Share

06

Author: _Gaguna
last update Last Updated: 2021-09-10 00:10:49

HAPPY READING!!!

*

Tok.... Tok...tok..

Pintu rumah diketuk. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berhijab yang membukakan pintunya.

"Ananya kecapean nih Tan. Biasa." Kata Zeldan menunjuk ke arah Ana yang berada dipunggung Jidan.

"Langsung bawa masuk ke kamarnya aja." Suruh Okta mempersilahkan semua remaja itu masuk kedalam rumahnya.

Setelah membaringkan Ana di kasurnya, Jidan keluar dari kamar temannya itu dengan menutup pintu kamarnya perlahan dan melangkah menghampiri teman-temannya yang lain sedang menunggu di ruang tamu.

"Tidur dia?" Jidan mengangguk menyahutinya.

Mereka semua berkumpul diruang tamu. Sembari menonton dan memakan cemilan-cemilan yang disediakan. Atau lebih tepatnya, mereka ngambil sendiri tanpa perlu disuruh.

Beberapa menit kemudian. Pintu kamar Ana terbuka. Ana keluar dari kamarnya dengan keadaan setengah sadar. Sembari menggaruk hidungnya yang gatal, ia berkata. "Mah, laper." Katanya sambil melangkah ke meja makan.

"Oy! Melek dulu kali. Baru ngomong Laper." Kata Zeldan yang membuat Ana Langsung membuka matanya dan menengok ke sumber suara.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Ana menghampiri kelima laki-laki yang sedang duduk didepan tv.

Ana duduk menyempil diantara Zidane dan Anta yang duduk bersebelahan. Ia mengangkat kakinya dan memeluknya sembari menatap ke layar tv nya. "Nyokap gue mana?" Tanyanya.

"Kedepan. Katanya mau nyamperin tetangga barunya yang baru pindah disebelah rumah Lo." Sahut Alfi yang berada tak jauh dari tempatnya.

"Ngapain Lo?" Tanya Ana galak. Entah mengapa saat melihat wajah temannya itu membuatnya menjadi kesal Sendiri.

"Lah, sensi dia?" Tawa Alfi.

"Nonton zombie dong. Udah lama gue gak nonton zombie." Usul Ana.

"Judulnya?" Tanya Kafi

"Apa aja. Yang penting zombie." Sahut Ana.

"Emang ada ya, judul film apa aj—" belum selesai mengucapkan ucapannya. Kepala Zeldan Langsung dipukul dengan kembarannya itu yang duduk  tepat disebelahnya.

Mereka pun mulai menonton saat filmnya dimulai. Saat dipertengahan film, Ana beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya ke arah dapur. "Ngapain Lo?" Tanya Jidan tanpa menengok.

"Ngemil." Sahut Ana yang sontak membuat kelima lelaki itu menengok kearahnya. "Udah malem. Nanti gendut loh," Ledek mereka bersamaan.

"Bodo amat. Gak denger!" Ana menutup kedua telinganya dan mengambil beberapa coklat dari kulkas dan membawanya ke tempat teman-temannya berkumpul.

Perempuan itu meletakkan beberapa coklat diatas meja. Dan satu coklat ia makan dan melanjutkan menontonnya. "Mau, ambil. Kagak mau, syukur." Kata Ana sembari menggigit coklatnya dan memakannya.

Semua remaja lelaki itu mengambil coklatnya satu-satu lalu memakannya. Kecuali satu orang, yaitu Kafi. Yang memang dari awal memiliki alergi coklat dan hanya diam sambil menelan ludahnya kasar saat melihat teman-temannya yang sedang enak memakan coklat.

"Enak banget parah, coklatnya!"

"Nyesel banget kalo gak di makan."

"Mulai  deh mulai... Ngeledek," nyinyir Kafi saat teman-temannya sengaja meledeknya.

"Siapa suruh punya alergi coklat? Haha, kasian ye." Ledek Ana santai. Kafi yang berada di bawah Ana merasa kesal dan langsung mengambil telapak kaki temannya itu dan menggelitikinya.

"Ge-geli woy!" Ana mencubit lengan Kafi agar berhenti menggelitik telapak kakinya.

"Makanya jangan jail." Ana mendengus kesal saat mendengarnya. "Padahal bukan gue doang yang ngeledek," Batinnya kesal.

"Gak ada yang gak pake coklat apa?" Tanya Kafi mendongakkan kepalanya ke arah Ana.

"Ya, elo! Kayak kakak tau Ana aja." Alfi dan Zeldan mendelik saat mengatakannya sembari melirik kearah Ana. Sedangkan Anta dan Zidan hanya diam menyaksikan perdebatan yang sudah biasa terjadi itu.

"Dirumah ini, gak ada yang gak pake coklat. Hampir semuanya pake coklat. Iya gak Na?" Ana menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Zeldan.

"Iya, semua. Termasuk Tai-tai nya juga ikutan coklat, kayak Lo."  Sembur Anta.

"Anj—"

"EKHEM!" Mamah Ana melihat ke arah para remaja itu sembari berkacak pinggang dan memasang wajah galak. "Omongannya." Peringatnya.

"Hehe, maaf Tan. Keceplosan." Kekeh Zeldan yang langsung disoraki teman-temannya itu.

"Udah-udah. Ini udah malem. Emak kalian, udah pada nanyain tuh."  Suruh mamah Ana.

"Nginep boleh lah Tan?" Cengir Zidan yang sedari tadi diam, Langsung diangguki setuju dengan yang lainnya.

"Boleh." Mamah Ana mengangguk lalu menurunkan tangannya dari pinggangnya. Kelima remaja lelaki itu tersenyum dan bersorak senang saat mendengarnya. "Tapi gak sekarang. Nanti-nanti aja. Udah, cepet pulang." Lanjutnya.

"Yah..."

Mamah Ana tetap menggeleng. "Udah. Besok juga ketemu lagi kok. Iya kan?"

"Iya."

Kelima lelaki itu beranjak dari tempatnya dan melangkah menghampiri Okta setelah mencubit pipi Ana secara bergantian dan langsung pergi dari sana. "Kita pulang ye." Anta menyalami tangan Okta di susul dengan yang lainnya.

"Iya. Hati-hati udah malem." Pesan Okta

"ANA! KITA BALIK YO!" Pamit mereka secara bersamaan lalu pergi dari sana.

"Pergi yang jauh!" Kesal Ana mengelus pipinya yang terasa perih. Mungkin saat ini sudah berwarna merah karena dicubit secara bergantian.

"Emang ada tetangga baru mah?" Okta menengok ke arah Anaknya yang sedang membereskan sampah-sampah coklat yang berserakan disana. Dia mengangguk mengiyakan, lalu berkata. "Iya. Rumahnya tepat disebelah rumah kita. Sebelah kiri."  Katanya.

"Oh. "

"Abis kamu beresin sampahnya, terus ke kamar. Tidur."

"Ya."

*

Dipagi harinya. Ana keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan pakaian santainya lalu melangkah ke meja makan. Mamah dan Papahnya menatap bingung ke arah Ana yang masih santai saja padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB.

"Loh Ana? Kamu gak sekolah?" Tanya mamahnya saat melihat Ana yang baru saja duduk di kursi dengan santainya.

Dahi Ana mengerut, "bukannya hari ini kita mau jalan-jalan? Makanya hari ini aku gak masuk sekolah." Jawabnya lalu memakan sarapannya.

"Jalan-jalannya nanti, sepulang kamu Sekolah. Sekarang kamu siap-siap buat berangkat sekolah,"

"Mah...." Rengek Ana yang merasa malas berangkat ke sekolah saat ini

"Atau motor kamu nanti mamah sita? Heum?"

"Libur sehari aja, plissss! Boleh ya, mah? Pah?" Usaha Ana yang terus membujuk mamah dan Papahnya.

"Berangkat sana, udah siang." Suruh papahnya.

"Siap-siap sekarang, abis itu berangkat sekolah. Febriana Aurelie!" Tegas Mamahnya tak terbantahkan.

Ana seketika merasa merinding saat mamahnya sudah menyebutkan nama Lengkapnya. 'mampus gue,' pikirnya.

"SIAP BUPOL! OTW!" Sahut Ana cepat lalu berlari masuk kedalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Ana sudah memakai seragamnya dengan lengkap. Begitu juga dengan rompi dan hendban nya yang selalu dipakai. Sembari menenteng kedua sepatu putihnya, Ana berjalan tergesa-gesa keluar kamar menuju ke tempat kedua orang tuanya berada.

"Sana berangkat!" Suruh mamahnya.

"Ini jua mau berangkat kali, mamahku yang cantekkk ," Ana mengambil tangan kanan mamahnya lalu menyalaminya, lalu berganti dengan menyalami tangan papahnya.

"ANA BERANGKAT,

ASSALAMUALAIKUM." Pamitnya, berteriak.

*

-TO BE CONTINUE-

»«

-TO BE CONTINUE-

Related chapters

  • 23.14   07

    HAPPY READING!!!Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.*Ana mengerem Motor Vespa putih kesayangannya itu saat sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.Tin...tin..Ana membunyikan klakson Motornya sampai penjaga sekolah keluar berada di posnya. "Mang, bukain gerbangnya mang!" Teriak Ana yang membuat beberapa orang yang juga telat disana melihat kearahnya."Neng Ana lagi?" Gumam penjaga sekolah itu menggaruk kepalanya. "Saya gak bisa bukain gerbangnya. Tunggu aja Bu Wenda kesini. Tunggu bareng yang lainnya tuh," Lanjutnya sembari menunjuk ke beberapa orang yang juga telat sepertinya."Urgent nih mang. Gak bisa nunggu, saya." Desak Ana."Gak bisa." Kekeuh penjaga gerbang itu.

    Last Updated : 2021-09-11
  • 23.14   08

    HAPPY READING!!!!"Gak usah liat-liat gue. Ganggu!"*"Ana, Pesen makan." Suruh Kafi, yang membuat Ana baru saja mau duduk di kursi kantin, Langsung merengut kesal menatapnya."Gue--""Sut... Anak kecil gak usah banyak bacot. Pesen sana." Potong Alfi cepat yang membuat Ana tambah kesal saat melihat sifat tengilnya."Awas Lo Fi!" Ancam Ana tajam. Orang yang diancamnya itu hanya tersenyum meledek kearahnya"Jidan, Edan. Temenin." Pinta Ana dengan memasang wajah memelas kehadap dua orang kembar yang justru menghiraukannya dan asik mengobrol."Oh.. gitu?! Biarin aja. Gue pesen buat gue sendiri. Males. Awas aja pada minta!" Putus Ana lalu pergi dari sana. Lalu disambut gelak tawa

    Last Updated : 2021-09-12
  • 23.14   09

    HAPPY READING!!!"Saya suka kok,"*"EGAS?" Panggil Ana yang menghentikan langkahnya."Ya." Sahut Egas singkat.Ana mendekat kearah Egas yang berada didepannya. Ia mendekatkan telinganya ke arah lelaki itu. Dia tersenyum miring lalu menatap kearah lelaki dihadapannya itu. "Lo bohong." Katanya enteng."Bohong?" Gumam Egas."Ini. Lo pasti tau. Ini obat maag." Kata Ana menunjuk ke obat hijau kecil yang berada ditangannya. "Tapi gue tau, Lo mau minum ini bukan karena lo sakit maag." Tebaknya."Enggak " elak Egas."Lo gak sakit maag. Tapi Lo Laper! Makanya Lo mau minum obat itu biar Lo tahan kalo g

    Last Updated : 2021-09-13
  • 23.14   10

    HAPPY READING!!!'Gue baru sehari kenal sama dia 'kan, ya?'*MEREKA menyelesaikan makannya. Mamah Ana membereskan piring-piring kotor, sedangkan Ana, Nata dan Egas masih duduk diam di ruang makan.Ana yang merasa bosan pun memainkan ponselnya dengan meletakkan kepalanya diatas meja makan. Yang secara tidak langsung kepalanya menghadap ke arah Egas yang duduk disebelahnya.Drrt....drrt...Ponsel Ana berdering yang membuatnya seketika terkejut dan mendengus kesal saat melihat nama kontak di layar ponselnya.ALFI 🤡 CALLING..."apaan?" Sewot Ana."Lah, situ yang sewot. Kemana Lo woy?" Sahut Alfi yang membu

    Last Updated : 2021-09-14
  • 23.14   11

    HAPPY READING!!!'Besok Ana kesini lagi kok, pak.'»«PEREMPUAN berhijab itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan Cengiran lebar diwajahnya saat berhadapan dengan sang mamah yang sudah menunggunya sedari tadi."Dari mana aja, hm?" Tanya mamahnya menatap kearah Ana sembari bersedekap dada."A--""Udah. Marahnya dilanjut nanti. Sekarang jadi pergi gak?" Potong Papahnya sebelum Ana menyelesaikan ucapannya."Kamu ke kamar, Ganti baju." Titah Mamahnya."Asiap!" Ana segera berlari masuk kedalam kamarnya.»«Setelah mencabuti rumput-rumput liar yang

    Last Updated : 2021-09-14
  • 23.14   12

    HAPPY READING!!!'Sesuai janji, Gue bebasin Lo. Dan biarin Lo pergi ke neraka.'»«BRUK...! Terdengar suara punggung seseorang yang menabrak tembok dibelakangnya. Orang itu gemetar ketakutan, matanya membesar saat melihat orang didepannya berjalan santai kearahnya dan sedikit membungkukkan badannya ke arahnya."A-ampun. Sa-saya ng-ngaku. S-sa-saya salah! Saya pelakunya!" Katanya dengan nada gemetar ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Lelaki didepannya ini terdiam, lalu beberapa saat kemudian ia tersenyum lebar. "Begitu?" Sahutnya."Shit! Harusnya dari tadi Lo ngakuny

    Last Updated : 2021-09-16
  • 23.14   13

    HAPPY READING!!!'Andai reinkarnasi itu benar-benar ada.'»«SETELAH Hampir dua jam dites dengan berbagai tes yang diberikan oleh Ana, Rendy dan juga beberapa anggota lainnya. Kini, Zidan, Zeldan dan Kafi menghembuskan nafasnya lega saat tesnya ternyata sudah selesai.Mereka menyeka keringat, lantas menerima minuman yang diulurkan oleh Ana dan Rendy. Mereka menerimanya dengan senang hati, lalu meneguknya sampai habis tak tersisa. Saking hausnya."Boleh juga ya, kalian?" Puji Rendy seraya bersedekap dada.'Iyalah! Temen-temen gue!' balas Ana dalam hatinya, bangga.

    Last Updated : 2021-09-16
  • 23.14   14

    HAPPY READING!!!'Ah! Si pisau bedah?'»«"HALLO?""Bang, Lo atau kirim anggota ke jalan Oscar 5. Kampung Deket perempatan lampu merah. Lo cari yang namanya Bu Dahlia, ibunya Langit. Beliau lagi sakit. Ajak ke rumah sakit, tolong." Ujar Ana "Siap!"TUT....Sambungan telepon terputus.Rendy orang yang tadi di telpon Ana. Saat Ana sudah memberi perintah, Tanpa berniat untuk bert

    Last Updated : 2021-09-17

Latest chapter

  • 23.14   53

    HAPPY READING!!!!"Kamu diam, jangan teriak, sekarang kita pergi dari sini,"★Egas menahan pundak Ana, agar perempuan itu berhenti berjalan,dan kini menatap kearahnya. "are you okey?" tanyanya, khawatir.Ana tersenyum tipis, "im okey," jawabnya."Kesini naik apa?" tanya Egas, lagi."Motor,"Ana berjalan ke arah motornya, kebetulan mereka kini sudah berada di parkiran depan sekolah, Ana segera menaiki motor pespa putih kesayangannya itu, memakai helmnya lalu berpamitan. "Duluan," pamitnya, sebelum ditahan Egas."Yakin bisa? Gak bakal jatuh, kan?" Egas terlihat khawatir. "Kuat, gue duluan, dah," Ana menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, pergi dari area sekolah.★

  • 23.14   52

    HAPPY READING!!!"Lo itu pembunuh, Na," ★Ana mengenakan jaketnya, dan tidak lupa mengambil masker dari laci nakas, memakainya, lalu keluar dari kamar.10.35 WibAna melihat jam di pergelangan tangannya, "huh," ia menghela nafas."Kamu mau kemana, Ana, heum?" tanya mamahnya dari ruang tamu, menghampiri Ana dengan tergesa-gesa. "Kamu masih sakit, masuk kamar lagi sana," suruhnya.Ana tak kunjung menjawab, mamahnya berkacak pinggang dan berkata,"jawab, Febriana Aurelie,"Ana menggaruk kepalanya pelan, lalu nyengir lebar dibalik maskernya kearah mamahnya. "Hehe," cengirnya."Ana mau ke sekolah, ada urusan bentarrrr doang, boleh kan mah?" ijinnya"Gak boleh," jawab mamahnya cepat.A

  • 23.14   51

    HAPPY READING!!!'Ekspektasinya terlalu tinggi'★Ana menengok, kemudian menunjuk dirinya sendiri, seakan berkata, 'ngomong sama gue?'Cowok itu mengangguk, "iya, elo." katanya, menghampiri Ana.Ana mengangkat sebelah alisnya. 'kenapa?'"Thanks buat yang tadi, lain kali pasti bakal gue ganti," ujarnya, tulus. "Gue Indra," Indra mengulurkan tangannya kehadapan Ana."Dia Arka," lanjutnya menunjuk kearah temannya disebelahnya.Ana mengangguk paham. "Santai." hanya kata itu yang keluar dari mulut Ana."Nama Lo?" tanya Arka, membuat Ana menengok kearahnya.Belum juga Ana menjawab, tetesan air hujan sudah lebih dulu jatuh ketanah. Membuat kedua lelaki disana segera melindungi kepala mereka dengan tanga

  • 23.14   50

    HAPPY READING!!!'jelas-jelas berbohong, karena memang kenyataannya tidak seperti yang diucapkannya.'*Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam.Didalam kamarnya, Ana hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, entah ingin melakukan apa, dia sendiri merasa malas melakukan apapun.Sore tadi, setelah acara pemakaman Zidan selesai, Ana langsung pulang kerumah. Walaupun hanya bisa melihat dari kejauhan, dia sudah merasa cukup. Karena tak ingin membuat keributan karena Zeldan tak ingin ia ada disana, Ana lebih mencari aman."Maafin gue, Dat."batin Ana, lirih."Apa lo marah sama gue, Dat?""Maaf.. maaf... Maaf,"Lagi. Ana lagi-lagi kembali menangis dalam diam. Kembali merasakan sesaknya menahan tangisnya, agar tidak membuat kedua oran

  • 23.14   49

    HAPPY READING!!!'Dia pergi...:»«Anta berlari ke arah salah satu suster yang berjalan keluar dari ruangan operasi, beberapa suster yang lainnya pergi begitu saja dari sana. "Sus," panggilnya."Maaf, ada apa ya?" Tanya susternya."Pasien yang korban kecelakaan, yang tadi dioperasi. Atas nama Zidan Fadlan Albani, dia dimana ya? Gimana keadaannya?" Tanyanya beruntut.Suster itu terdiam, lalu menjawab. "Korban kecelakaan kereta tadi sore?" Mereka semua yang ada diantara mengangguk."Korban sudah dibawa ke ruang jenazah,ti—"Zeldan maju dengan emosi, namun dengan cepat di tahan dengan Kafi dan Alfi disana. "SUSTER KALO MAU BERCANDA JANGAN KELEWATAN, BISA GAK, HAH?!" Bentak Zeldan. "SEKARANG DIMANA ZIDAN! DIMANA KEMBARAN SAYA, HAH?!"emosinya kalut."

  • 23.14   48

    HAPPY READING:):'Dia pasti baik-baik saja.'»«Kembali ke rumah Anta, tepatnya dikamar Anta--tempat semuanya berkumpul kini. Mata Anta dan Kafi tertuju pada Zeldan, saat mendengar ponselnya yang jatuh tiba-tiba ke lantai, dan lelaki itu meringis memegangi kepalanya, yang entah mengapa terasa sangat sakit.Zidan yang tadinya sibuk dengan ponselnya, kini memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, lalu beberapa saat kemudian dia pingsan, membuat kedua temannya disana mulai panik dan berusaha untuk menyadarkannya."Oy, Dan!" Anta yang melihat Zeldan tergeletak di lantai mulai mendekatinya. "Kenapa,Lo?!" Tanyanya, terdengar dari nada suaranya, kalau Lelaki itu kini tengah khawatir, begitu juga dengan Kafi."Jangan bercanda, tolol! Bercandaan Lo gak lucu!" Sambung Kafi.

  • 23.14   47

    HAPPY READING!!!'Jangan tutup mata Lo, oke?'»«Zidan beranjak dari tempatnya sambil terus mengumpati Zeldan yang seenaknya saja menyuruhnya. "Punya kembaran gak ada akhlak emang." Kesalnya."Samanya kayak Lo anjir," sahut Kafi."Ya sama lah bedon! Kan mereka kembar!" Sewot Anta, lalu mengeplak kepala Kafi, kesal."Dahlah!" Zidan mengambil kunci motornya dan berjalan ke pintu. Ana ikut beranjak dari tempatnya menyusul Zidan, dengan Surya mengenakan Jaketnya. "Gue ikut." Pinta Ana."Dih, ngapain Lo?" Heran Zidan. "Disini aja, udah!" Suruhnya."Mau ikut. Bosen gue disini mulu." Sahutnya. "Apalagi sekarang udah sore, langitnya pasti lagi bagus!" Lanjutnya, menarik turunkan alisnya menatap Zidan agar mengijinkannya ikut.Zidan mengangguk pelan, lalu mencu

  • 23.14   46

    HAPPY READING!!!'Heee....'»«Rendy dan Ana kembali ke atas, ketempat semua teman-temannya berkumpul. Disaat mereka melewati salah satu kamar milik anggota Domino yang jaraknya lumayan dekat dengan ruangan bawah tanah, terdengar suara laknat dari dalam kamar yang membuat Rendy langsung menutup kedua telinga Ana dengan tangannya."Ada apaan dah, bang?" Tanya Ana heran.Rendy menggeleng, "gak ada apa-apaan. Udah sana balik. Masalah disini, biar gue yang beresin." Ujarnya, sambil membawa Ana pergi menjauh dari sana sampai tempat teman-temannya berada."Ayo pulang." Ajak Ana menarik tangan Kafi, dan lainnya pun mengikutinya dari belakang.Beberapa saat kemudian.Masih didalam Markas Domino. Rendy duduk santai didepan kamar yang tadi dilewatinya bersamaan Ana, dengan santa

  • 23.14   45

    HAPPY READING!!'Mulut Lo emang ngomong begitu. Tapi dihati Lo lain lagi, kan?'»«Selesai latihan, Ana sedikit menjauh dari teman-temannya, lalu menerima telpon yang masuk ke ponselnya."Ya?""Masalah satu anggota geng Derwis yang Lo tahan waktu itu..." Terdengar suara Rendy disebrang sana"Terus? Dia masih gak mau ngomong?""Ya begitu.. dia masih gak mau ngomong siapa leadernya. Gimana nih?""Biar gue aja. Nanti gue kesana." Ucapnya lalu menutup teleponnya Secara sepihak.Zidan menengok, "Kenapa?" Tanyanya."Gak ada." Jawabnya sambil beranjak dari tempatnya. "Abis ini gue mau ke markas, ada urusan."Egas ikut beranjak dari tempatnya, "gue... Duluan, ada urusan soalnya," pamitnya.

DMCA.com Protection Status