HAPPY READING!!!!
Daripada percuma cuma dikata. Mending sekalian gue lakuin.
*
Gadis itu melangkahkan kakinya dengan santai di tengah lapangan sekolahnya. Berbeda dengan murid-murid lain yang kalau datang melewati koridor kelas. Ia lebih memilih memotong jalan lewat lapangan agar lebih cepat sampai ke kelasnya.
Dia menekan tombol 'PLAY' Pada ponselnya dan mulai terdengar alunan musik yang didengarnya lewat headset yang sedari tadi sudah terpasang di telinganya.
Beberapa murid yang sudah tiba disana hanya melihat dan sesekali berbisik diam-diam saat melihat Ana yang baru saja datang.
'liat dandanannya. Udah kayak laki banget.'
'cuma bedanya, dia pake hijab haha'
'ya... Namanya juga preman sekolah.'
'Suttt! Woy! Kalian mau dihajar sama dia?'
Ana memutar bola matanya malas saat mendengar sedikit bisikan itu dan didalam hatinya ia berkata
'Daripada percuma cuma dikata. Mending sekalian gue lakuin.'
Dia sedikit menoleh ke beberapa murid perempuan yang sedang menggosipkan nya ternyata tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia tersenyum manis dan langsung membuat mereka berlari kalang kabut.
11 IPS 6. Kelas yang ditempati Ana saat ini. Berada di lantai 2 dan bangunan tengah. Tepat didepan ruang guru. Dia masuk kedalam kelasnya dan langsung melangkah kearah kursinya yang berada di pojok paling belakang.
Drrt...drrt..
Sesaat setelah ia mendudukkan dirinya di kursi. Dering ponsel membuatnya berdecak kesal saat sedang asik mendengarkan musik malah diganggu dengan telepon masuk. Ia langsung mengangkatnya setelah melihat nama kontak sang penelpon.
"Ya? Orang sibuk disini."
"...."
"Nape ncing?"
"...."
"Ya."
Tut. Sambungan teleponnya terputus. Ana mengalihkan pandangannya kearah jendela yang berada disebelahnya. Ia sedikit melirik ke arah lain saat merasakan ada seseorang yang memegang pundaknya tiba-tiba.
"Wo-"
BUGH!
Tanpa melihat orang itu, Ana langsung menarik tangannya dan memberi Bogeman mentah ke wajah orang didepannya itu.
"Si- Anj- Alfi goblog! Gue pikir siapa?!" Desis Ana kesal sambil menendang kaki orang bernama Alfi itu. "Udah berapa kali gue bilang? Jangan suka dateng tiba-tiba!"
"Ya.. sorry. Anjir,muka gue! Pagi-pagi dah kena Bogeman aja," Ringisnya.
"Mampus!" Umpat Ana. "Gue paling benci orang yang suka dateng tiba-tiba!" Batinnya.
Alfian Rizaldy seorang Cowok berperawakan kurus tinggi dan berkulit sawo matang. Dan jangan lupa dengan jambulnya yang selalu menjadi kebanggaannya.
Bisa dibilang, dia satu-satunya teman dikelasnya Atau bisa dibilang sahabat dekatnya, entah sejak kapan. Jika orang orang melihat mereka, mungkin mereka disebut-sebut sebagai pasangan. Tapi tidak dengan mereka. Alih-alih terlihat akrab. Mereka justru lebih sering bertengkar.
"Maaf." Kata Alfi.
"Hm."
Alfi duduk ditempatnya. Tepat disebelah Kanan Ana lalu ia menengok ke arah temannya itu dengan terus memperhatikannya.
"Apa sih?!" Ketus Ana.
"Gara-gara Lo nih. Gue hampir telat. Udah gitu, pagi-pagi gue udah kena Bogeman mentah. Bah! Sial bener pagi gue hari ini."
"Nyokap Lo bilang, kalo lo nya masih ngebo. Yaudah gue tinggal. Males kalo harus ke rumah Lo dulu cuma buat bangunin Lo."
(*Note: ngebo= Tidur)
"Parah! Parah! Parah bener tuh emak gue."
Ana mengangkat bahunya gak tau.
"Emak Lo. Bukan emak gue." Katanya yang membuat Alfi menautkan alisnya.
"Gue denger, katanya besok ada film baru di bioskop. Mau nonton?" Tawar Alfi.
"Traktir?"
Alfi mengangguk." Ya. Berhubung gue lagi baik."
"Biar gue liat jadwal dulu."
"Ciaah! Sok sibuk mbak nya." Cibir Alfi membuat Ana tertawa sombong.
"Emang sibuk." Sahutnya dengan nada sombong.
Ana melirik ke arah pintu kelas yang baru saja dimasuki beberapa orang. Ia tersenyum senang saat melihatnya lalu beranjak dari tempatnya.
"Mau kemana Lo?" Tanya Alfi menahan tangan Ana.
"Nagih utang. Kayak biasa." Sahutnya lalu sedikit membungkukkan badannya ke arah Alfi. "Gue pinjem nama Lo." Lanjutnya sembari tersenyum lebar lalu melangkah pergi dari sana menghampiri beberapa orang yang baru saja datang.
PLAK!
Alfi menepuk jidatnya kencang. "mulai lagi dah tuh bocah." Gumamnya
*
Ana berdiri di belakang gadis yang berada didepannya. Dengan terus memasang senyuman diwajahnya, lalu ia memanggil orang didepannya itu.
"Talita." Panggil Ana, tersenyum ramah.
Orang yang dipanggil Talita itu menoleh pelan saat mendengar namanya dipanggil. Dia yang tadinya memasang wajah kesal langsung berubah seketika saat melihat Ana yang berada dibelakangnya sembari tersenyum manis.
"A-ada apa Na?" Sahutnya berusaha Santai dengan tersenyum kaku.
Ana menyodorkan secarik kertas berwarna kuning ke hadapan Talita lalu berkata, "Alfi nitip ini buat Lo. Katanya dia mau ngajak Lo jalan, tapi dianya malu." Bisiknya pelan yang langsung membuat pipi Talita seketika memerah.
Ya, sebenarnya Alfi itu lumayan ganteng. Memang tidak seganteng most wanted yang ada di novel-novel, ataupun film-film. Tapi disini wajah dan auranya dapat menarik perempuan mana pun langsung bisa menyukainya. Kecuali satu, Ana. ><
"Ya-yang bener Lo?" Tanyanya sembari menerima kertas itu yang bertuliskan pesan.
'pulang sekolah, tunggu gue di rooftop' ><
-Fi.
"Bener. Liat tuh," Ana menunjuk ke arah Alfi yang tadinya melihat ke arah mereka langsung membuang wajahnya kearah jendela. "Tuh kan, dia malu-malu."
"Ah! Y-yaudah. Makasih Na!" Ana Tersenyum lebar melihatnya. Ia mengangguk pelan dan berkata. " Gak usah dipikirin." Katanya.
"Nanti juga gue yang bakal Seneng kok," Batin Ana seraya berbalik dan tersenyum miring, kembali ke tempat duduknya.
*
BEL PULANG SEKOLAH BERBUNYI
Ana masih terduduk di kursinya. Ia sedikit melirik saat melihat Talitha yang sedang terburu-buru memasukkan barang-barangnya kedalam tas, lalu melangkah pergi keluar kelas.
"Dah, gue duluan." Ana beranjak dari tempatnya sembari menggendong tasnya disalah satu pundaknya.
"Mau kemana?" Tanya Alfi
"Rumah ncing Ipeh. Biasalah." Alis Alfi bertaut lalu tersenyum miring ke arah Ana. "Yakin? Tuh anak mau Lo apain?"
"Cuma nagih utang doang. Tenang. Nanti gue bilang, gak bawa-bawa nama lo kok." Sahutnya lalu melangkah pergi dari sana
"Nagih utang versi Lo itu serem woy." Batin Alfi lalu beranjak dari tempatnya dan diam-diam mengikuti Ana dari belakang.
*
Ana berhenti sebentar dan masuk kedalam toilet perempuan. Setelah selesai, seseorang dengan Hoodie hitam bergambar elang dan tengkorak dibelakangnya.
Saat tiba didepan pintu rooftop. Orang itu mengangkat kupluk Hoodienya dan memakai topeng yang berada ditangannya. "Udah lama ya?" Batinnya. Lalu membuka pintu didepannya.
Talita menengok saat mendengar suara pintu rooftop yang dibuka. Ia memasang wajah kaget dan takut saat melihat orang yang datang ternyata bukan orang yang diharapkannya. "L-lo siapa?"
"Saya manusia," sahut Orang itu enteng.
"Ma-maksud gue, Lo siapa? Emang kita kenal?" Cicit Talita.
"Mungkin saja,"
"Ma-mau apa, Lo..?!"
"Santai aja. Saya cuma mau nagih hutang kamu." Jawab orang itu dengan suara yang membuat Talita bingung karena tidak mengenalinya SMA sekali.
*
-TO BE CONTINUE-
HAPPY READING!!!'Gak usah ngelarang. Kalo Lo Sendiri gak suka dilarang-larang.'*Orang itu mulai melangkah maju. Sedangkan Talita terus mundur sampai ke tepi rooftop dan hampir saja terjatuh kalau bukan ditahan dengan orang yang tidak dikenalnya itu."Tenanglah. Jangan kesini. Nanti kau jatuh terus mati, itu sangat merepotkan nantinya. Duduk saja." Katanya dengan bahasa baku menyuruh Talita duduk di sofa usang yang berada disana. Mau tak mau Talita menurutinya dan duduk disofa itu.Orang itu berjongkok dihadapan Talita. Dengan tangan yang dilapisi sarung tangan lateks berwarna hitam, ia memegang tangan Talita dan mengelusnya lembut. "Tanganmu sungguh lembut sekali nona. Apa tangan ini digunakan untuk berbuat hal jahat seperti membully orang lemah?" Tanyanya lalu menggenggam tangan Talita erat sampai merintih kesakitan.Orang itu tersenyum dibalik topeng yan
HAPPY READING!!!'Kita semua sama. Gak ada yang dibeda-bedain! Ngerti?'*"MAKSUD LO APA HAH?!" Teriak Ana Langsung mencengkeram kerah baju Kafi."Mereka tau. Tapi bonyok Lo enggak. Santai dikit Napa." Kekehnya."Lo ngasih tau mereka?" Tanya Ana."Domino. Lo tau perkumpulan itu?" Tanya balik Kafi."Perkumpulan? Perkumpulan apaan itu?""Febriana Aurelie. Seorang leader. Atau pendiri dari Domino yang baru aja dibentuk satu tahun yang lalu. Perkumpulan yang suka membantu masyarakat dan juga kadang membuat masalah. Dan yang dikira orang-orang semua anggota itu cowok. Ternyata leadernya itu cewek. Lo tertutup sama orang lain. Tapi Lo terbuka dengan anggota Lo, dengan bilang kalo Lo itu cewek." Ujar Kafi panjang lebar."Lah? Apaan njir? Udah kayak cerita novel aja?" Tawanya pelan.&nb
HAPPY READING!!!*Tok.... Tok...tok..Pintu rumah diketuk. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berhijab yang membukakan pintunya."Ananya kecapean nih Tan. Biasa." Kata Zeldan menunjuk ke arah Ana yang berada dipunggung Jidan."Langsung bawa masuk ke kamarnya aja." Suruh Okta mempersilahkan semua remaja itu masuk kedalam rumahnya.Setelah membaringkan Ana di kasurnya, Jidan keluar dari kamar temannya itu dengan menutup pintu kamarnya perlahan dan melangkah menghampiri teman-temannya yang lain sedang menunggu di ruang tamu."Tidur dia?" Jidan mengangguk menyahutinya.Mereka semua berkumpul diruang tamu. Sembari menonton dan memakan cemilan-cemilan yang disediakan. Atau lebih tepatnya, mereka ngambil sendiri tanpa perlu disuruh.Beberapa menit kemudian. Pintu kamar
HAPPY READING!!!Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.*Ana mengerem Motor Vespa putih kesayangannya itu saat sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.Tin...tin..Ana membunyikan klakson Motornya sampai penjaga sekolah keluar berada di posnya. "Mang, bukain gerbangnya mang!" Teriak Ana yang membuat beberapa orang yang juga telat disana melihat kearahnya."Neng Ana lagi?" Gumam penjaga sekolah itu menggaruk kepalanya. "Saya gak bisa bukain gerbangnya. Tunggu aja Bu Wenda kesini. Tunggu bareng yang lainnya tuh," Lanjutnya sembari menunjuk ke beberapa orang yang juga telat sepertinya."Urgent nih mang. Gak bisa nunggu, saya." Desak Ana."Gak bisa." Kekeuh penjaga gerbang itu.
HAPPY READING!!!!"Gak usah liat-liat gue. Ganggu!"*"Ana, Pesen makan." Suruh Kafi, yang membuat Ana baru saja mau duduk di kursi kantin, Langsung merengut kesal menatapnya."Gue--""Sut... Anak kecil gak usah banyak bacot. Pesen sana." Potong Alfi cepat yang membuat Ana tambah kesal saat melihat sifat tengilnya."Awas Lo Fi!" Ancam Ana tajam. Orang yang diancamnya itu hanya tersenyum meledek kearahnya"Jidan, Edan. Temenin." Pinta Ana dengan memasang wajah memelas kehadap dua orang kembar yang justru menghiraukannya dan asik mengobrol."Oh.. gitu?! Biarin aja. Gue pesen buat gue sendiri. Males. Awas aja pada minta!" Putus Ana lalu pergi dari sana. Lalu disambut gelak tawa
HAPPY READING!!!"Saya suka kok,"*"EGAS?" Panggil Ana yang menghentikan langkahnya."Ya." Sahut Egas singkat.Ana mendekat kearah Egas yang berada didepannya. Ia mendekatkan telinganya ke arah lelaki itu. Dia tersenyum miring lalu menatap kearah lelaki dihadapannya itu. "Lo bohong." Katanya enteng."Bohong?" Gumam Egas."Ini. Lo pasti tau. Ini obat maag." Kata Ana menunjuk ke obat hijau kecil yang berada ditangannya. "Tapi gue tau, Lo mau minum ini bukan karena lo sakit maag." Tebaknya."Enggak " elak Egas."Lo gak sakit maag. Tapi Lo Laper! Makanya Lo mau minum obat itu biar Lo tahan kalo g
HAPPY READING!!!'Gue baru sehari kenal sama dia 'kan, ya?'*MEREKA menyelesaikan makannya. Mamah Ana membereskan piring-piring kotor, sedangkan Ana, Nata dan Egas masih duduk diam di ruang makan.Ana yang merasa bosan pun memainkan ponselnya dengan meletakkan kepalanya diatas meja makan. Yang secara tidak langsung kepalanya menghadap ke arah Egas yang duduk disebelahnya.Drrt....drrt...Ponsel Ana berdering yang membuatnya seketika terkejut dan mendengus kesal saat melihat nama kontak di layar ponselnya.ALFI 🤡 CALLING..."apaan?" Sewot Ana."Lah, situ yang sewot. Kemana Lo woy?" Sahut Alfi yang membu
HAPPY READING!!!'Besok Ana kesini lagi kok, pak.'»«PEREMPUAN berhijab itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan Cengiran lebar diwajahnya saat berhadapan dengan sang mamah yang sudah menunggunya sedari tadi."Dari mana aja, hm?" Tanya mamahnya menatap kearah Ana sembari bersedekap dada."A--""Udah. Marahnya dilanjut nanti. Sekarang jadi pergi gak?" Potong Papahnya sebelum Ana menyelesaikan ucapannya."Kamu ke kamar, Ganti baju." Titah Mamahnya."Asiap!" Ana segera berlari masuk kedalam kamarnya.»«Setelah mencabuti rumput-rumput liar yang