Share

02

Penulis: _Gaguna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy reading!!!

Lebih baik sendiri, dibanding harus berteman dengan Fake Friend yang hanya mencari keuntungan saat berteman.

*

"A— aih! Udah pulang mah?" Ana  tersentak kaget saat baru saja membuka pintu rumah langsung terlihat Okta—mamahnya yang sedang menunggunya dengan berkacak pinggang dan menatapnya datar.

Okta menurunkan tangannya dan menghela nafasnya panjang. "Udah malem, dari Mana aja?" Tanyanya.

Ana mengangkat kantong belanjaan ditangannya, "beli jajan." Sahutnya sembari terkekeh.

"Udah sana, masuk kamar. Besok sekolah kan?"

"Iya." Balasnya. "Oh iya mah, papah udah pulang?" Tanyanya.

"Udah, lagi ada di ruang kerjanya. Gangguin sana!" Ana tersenyum jahil lalu  mengangkat tangannya hormat ke arah Okta "Siap Bupol!" Katanya

*

Ana membuka perlahan pintu didepannya lalu ia masuk kedalamnya. "Hayo! Yang pulang gak bilang-bilang!" Candanya berpura-pura marah. Menampakkan dirinya dari balik pintu.

"Coklatnya udah ada di dalem kulkas." Sahut Nata— Papahnya. Ana Tersenyum lebar saat mendengarnya dan melangkah ke sofa yang berada tak jauh dari tempatnya. 

"Good job!" Ana mengacungkan jempolnya ke arah Nata.

"Gak ada akhlak emang nih anak." Batinnya.

"Oh iya, pah." Panggil Ana.

"Ada Apa, hm?"

"Tadi aku ketemu temen satu sekolah, mereka mau balapan di depan jalan sana. Aku Panggil mereka, Terus, pas ngeliat aku merekanya kayak ketakutan terus langsung kabur." Ujarnya. 

Nata terkekeh pelan mendengarnya, dengan terus fokus ke berkas di hadapannya, ia berkata. "Gimana gak takut? Orang 1/4 murid di sekolah, kamu hajar semua?" 

"Ya... Itu sih salah mereka, lagian ganggu aku pas lagi badmood."

"Udah sana ke kamar. Tidur,"

" temen aku masih punya utang sama aku." Katanya.

"Utang berapa? Ikhlasin aja,"

Ana menggeleng. "Gak bisa, soalnya aku udah bilang kalo dia ngutang dan harus dibayar. Papah kan tau, aku gak pernah main-main sama ucapanku?" Dia tersenyum lebar setelah mengucapkannya.

Nata menatap serius anaknya sambungnya yang berada didepannya ini. "Iya. Terserah. Asal jangan macem-macem. Ngerti?" Ana mengangguk menyahutinya.

"Udah sana ke kamar. Tidur," Ulang Nata

"Oke!" Ana beranjak dari tempatnya dan melangkah pergi menuju kamarnya.

"Ada apa lagi?" Tanya Nata tanpa menengok saat mendengar suara pintu ruangan kerjanya kembali dibuka.

"Ada apaan? Emang ada apaan lagi?" Sahut Okta yang datang dengan membawa segelas kopi panas untuk Nata.

"Oh, aku kirain Ana." Perempuan berhijab itu meletakkan kopinya di sebelah Nata lalu duduk di kursi yang berada di sebelahnya.

"Emang kenapa sama Ana?"

"Dia cerita ketemu sama temen-temen sekolahnya terus pada ketakutan pas ngeliat dia."

"Oh, kirain apa."

"Si monyet emang ajarannya nih. Anak gue diajarin berantem, buset." Gumam Okta yang masih dapat di dengar Nata.

"Bela diri juga penting kan. Seenggaknya berguna buat Ana jaga dirinya sendiri." Ujar Nata menumpu dagunya dan menatap ke arah istrinya saat ini.

"Ya." Cuma..... Oh iya! Lusa aku libur. Jalan-jalan yuk!" 

"Berdua aja, Hm?" Okta menggeleng.

"Sama yang lain. Mau kan?"

Nata mengangguk menyetujuinya "iya." Katanya seraya menyeruput kopi yang dibawakan istrinya itu.

*

Buat kalian yang belum tahu, Ana. Febriana Aurelie. Seorang anak perempuan yang terkenal di sekolahnya. Ia dikenal sebagai preman sekolah setelah kejadian ia memukuli 1/4 murid dan itulah yang membuatnya entah ditakuti atau disegani? Padahal sebenarnya, ia hanya murid biasa. Tidak terlalu pintar dan juga tidak terlalu bodoh. Ia juga memiliki sisi lemah dan ketakutan yang sama sekali orang lain tidak tau apa itu.

Dia tipe orang yang lebih suka menyendiri. Bukan susah untuk memiliki teman, hanya saja dianya yang memang tidak ingin. Lebih baik sendiri dibanding harus berteman dengan Fake Friend yang hanya mencari keuntungan saat berteman dengannya.

Di sebuah kamar bernuansa putih, terlihat banyak poster-poster anime yang tertempel di dinding dan  rak-rak yang penuh dengan buku. Ana masih meringkuk diatas kasurnya sembari memeluk guling yang berada di dekapannya saat ini. Ia menutup telinganya saat mendengar pintu kamarnya yang terus diketuk.

Tok ...tok..tok...

"Ana bangun! Udah siang!" Teriak mamahnya dari depan pintu.

"5 menit lagi," Gumamnya.

'CEKLEK'

Terdengar suara knop pintu, lalu pintu kamarnya terbuka. "Ana bangun! Udah siang! Sekolah!" 

"5 menit lagi mah!" Rengek Ana.

"Bangun!"

"...."

"Febriana Aurelie! Bangun gak? Atau semua coklat kamu mamah buang, hm?" Ana menggerutu dan terpaksa bangun dari tidurnya.

"Mamah mah ngancem Mulu,"

"Biarin."

"Biarin, nanti aku buang semua poster sama novel-novelnya." Ucap Ana menirukan ucapan mamahnya.

Mamahnya berkacak pinggang. " Oh, udah berani, hm? Sampe kamu buang beneran, gak mamah kasih uang jajan setahun!" Mamahnya melangkah pergi dari kamarnya.

"SADIS. MAMAH MAH GITU! JANGAN LAH!" Ana menggerutu kesal.

"BANGUN! MANDI, NYARAP, ABIS ITU SEKOLAH! NGERTI?" Balas mamahnya berteriak dari luar.

"NGERTI!"

*

Ana memakan sarapannya dengan tenang. Tak jauh dari tempatnya, ada Nata yang juga sedang memakan sarapannya sembari melihat berkas-berkas yang sama sekali tidak diketahuinya apa itu?  Ia melirik ke arah mamahnya yang baru saja keluar dari kamar dengan memakai seragamnya lengkap dan menenteng jaket biru dilengannya.

"Kerja?" Tanya Ana pelan membuat mamahnya lantas menoleh kearahnya.

"Iya." Balas Mamanya.

"Mamah kapan berhenti kerjanya? Aku bosen dirumah sendirian kalo mamah sama papah lagi kerja." Keluh Ana dengan wajah cemberut.

Okta dan Nata saling lirik lalu tersenyum dan memeluk anaknya itu. "Nanti. Tapi belum tau kapan," 

"Yaudah. Selama mamah seneng waktu kerjanya," Ana tersenyum lebar lalu melanjutkan  makannya.

"Besok mamah kamu libur. Mau—"

"Mau ke makam bapak. Boleh?" Potong Ana cepat dengan mata berbinar.

"Boleh." Balas Nata dan Okta bersamaan.

"Kadang aku mikir. Aku mau ketemu sama bapak secara langsung, bukan cuma liat di foto doang,"

Nata yang mengerti perasaan anaknya itu tersenyum lalu mengelus lembut kepalanya. "Besok kita ke sana."

"Ya." Ana beranjak dari duduknya lalu mengambil tasnya yang disampirkan di kursi. Lalu memakai rompi jeans dengan banyak tempelan dan kata-kata yang tertempel disana. " Yaudah, aku berangkat sekolah dulu."

"Ya."

"Mau bawa motor atau bareng papah?"

"Bawa motor aja."

"Headset bawa?" Tanya Okta memastikan.

"Bawa."

"Handban dipake?"

"Pake." Ana mengangkat tangan kirinya yang memakai handban hitam milik bapaknya dulu. 

"Aku berangkat," Ana menyalami tangan mamah dan Papahnya Secara bergantian lalu melangkah pelan keluar rumah. "Ass—"

"Kalo kamu mau denger suara bapak kamu. Nanti mamah kasih," Ujar mamahnya saat Ana mulai menghilang dari balik pintu. Namun dengan kilat, Ana kembali berlari ke hadapannya dengan wajah senang. "Serius ada? Mana? Aku mau denger," pintanya.

PLETAK!

Mamahnya menyentil jidatnya lalu berkata, " Tapi nanti. Kalo kamu udah gede."

"Ih! Aku kan udah gede." 

"Udah sana berangkat, nanti telat loh." Peringat Nata yang masih terduduk di kursi meja makan.

"Siap!" Sahut Ana. " Janji loh ya bupol!" Lanjutnya lalu berlari keluar rumah. Dan tak lama kemudian suara motor yang dikendarai Ana sudah melesat pergi dari halaman rumah.

*

—TO BE CONTINUE—

Komen (1)
goodnovel comment avatar
No Ine
ceritanya sangat bagus, dan sangat menghibur buat kita yng sdang dalm fase nga baik gitu... tapi ceritanya kadang bikin kesel tau, kdang nga nybung
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • 23.14   03

    HAPPY READING!!!! Daripada percuma cuma dikata. Mending sekalian gue lakuin. * Gadis itu melangkahkan kakinya dengan santai di tengah lapangan sekolahnya. Berbeda dengan murid-murid lain yang kalau datang melewati koridor kelas. Ia lebih memilih memotong jalan lewat lapangan agar lebih cepat sampai ke kelasnya. Dia menekan tombol 'PLAY' Pada ponselnya dan mulai terdengar alunan musik yang didengarnya lewat headset yang sedari tadi sudah terpasang di telinganya. Beberapa murid yang sudah tiba disana hanya melihat dan sesekali berbisik diam-diam saat melihat Ana yang baru saja datang. 'liat dandanannya. Udah kayak laki banget.' 'cuma bedanya, dia pake hijab haha' 'ya... Namanya juga preman sekolah.' 'Suttt! Woy! Kalian mau dihajar sama dia?' Ana memutar bola

  • 23.14   04

    HAPPY READING!!!'Gak usah ngelarang. Kalo Lo Sendiri gak suka dilarang-larang.'*Orang itu mulai melangkah maju. Sedangkan Talita terus mundur sampai ke tepi rooftop dan hampir saja terjatuh kalau bukan ditahan dengan orang yang tidak dikenalnya itu."Tenanglah. Jangan kesini. Nanti kau jatuh terus mati, itu sangat merepotkan nantinya. Duduk saja." Katanya dengan bahasa baku menyuruh Talita duduk di sofa usang yang berada disana. Mau tak mau Talita menurutinya dan duduk disofa itu.Orang itu berjongkok dihadapan Talita. Dengan tangan yang dilapisi sarung tangan lateks berwarna hitam, ia memegang tangan Talita dan mengelusnya lembut. "Tanganmu sungguh lembut sekali nona. Apa tangan ini digunakan untuk berbuat hal jahat seperti membully orang lemah?" Tanyanya lalu menggenggam tangan Talita erat sampai merintih kesakitan.Orang itu tersenyum dibalik topeng yan

  • 23.14   05

    HAPPY READING!!!'Kita semua sama. Gak ada yang dibeda-bedain! Ngerti?'*"MAKSUD LO APA HAH?!" Teriak Ana Langsung mencengkeram kerah baju Kafi."Mereka tau. Tapi bonyok Lo enggak. Santai dikit Napa." Kekehnya."Lo ngasih tau mereka?" Tanya Ana."Domino. Lo tau perkumpulan itu?" Tanya balik Kafi."Perkumpulan? Perkumpulan apaan itu?""Febriana Aurelie. Seorang leader. Atau pendiri dari Domino yang baru aja dibentuk satu tahun yang lalu. Perkumpulan yang suka membantu masyarakat dan juga kadang membuat masalah. Dan yang dikira orang-orang semua anggota itu cowok. Ternyata leadernya itu cewek. Lo tertutup sama orang lain. Tapi Lo terbuka dengan anggota Lo, dengan bilang kalo Lo itu cewek." Ujar Kafi panjang lebar."Lah? Apaan njir? Udah kayak cerita novel aja?" Tawanya pelan.&nb

  • 23.14   06

    HAPPY READING!!!*Tok.... Tok...tok..Pintu rumah diketuk. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berhijab yang membukakan pintunya."Ananya kecapean nih Tan. Biasa." Kata Zeldan menunjuk ke arah Ana yang berada dipunggung Jidan."Langsung bawa masuk ke kamarnya aja." Suruh Okta mempersilahkan semua remaja itu masuk kedalam rumahnya.Setelah membaringkan Ana di kasurnya, Jidan keluar dari kamar temannya itu dengan menutup pintu kamarnya perlahan dan melangkah menghampiri teman-temannya yang lain sedang menunggu di ruang tamu."Tidur dia?" Jidan mengangguk menyahutinya.Mereka semua berkumpul diruang tamu. Sembari menonton dan memakan cemilan-cemilan yang disediakan. Atau lebih tepatnya, mereka ngambil sendiri tanpa perlu disuruh.Beberapa menit kemudian. Pintu kamar

  • 23.14   07

    HAPPY READING!!!Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.*Ana mengerem Motor Vespa putih kesayangannya itu saat sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.Tin...tin..Ana membunyikan klakson Motornya sampai penjaga sekolah keluar berada di posnya. "Mang, bukain gerbangnya mang!" Teriak Ana yang membuat beberapa orang yang juga telat disana melihat kearahnya."Neng Ana lagi?" Gumam penjaga sekolah itu menggaruk kepalanya. "Saya gak bisa bukain gerbangnya. Tunggu aja Bu Wenda kesini. Tunggu bareng yang lainnya tuh," Lanjutnya sembari menunjuk ke beberapa orang yang juga telat sepertinya."Urgent nih mang. Gak bisa nunggu, saya." Desak Ana."Gak bisa." Kekeuh penjaga gerbang itu.

  • 23.14   08

    HAPPY READING!!!!"Gak usah liat-liat gue. Ganggu!"*"Ana, Pesen makan." Suruh Kafi, yang membuat Ana baru saja mau duduk di kursi kantin, Langsung merengut kesal menatapnya."Gue--""Sut... Anak kecil gak usah banyak bacot. Pesen sana." Potong Alfi cepat yang membuat Ana tambah kesal saat melihat sifat tengilnya."Awas Lo Fi!" Ancam Ana tajam. Orang yang diancamnya itu hanya tersenyum meledek kearahnya"Jidan, Edan. Temenin." Pinta Ana dengan memasang wajah memelas kehadap dua orang kembar yang justru menghiraukannya dan asik mengobrol."Oh.. gitu?! Biarin aja. Gue pesen buat gue sendiri. Males. Awas aja pada minta!" Putus Ana lalu pergi dari sana. Lalu disambut gelak tawa

  • 23.14   09

    HAPPY READING!!!"Saya suka kok,"*"EGAS?" Panggil Ana yang menghentikan langkahnya."Ya." Sahut Egas singkat.Ana mendekat kearah Egas yang berada didepannya. Ia mendekatkan telinganya ke arah lelaki itu. Dia tersenyum miring lalu menatap kearah lelaki dihadapannya itu. "Lo bohong." Katanya enteng."Bohong?" Gumam Egas."Ini. Lo pasti tau. Ini obat maag." Kata Ana menunjuk ke obat hijau kecil yang berada ditangannya. "Tapi gue tau, Lo mau minum ini bukan karena lo sakit maag." Tebaknya."Enggak " elak Egas."Lo gak sakit maag. Tapi Lo Laper! Makanya Lo mau minum obat itu biar Lo tahan kalo g

  • 23.14   10

    HAPPY READING!!!'Gue baru sehari kenal sama dia 'kan, ya?'*MEREKA menyelesaikan makannya. Mamah Ana membereskan piring-piring kotor, sedangkan Ana, Nata dan Egas masih duduk diam di ruang makan.Ana yang merasa bosan pun memainkan ponselnya dengan meletakkan kepalanya diatas meja makan. Yang secara tidak langsung kepalanya menghadap ke arah Egas yang duduk disebelahnya.Drrt....drrt...Ponsel Ana berdering yang membuatnya seketika terkejut dan mendengus kesal saat melihat nama kontak di layar ponselnya.ALFI 🤡 CALLING..."apaan?" Sewot Ana."Lah, situ yang sewot. Kemana Lo woy?" Sahut Alfi yang membu

Bab terbaru

  • 23.14   53

    HAPPY READING!!!!"Kamu diam, jangan teriak, sekarang kita pergi dari sini,"★Egas menahan pundak Ana, agar perempuan itu berhenti berjalan,dan kini menatap kearahnya. "are you okey?" tanyanya, khawatir.Ana tersenyum tipis, "im okey," jawabnya."Kesini naik apa?" tanya Egas, lagi."Motor,"Ana berjalan ke arah motornya, kebetulan mereka kini sudah berada di parkiran depan sekolah, Ana segera menaiki motor pespa putih kesayangannya itu, memakai helmnya lalu berpamitan. "Duluan," pamitnya, sebelum ditahan Egas."Yakin bisa? Gak bakal jatuh, kan?" Egas terlihat khawatir. "Kuat, gue duluan, dah," Ana menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, pergi dari area sekolah.★

  • 23.14   52

    HAPPY READING!!!"Lo itu pembunuh, Na," ★Ana mengenakan jaketnya, dan tidak lupa mengambil masker dari laci nakas, memakainya, lalu keluar dari kamar.10.35 WibAna melihat jam di pergelangan tangannya, "huh," ia menghela nafas."Kamu mau kemana, Ana, heum?" tanya mamahnya dari ruang tamu, menghampiri Ana dengan tergesa-gesa. "Kamu masih sakit, masuk kamar lagi sana," suruhnya.Ana tak kunjung menjawab, mamahnya berkacak pinggang dan berkata,"jawab, Febriana Aurelie,"Ana menggaruk kepalanya pelan, lalu nyengir lebar dibalik maskernya kearah mamahnya. "Hehe," cengirnya."Ana mau ke sekolah, ada urusan bentarrrr doang, boleh kan mah?" ijinnya"Gak boleh," jawab mamahnya cepat.A

  • 23.14   51

    HAPPY READING!!!'Ekspektasinya terlalu tinggi'★Ana menengok, kemudian menunjuk dirinya sendiri, seakan berkata, 'ngomong sama gue?'Cowok itu mengangguk, "iya, elo." katanya, menghampiri Ana.Ana mengangkat sebelah alisnya. 'kenapa?'"Thanks buat yang tadi, lain kali pasti bakal gue ganti," ujarnya, tulus. "Gue Indra," Indra mengulurkan tangannya kehadapan Ana."Dia Arka," lanjutnya menunjuk kearah temannya disebelahnya.Ana mengangguk paham. "Santai." hanya kata itu yang keluar dari mulut Ana."Nama Lo?" tanya Arka, membuat Ana menengok kearahnya.Belum juga Ana menjawab, tetesan air hujan sudah lebih dulu jatuh ketanah. Membuat kedua lelaki disana segera melindungi kepala mereka dengan tanga

  • 23.14   50

    HAPPY READING!!!'jelas-jelas berbohong, karena memang kenyataannya tidak seperti yang diucapkannya.'*Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam.Didalam kamarnya, Ana hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, entah ingin melakukan apa, dia sendiri merasa malas melakukan apapun.Sore tadi, setelah acara pemakaman Zidan selesai, Ana langsung pulang kerumah. Walaupun hanya bisa melihat dari kejauhan, dia sudah merasa cukup. Karena tak ingin membuat keributan karena Zeldan tak ingin ia ada disana, Ana lebih mencari aman."Maafin gue, Dat."batin Ana, lirih."Apa lo marah sama gue, Dat?""Maaf.. maaf... Maaf,"Lagi. Ana lagi-lagi kembali menangis dalam diam. Kembali merasakan sesaknya menahan tangisnya, agar tidak membuat kedua oran

  • 23.14   49

    HAPPY READING!!!'Dia pergi...:»«Anta berlari ke arah salah satu suster yang berjalan keluar dari ruangan operasi, beberapa suster yang lainnya pergi begitu saja dari sana. "Sus," panggilnya."Maaf, ada apa ya?" Tanya susternya."Pasien yang korban kecelakaan, yang tadi dioperasi. Atas nama Zidan Fadlan Albani, dia dimana ya? Gimana keadaannya?" Tanyanya beruntut.Suster itu terdiam, lalu menjawab. "Korban kecelakaan kereta tadi sore?" Mereka semua yang ada diantara mengangguk."Korban sudah dibawa ke ruang jenazah,ti—"Zeldan maju dengan emosi, namun dengan cepat di tahan dengan Kafi dan Alfi disana. "SUSTER KALO MAU BERCANDA JANGAN KELEWATAN, BISA GAK, HAH?!" Bentak Zeldan. "SEKARANG DIMANA ZIDAN! DIMANA KEMBARAN SAYA, HAH?!"emosinya kalut."

  • 23.14   48

    HAPPY READING:):'Dia pasti baik-baik saja.'»«Kembali ke rumah Anta, tepatnya dikamar Anta--tempat semuanya berkumpul kini. Mata Anta dan Kafi tertuju pada Zeldan, saat mendengar ponselnya yang jatuh tiba-tiba ke lantai, dan lelaki itu meringis memegangi kepalanya, yang entah mengapa terasa sangat sakit.Zidan yang tadinya sibuk dengan ponselnya, kini memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, lalu beberapa saat kemudian dia pingsan, membuat kedua temannya disana mulai panik dan berusaha untuk menyadarkannya."Oy, Dan!" Anta yang melihat Zeldan tergeletak di lantai mulai mendekatinya. "Kenapa,Lo?!" Tanyanya, terdengar dari nada suaranya, kalau Lelaki itu kini tengah khawatir, begitu juga dengan Kafi."Jangan bercanda, tolol! Bercandaan Lo gak lucu!" Sambung Kafi.

  • 23.14   47

    HAPPY READING!!!'Jangan tutup mata Lo, oke?'»«Zidan beranjak dari tempatnya sambil terus mengumpati Zeldan yang seenaknya saja menyuruhnya. "Punya kembaran gak ada akhlak emang." Kesalnya."Samanya kayak Lo anjir," sahut Kafi."Ya sama lah bedon! Kan mereka kembar!" Sewot Anta, lalu mengeplak kepala Kafi, kesal."Dahlah!" Zidan mengambil kunci motornya dan berjalan ke pintu. Ana ikut beranjak dari tempatnya menyusul Zidan, dengan Surya mengenakan Jaketnya. "Gue ikut." Pinta Ana."Dih, ngapain Lo?" Heran Zidan. "Disini aja, udah!" Suruhnya."Mau ikut. Bosen gue disini mulu." Sahutnya. "Apalagi sekarang udah sore, langitnya pasti lagi bagus!" Lanjutnya, menarik turunkan alisnya menatap Zidan agar mengijinkannya ikut.Zidan mengangguk pelan, lalu mencu

  • 23.14   46

    HAPPY READING!!!'Heee....'»«Rendy dan Ana kembali ke atas, ketempat semua teman-temannya berkumpul. Disaat mereka melewati salah satu kamar milik anggota Domino yang jaraknya lumayan dekat dengan ruangan bawah tanah, terdengar suara laknat dari dalam kamar yang membuat Rendy langsung menutup kedua telinga Ana dengan tangannya."Ada apaan dah, bang?" Tanya Ana heran.Rendy menggeleng, "gak ada apa-apaan. Udah sana balik. Masalah disini, biar gue yang beresin." Ujarnya, sambil membawa Ana pergi menjauh dari sana sampai tempat teman-temannya berada."Ayo pulang." Ajak Ana menarik tangan Kafi, dan lainnya pun mengikutinya dari belakang.Beberapa saat kemudian.Masih didalam Markas Domino. Rendy duduk santai didepan kamar yang tadi dilewatinya bersamaan Ana, dengan santa

  • 23.14   45

    HAPPY READING!!'Mulut Lo emang ngomong begitu. Tapi dihati Lo lain lagi, kan?'»«Selesai latihan, Ana sedikit menjauh dari teman-temannya, lalu menerima telpon yang masuk ke ponselnya."Ya?""Masalah satu anggota geng Derwis yang Lo tahan waktu itu..." Terdengar suara Rendy disebrang sana"Terus? Dia masih gak mau ngomong?""Ya begitu.. dia masih gak mau ngomong siapa leadernya. Gimana nih?""Biar gue aja. Nanti gue kesana." Ucapnya lalu menutup teleponnya Secara sepihak.Zidan menengok, "Kenapa?" Tanyanya."Gak ada." Jawabnya sambil beranjak dari tempatnya. "Abis ini gue mau ke markas, ada urusan."Egas ikut beranjak dari tempatnya, "gue... Duluan, ada urusan soalnya," pamitnya.

DMCA.com Protection Status