HAPPY READING!!!
'Kita semua sama. Gak ada yang dibeda-bedain! Ngerti?'
*
"MAKSUD LO APA HAH?!" Teriak Ana Langsung mencengkeram kerah baju Kafi.
"Mereka tau. Tapi bonyok Lo enggak. Santai dikit Napa." Kekehnya.
"Lo ngasih tau mereka?" Tanya Ana.
"Domino. Lo tau perkumpulan itu?" Tanya balik Kafi.
"Perkumpulan? Perkumpulan apaan itu?"
"Febriana Aurelie. Seorang leader. Atau pendiri dari Domino yang baru aja dibentuk satu tahun yang lalu. Perkumpulan yang suka membantu masyarakat dan juga kadang membuat masalah. Dan yang dikira orang-orang semua anggota itu cowok. Ternyata leadernya itu cewek. Lo tertutup sama orang lain. Tapi Lo terbuka dengan anggota Lo, dengan bilang kalo Lo itu cewek." Ujar Kafi panjang lebar.
"Lah? Apaan njir? Udah kayak cerita novel aja?" Tawanya pelan.
"Tapi itu bener, kan?" Ana terdiam dan terlihat sedikit ragu untuk menjawabnya. Tak lama, ia mengangguk pelan menyahutinya. "Ya, begitu."
"Lo tau dari mana?" Tanyanya seraya melepaskan cengkraman di kerah baju Kafi.
"Apa Lo lupa, kalo baru aja Nerima tiga anggota baru?" Kafi menengok ke arah Ana dengan Tersenyum sombong. "Salah satu dari mereka, itu gue." Ujarnya.
"Kenapa gak bilang dari awal woy!!!?" Kesal Ana.
"Gue pikir Lo tau." Tawanya.
"Jangan-jangan yang dua orang itu..."
"Ya..."
"JIDAT! EDAN!" Panggil Ana ke dua orang yang sedang merebahkan tubuhnya dibawah pohon rindang tak jauh dari tempatnya berada.
Kedua lelaki kembar itu, saat mendengar teriakan Ana Langsung membuka matanya yang tadinya tertutup dan mendengus kesal mendengarnya.
"APA?" Sahut Keduanya tanpa berniat beranjak dari tempatnya.
"Sini dulu." Sahut Ana.
Zidane Fadlan Albani. Salah satu anak kembar lelaki dari pasangan Ica dan Angga. Jidan, nama panggilannya. Ia memiliki wajah tirus. Rahang yang tegas. Bulu mata pendek dan alisnya yang tipis.
Zeldan Fadlan Albani. Edan, nama panggilannya. Dia juga Kembaran dari Jidan yang beda waktu lahirnya hanya lima belas menit.
Mereka sama persis. Namun yang biasa dilihat orang agar bisa membedakannya adalah. Tinggi badan mereka. Zidane yang memiliki badan tinggi, dan Zeldan yang memiliki badan sedikit lebih pendek dari Jidan. Dan juga wajah mereka. Jika wajah Zidane tirus seperti Angga. Maka, Zeldan memiliki wajah sedikit chubby seperti Ica— Ibunya.
Walaupun malas, mereka tetap beranjak dari tempatnya menghampiri Ana yang sedang menunggu. Daripada mereka dicuekin dalam waktu yang lama, lebih baik mereka mengikuti saja ucapan perempuan itu.
"Apaan?" Tanya mereka bersamaan sambil menguap dan duduk lesehan diatas rumput-rumput disana.
"Kalian gabung ke Domino?" Tanya Ana.
"Domino, kah? Ah iya!" Sahut Jidan masih dengan setengah sadar, sembari menggaruk kepalanya.
Zeldan ikut menggaruk kepalanya dan ia sedikit berpikir saat Ana bertanya. "Domino?" Gumamnya. Dia langsung membuka matanya dan mengeplak belakang kepala kembarannya itu.
PLAK!
"Domino, bego! Ana." Katanya saat baru teringat sesuatu yang penting.
"Ah iya!" Sahut Jidan. "Leader?" Tunjuknya ke arah Ana yang berada didepannya
Ana menghela nafasnya dan menggeleng. "Gue ingetin ke kalian. Disana, gak ada leader-leaderan. Semuanya sama. Gak ada yang dibeda-bedain. Sampe sini paham?"
"Ya."
Ana mengambil tasnya dan Langsung mengubungi nomor seseorang di ponselnya.
Drrt...drrt...
Tak lama berdering, panggilan telepon Langsung diterima.
"Bilang ke anggota yang lain. Batu ataupun lama. Kalo gue itu bukan leader! Kita semua sama. Gak ada yang dibeda-bedain! Ngerti?" Kata Ana Langsung ke intinya. Setelah mengatakan itu, dia langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Gak mau dianggep leader, tapi—" mata Ana melotot tajam saat mendengar gumaman Kafi yang berada disebelahnya. "Apa?" Tanyanya galak.
"Oh ya! Selesai dari sini kita ke—"
"Gak mau. Ngantuk. Mau tidur!" Sahut Ana memotong ucapan Zeldan yang sedang berbicara.
"Tidur mulu. Lagi cosplay jadi kebo, Lo?" Canda Jidan
"Jidat bacot!" Cibir Ana
"Lo—"
"Yok! Semuanya kumpul! Kita mulai latihannya sekarang." Ucap seorang perempuan berhijab yang sudah memakai seragam olahraganya walaupun terlihat jelas perutnya yang membesar karena sedang hamil.
Mereka semu yang ada disana berkumpul dihadapan Ipeh, yang mengajarkan mereka semua teknik bela diri dari dasarnya. Ipeh meregangkan tubuhnya sembari semua yang ada disana berkumpul dihadapannya. Kecuali Alfi dan Anta yang sedang Mabar tak jauh dari tempat mereka berada
"Bumil makin aktif aja,"
"Inget. Diperut ada isinya tuh."
"Kalo tente Ipeh mah perutnya sekarang isinya bayi. Kalo Lo isinya tai."
"Goblog! Haha," tawa mereka semua yang ada disana.
"Tante?" Cibir Ana yang menarik perhatian Ipeh. "Ncing kali," Kekehnya.
"Emangnya. Emak Ama anak sama ae Lo berdua," Kata Ipeh sembari mengelus perutnya.
"Inget. Lagi bunting tuh, Jan gerak-gerak mulu ncing. Takut kenapa-napa." Ucap Ana memperingati.
"Bunting? Dikira gue hewan kali ya?" Gumam Ipeh.
"Udah, udah." Seorang lelaki dengan pakaian santainya datang dari belakang Ipeh dan berdiri tepat disebelahnya.
Aidinal tersenyum kearah istrinya itu dan menunjuk kearah kursi yang berada tak jauh dari tempat mereka berada. "Kamu duduk aja. Mulai hari ini, biar aku aja yang ngelatih mereka." Katanya.
"Yakin?"
"Ya."
Mereka semua yang ada Disana entah sejak kapan sudah duduk dibawah dengan tangan yang menopang dagu melihat kemesraan Aidinal dan Ipeh didepan sana.
"Kapan gue kayak gitu?"
"Mulai... Mulai.."
"Drama pun dimulai bung."
"Udah." Aidinal tersenyum kearah Ipeh yang duduk dan menurutinya agar tak usah melatih keempat remaja yang berada dihadapannya itu. "Bangun! Kita mulai latihannya sekarang!" Katanya dengan Tegas, membuat keempat remaja itu langsung berdiri.
Latihan pun dimulai sampai sore tiba dengan cepat. Keempat remaja itu meluruskan kakinya dan merebahkan tubuh mereka diatas rumput-rumput sembari menatap langit orange yang mulai gelap.
"Kalo udah istirahatnya, terserah kalian mau masuk, makan dulu. Atau langsung pulang ." Kata Ipeh melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
"Baik!"
"Pulang?" Tanya Kafi.
"Pulang!" Sahut mereka semua lalu bangkit dari tidurnya, kecuali Ana yang menutup matanya dengan lengannya.
"Ana! Wey. Mau pulang kagak Lo?" Tanya Zeldan.
"Capek. Mau tidur," Sahut Ana pelan.
"Mau gendong?" Tanya Jidan.
"Hm." Gumam Ana pelan lalu tak lama kemudian ia tertidur saat Jidan menggendongnya dipunggungnya.
"Kebiasaan Lo kalo kecapean. Pasti tidur." Kata Jidan.
Alfi yang baru saja selesai Mabar dengan Anata beranjak dari tempatnya saat melihat Ana yang tertidur dan digendong di punggung Jidan. "Kecapean, dia?" Tanyanya.
"Ya."
"Biar gue anter. Bawa ke mobil gue. Kalian Langsung balik aja." Titah Anta
"Kami ikut!"
"Terserah. Yaudah ayo."
Setelah memasukkan Ana kedalam mobil Anta, mereka semua berpamitan ke Ipeh dan Aidinal yang sedang berdiri didepan pintu.
"Yaudah kita balik. Assalamualaikum."
"Walaikumussalam." Sahut Ipeh dan Aidinal secara bersamaan.
"Aku anter Ana pulang dulu." Kata Anta menyalami tangan Mamah dan bapaknya itu.
"Iya. Hati-hati. Jagain Ananya. Jagan diapa-apain anak orang. Jangan sampe lecet."
"Siap!"
'Lo beruntung... Banyak orang yang sayang sama Lo, Na' Batin Anta Tersenyum senang.
*
—TO BE CONTINUE—
HAPPY READING!!!*Tok.... Tok...tok..Pintu rumah diketuk. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berhijab yang membukakan pintunya."Ananya kecapean nih Tan. Biasa." Kata Zeldan menunjuk ke arah Ana yang berada dipunggung Jidan."Langsung bawa masuk ke kamarnya aja." Suruh Okta mempersilahkan semua remaja itu masuk kedalam rumahnya.Setelah membaringkan Ana di kasurnya, Jidan keluar dari kamar temannya itu dengan menutup pintu kamarnya perlahan dan melangkah menghampiri teman-temannya yang lain sedang menunggu di ruang tamu."Tidur dia?" Jidan mengangguk menyahutinya.Mereka semua berkumpul diruang tamu. Sembari menonton dan memakan cemilan-cemilan yang disediakan. Atau lebih tepatnya, mereka ngambil sendiri tanpa perlu disuruh.Beberapa menit kemudian. Pintu kamar
HAPPY READING!!!Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.*Ana mengerem Motor Vespa putih kesayangannya itu saat sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.Tin...tin..Ana membunyikan klakson Motornya sampai penjaga sekolah keluar berada di posnya. "Mang, bukain gerbangnya mang!" Teriak Ana yang membuat beberapa orang yang juga telat disana melihat kearahnya."Neng Ana lagi?" Gumam penjaga sekolah itu menggaruk kepalanya. "Saya gak bisa bukain gerbangnya. Tunggu aja Bu Wenda kesini. Tunggu bareng yang lainnya tuh," Lanjutnya sembari menunjuk ke beberapa orang yang juga telat sepertinya."Urgent nih mang. Gak bisa nunggu, saya." Desak Ana."Gak bisa." Kekeuh penjaga gerbang itu.
HAPPY READING!!!!"Gak usah liat-liat gue. Ganggu!"*"Ana, Pesen makan." Suruh Kafi, yang membuat Ana baru saja mau duduk di kursi kantin, Langsung merengut kesal menatapnya."Gue--""Sut... Anak kecil gak usah banyak bacot. Pesen sana." Potong Alfi cepat yang membuat Ana tambah kesal saat melihat sifat tengilnya."Awas Lo Fi!" Ancam Ana tajam. Orang yang diancamnya itu hanya tersenyum meledek kearahnya"Jidan, Edan. Temenin." Pinta Ana dengan memasang wajah memelas kehadap dua orang kembar yang justru menghiraukannya dan asik mengobrol."Oh.. gitu?! Biarin aja. Gue pesen buat gue sendiri. Males. Awas aja pada minta!" Putus Ana lalu pergi dari sana. Lalu disambut gelak tawa
HAPPY READING!!!"Saya suka kok,"*"EGAS?" Panggil Ana yang menghentikan langkahnya."Ya." Sahut Egas singkat.Ana mendekat kearah Egas yang berada didepannya. Ia mendekatkan telinganya ke arah lelaki itu. Dia tersenyum miring lalu menatap kearah lelaki dihadapannya itu. "Lo bohong." Katanya enteng."Bohong?" Gumam Egas."Ini. Lo pasti tau. Ini obat maag." Kata Ana menunjuk ke obat hijau kecil yang berada ditangannya. "Tapi gue tau, Lo mau minum ini bukan karena lo sakit maag." Tebaknya."Enggak " elak Egas."Lo gak sakit maag. Tapi Lo Laper! Makanya Lo mau minum obat itu biar Lo tahan kalo g
HAPPY READING!!!'Gue baru sehari kenal sama dia 'kan, ya?'*MEREKA menyelesaikan makannya. Mamah Ana membereskan piring-piring kotor, sedangkan Ana, Nata dan Egas masih duduk diam di ruang makan.Ana yang merasa bosan pun memainkan ponselnya dengan meletakkan kepalanya diatas meja makan. Yang secara tidak langsung kepalanya menghadap ke arah Egas yang duduk disebelahnya.Drrt....drrt...Ponsel Ana berdering yang membuatnya seketika terkejut dan mendengus kesal saat melihat nama kontak di layar ponselnya.ALFI 🤡 CALLING..."apaan?" Sewot Ana."Lah, situ yang sewot. Kemana Lo woy?" Sahut Alfi yang membu
HAPPY READING!!!'Besok Ana kesini lagi kok, pak.'»«PEREMPUAN berhijab itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan Cengiran lebar diwajahnya saat berhadapan dengan sang mamah yang sudah menunggunya sedari tadi."Dari mana aja, hm?" Tanya mamahnya menatap kearah Ana sembari bersedekap dada."A--""Udah. Marahnya dilanjut nanti. Sekarang jadi pergi gak?" Potong Papahnya sebelum Ana menyelesaikan ucapannya."Kamu ke kamar, Ganti baju." Titah Mamahnya."Asiap!" Ana segera berlari masuk kedalam kamarnya.»«Setelah mencabuti rumput-rumput liar yang
HAPPY READING!!!'Sesuai janji, Gue bebasin Lo. Dan biarin Lo pergi ke neraka.'»«BRUK...! Terdengar suara punggung seseorang yang menabrak tembok dibelakangnya. Orang itu gemetar ketakutan, matanya membesar saat melihat orang didepannya berjalan santai kearahnya dan sedikit membungkukkan badannya ke arahnya."A-ampun. Sa-saya ng-ngaku. S-sa-saya salah! Saya pelakunya!" Katanya dengan nada gemetar ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Lelaki didepannya ini terdiam, lalu beberapa saat kemudian ia tersenyum lebar. "Begitu?" Sahutnya."Shit! Harusnya dari tadi Lo ngakuny
HAPPY READING!!!'Andai reinkarnasi itu benar-benar ada.'»«SETELAH Hampir dua jam dites dengan berbagai tes yang diberikan oleh Ana, Rendy dan juga beberapa anggota lainnya. Kini, Zidan, Zeldan dan Kafi menghembuskan nafasnya lega saat tesnya ternyata sudah selesai.Mereka menyeka keringat, lantas menerima minuman yang diulurkan oleh Ana dan Rendy. Mereka menerimanya dengan senang hati, lalu meneguknya sampai habis tak tersisa. Saking hausnya."Boleh juga ya, kalian?" Puji Rendy seraya bersedekap dada.'Iyalah! Temen-temen gue!' balas Ana dalam hatinya, bangga.