakit. Naren mengambil cuti dadakan setelah kelahiran Aileen dan setia menemani Rhea dalam masa pemulihan sambil mencoba mengurus Aileen, walaupun masih terlihat sangat canggung.“Bisa sendiri kok, jagain Aileen aja. Nanti kalo nangis dan kamu nggak bisa nenangin, panggil Mama aja, Mas. Aku agak lama kayaknya di kamar mandi.”Naren mengangguk. “Nggak usah dikunci pintunya, kalo butuh bantuan, teriak aja.”“Iya.”Mereka memang tinggal di rumah orang tua Rhea untuk sementara. Seperti umumnya seorang wanita yang baru melahirkan, Rhea juga ingin berada di dekat mamanya untuk mendapatkan perhatian dan bimbingan dari mamanya. Bukan berarti ART di kediaman Candra tidak ada yang mengerti bagaimana mengurus anak, tapi tetap saja menurut Rhea rasanya berbeda de

  • 30 Days Girlfriend   157 Membuatku Utuh

    Tubuh Rhea melemas dan jantungnya mulai berdebar kencang saat menyadari apa yang terjadi padanya.Ia mencoba untuk tenang, walaupun rasanya sangat sulit. Sekarang baru ia tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan orang lain melebihi dirinya sendiri. Ya, dia jauh lebih khawatir pada keadaan janinnya dibanding dirinya sendiri.Rhea lantas meraih ponsel yang ada di atas meja, mencoba menghubungi dokter kandungannya. Untungnya dokter itu mengangkat panggilannya setelah dering ketiga. Rhea menceritakan semuanya, dan setelah sambungan itu berakhir, ia langsung beralih menekan nomor ponsel suaminya.Naren tidak langsung menjawab teleponnya. Memang saat itu belum masuk jam makan siang, jadi mungkin saja suaminya sedang meeting.Di saat Rhea mengatur napasnya untuk menenangkan diri dan agar tidak terdengar panik, Naren pun mengangkat teleponnya."Iya, Sayang?""Mas lagi apa?""Kerja lah. Masa jalan-jalan ke mall?" jawab Naren terkekeh. "Kenapa?""Mas kira-kira kalo ke sini butuh berapa lama?""Hm

  • 30 Days Girlfriend   156 Kelelahan yang Berakibat Fatal

    "Sayang, dua minggu lagi perusahaan ngadain dinner party. Perayaan tiga proyek baru kita."Intro pembicaraan yang membuat Rhea bertanya-tanya, apa yang selanjutnya akan diucapkan suaminya."Aku mau ngajak kamu tapi ... udah deket HPL-mu.""HPL-ku kan masih sebulan lagi, Mas.""Iya tapi kan itu riskan banget, tinggal dua minggu sebelum HPL kan.""Jadi aku nggak diajak?" Bukannya Rhea suka datang ke pesta-pesta. Tapi belakangan ini dia suka resah kalau ditinggal Naren, apalagi saat malam hari."Kamu mau ikut? Beneran nggak apa-apa? Nggak bakal kecapekan?""Mau ikut. Anggep aja terakhir sebelum lahiran. Boleh? Atau kamu malu?"Naren mengusapi puncak kepala istrinya. "Ngomong apa sih? Baper banget sejak hamil. Nggak mungkin aku malu ngajak kamu. Aku cuma beneran takut kamu capek."Rhea tidak menjawab lagi. Ia memberi waktu dan membiarkan suaminya mengambil keputusan."Ya udah, kita booking satu kamar aja buat istirahat kalau kamu kecapekan. Tapi kamu tetep nggak boleh pake heels ya. Aku n

DMCA.com Protection Status