HAPPY READING:):
'Dia pasti baik-baik saja.'
Kembali ke rumah Anta, tepatnya dikamar Anta--tempat semuanya berkumpul kini. Mata Anta dan Kafi tertuju pada Zeldan, saat mendengar ponselnya yang jatuh tiba-tiba ke lantai, dan lelaki itu meringis memegangi kepalanya, yang entah mengapa terasa sangat sakit.
Zidan yang tadinya sibuk dengan ponselnya, kini memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, lalu beberapa saat kemudian dia pingsan, membuat kedua temannya disana mulai panik dan berusaha untuk menyadarkannya.
"Oy, Dan!" Anta yang melihat Zeldan tergeletak di lantai mulai mendekatinya. "Kenapa,Lo?!" Tanyanya, terdengar dari nada suaranya, kalau Lelaki itu kini tengah khawatir, begitu juga dengan Kafi.
"Jangan bercanda, tolol! Bercandaan Lo gak lucu!" Sambung Kafi.
HAPPY READING!!!'Dia pergi...:»«Anta berlari ke arah salah satu suster yang berjalan keluar dari ruangan operasi, beberapa suster yang lainnya pergi begitu saja dari sana. "Sus," panggilnya."Maaf, ada apa ya?" Tanya susternya."Pasien yang korban kecelakaan, yang tadi dioperasi. Atas nama Zidan Fadlan Albani, dia dimana ya? Gimana keadaannya?" Tanyanya beruntut.Suster itu terdiam, lalu menjawab. "Korban kecelakaan kereta tadi sore?" Mereka semua yang ada diantara mengangguk."Korban sudah dibawa ke ruang jenazah,ti—"Zeldan maju dengan emosi, namun dengan cepat di tahan dengan Kafi dan Alfi disana. "SUSTER KALO MAU BERCANDA JANGAN KELEWATAN, BISA GAK, HAH?!" Bentak Zeldan. "SEKARANG DIMANA ZIDAN! DIMANA KEMBARAN SAYA, HAH?!"emosinya kalut."
HAPPY READING!!!'jelas-jelas berbohong, karena memang kenyataannya tidak seperti yang diucapkannya.'*Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam.Didalam kamarnya, Ana hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, entah ingin melakukan apa, dia sendiri merasa malas melakukan apapun.Sore tadi, setelah acara pemakaman Zidan selesai, Ana langsung pulang kerumah. Walaupun hanya bisa melihat dari kejauhan, dia sudah merasa cukup. Karena tak ingin membuat keributan karena Zeldan tak ingin ia ada disana, Ana lebih mencari aman."Maafin gue, Dat."batin Ana, lirih."Apa lo marah sama gue, Dat?""Maaf.. maaf... Maaf,"Lagi. Ana lagi-lagi kembali menangis dalam diam. Kembali merasakan sesaknya menahan tangisnya, agar tidak membuat kedua oran
HAPPY READING!!!'Ekspektasinya terlalu tinggi'★Ana menengok, kemudian menunjuk dirinya sendiri, seakan berkata, 'ngomong sama gue?'Cowok itu mengangguk, "iya, elo." katanya, menghampiri Ana.Ana mengangkat sebelah alisnya. 'kenapa?'"Thanks buat yang tadi, lain kali pasti bakal gue ganti," ujarnya, tulus. "Gue Indra," Indra mengulurkan tangannya kehadapan Ana."Dia Arka," lanjutnya menunjuk kearah temannya disebelahnya.Ana mengangguk paham. "Santai." hanya kata itu yang keluar dari mulut Ana."Nama Lo?" tanya Arka, membuat Ana menengok kearahnya.Belum juga Ana menjawab, tetesan air hujan sudah lebih dulu jatuh ketanah. Membuat kedua lelaki disana segera melindungi kepala mereka dengan tanga
HAPPY READING!!!"Lo itu pembunuh, Na," ★Ana mengenakan jaketnya, dan tidak lupa mengambil masker dari laci nakas, memakainya, lalu keluar dari kamar.10.35 WibAna melihat jam di pergelangan tangannya, "huh," ia menghela nafas."Kamu mau kemana, Ana, heum?" tanya mamahnya dari ruang tamu, menghampiri Ana dengan tergesa-gesa. "Kamu masih sakit, masuk kamar lagi sana," suruhnya.Ana tak kunjung menjawab, mamahnya berkacak pinggang dan berkata,"jawab, Febriana Aurelie,"Ana menggaruk kepalanya pelan, lalu nyengir lebar dibalik maskernya kearah mamahnya. "Hehe," cengirnya."Ana mau ke sekolah, ada urusan bentarrrr doang, boleh kan mah?" ijinnya"Gak boleh," jawab mamahnya cepat.A
HAPPY READING!!!!"Kamu diam, jangan teriak, sekarang kita pergi dari sini,"★Egas menahan pundak Ana, agar perempuan itu berhenti berjalan,dan kini menatap kearahnya. "are you okey?" tanyanya, khawatir.Ana tersenyum tipis, "im okey," jawabnya."Kesini naik apa?" tanya Egas, lagi."Motor,"Ana berjalan ke arah motornya, kebetulan mereka kini sudah berada di parkiran depan sekolah, Ana segera menaiki motor pespa putih kesayangannya itu, memakai helmnya lalu berpamitan. "Duluan," pamitnya, sebelum ditahan Egas."Yakin bisa? Gak bakal jatuh, kan?" Egas terlihat khawatir. "Kuat, gue duluan, dah," Ana menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, pergi dari area sekolah.★
HAPPY READING!!!! "Berani Lo rusak, satu jari Lo gue ambil." * BRUMMM.... BRUMMM.... BRUMMM.... Terdengar suara deru motor dengan knalpot bising saling sahut menyahut. Menggeber gas motornya sampai membuat malam yang seharusnya tenang menjadi ramai. Semua orang yang berada disana melangkah cepat kepinggir jalan untuk menyaksikan dua motor yang sudah berada didepan garis start. Mereka saling sorak-menyoraki dan mendukung jagoannya masing-masing. Dua motor berbeda warna itu dengan masing-masing pengendaranya mulai menyalakan mesin motornya yang membuat penonton di kanan dan kiri semakin bersemangat melihatnya. "Lo liat aja, FA! malam ini, gue yang bakal menang." Kata si pengendara motor berwarna kuning cerah menengok kesebelahnya dan Tersenyum Sinis dibalik helm f
Happy reading!!! Lebih baik sendiri, dibanding harus berteman dengan Fake Friend yang hanya mencari keuntungan saat berteman. * "A— aih! Udah pulang mah?" Ana tersentak kaget saat baru saja membuka pintu rumah langsung terlihat Okta—mamahnya yang sedang menunggunya dengan berkacak pinggang dan menatapnya datar. Okta menurunkan tangannya dan menghela nafasnya panjang. "Udah malem, dari Mana aja?" Tanyanya. Ana mengangkat kantong belanjaan ditangannya, "beli jajan." Sahutnya sembari terkekeh. "Udah sana, masuk kamar. Besok sekolah kan?" "Iya." Balasnya. "Oh iya mah, papah udah pulang?" Tanyanya. "Udah, lagi ada di ruang kerjanya. Gangguin sana!" Ana tersenyum jahil lalu mengangkat tangannya hormat ke arah Okta "Siap Bupol!" Katanya * Ana membuka p
HAPPY READING!!!! Daripada percuma cuma dikata. Mending sekalian gue lakuin. * Gadis itu melangkahkan kakinya dengan santai di tengah lapangan sekolahnya. Berbeda dengan murid-murid lain yang kalau datang melewati koridor kelas. Ia lebih memilih memotong jalan lewat lapangan agar lebih cepat sampai ke kelasnya. Dia menekan tombol 'PLAY' Pada ponselnya dan mulai terdengar alunan musik yang didengarnya lewat headset yang sedari tadi sudah terpasang di telinganya. Beberapa murid yang sudah tiba disana hanya melihat dan sesekali berbisik diam-diam saat melihat Ana yang baru saja datang. 'liat dandanannya. Udah kayak laki banget.' 'cuma bedanya, dia pake hijab haha' 'ya... Namanya juga preman sekolah.' 'Suttt! Woy! Kalian mau dihajar sama dia?' Ana memutar bola