All Chapters of Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

Upaya Perekrutan

Angin malam berdesir di antara reruntuhan kuno di lembah tersembunyi. Lie Feng, Lin Xuan, dan Jian berdiri di tengah-tengahnya, menunggu kedatangan Kael. Cahaya matahari terbenam mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu yang dramatis, menciptakan suasana yang sekaligus indah dan mencekam. Lie Feng memegang alat komunikasi rahasia yang diberikan Lin Xuan, sebuah kristal kecil yang mampu meneruskan suara meskipun jarak yang jauh. Ketegangan memenuhi udara, lebih terasa daripada aroma tanah lembap dan tumbuhan liar di sekitar mereka.“Kau yakin ini tempat yang tepat?” tanya Jian, suaranya berbisik agar tidak mengganggu kesunyian di sekitar mereka. Ia menarik pedangnya sedikit, siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi.“Ya,” jawab Lin Xuan, memeriksa sekitarnya dengan waspada. “Ini adalah tempat yang ditunjukkan oleh kode bintang itu. Tidak ada kesalahan.”“Semoga saja,” kata Lie Feng, menatap ke arah horison. Ia menunggu de
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Strategi dan Taktik

Aroma dupa memenuhi ruang meditasi Kuil Guru Agung, namun aroma ketegangan masih lebih dominan. Lie Feng, duduk tegak di tengah ruangan, menatap setiap anggota timnya dengan pandangan tajam. Kesepakatan dengan Kael telah terjalin, namun pertempuran melawan Vashta masih menunggu. Strategi dan taktik yang tepat harus segera ditetapkan.“Baiklah,” kata Lie Feng, suaranya berwibawa. “Kita akan membahas strategi dan taktik untuk menghadapi Vashta. Kita harus berhati-hati dan siap menghadapi segala kemungkinan. Ini bukan pertarungan biasa.”Mei Lin maju selangkah, matanya berbinar percaya diri. “Jurus Dewa Kipasku bisa mengalihkan perhatian Vashta,” katanya, menjelaskan strateginya. “Aku akan menggunakannya untuk menarik perhatian Vashta dan memberi kesempatan kalian untuk menyerang.”“Bagus,” kata Lie Feng. “Jurus Dewa Kipasmu memang sangat efektif untuk mengalihkan perhatian lawan. Kecepatan dan keanggunanmu akan menjadi kunci di sini.”Zhou kemudian maju, suaranya penuh semangat. “Ser
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Persiapan Menuju Pertempuran

Udara di Kuil Guru Agung terasa lebih berat daripada biasanya. Bukan hanya karena aroma dupa yang tebal, tetapi juga karena ketegangan yang mencekam menjelang pertempuran besar melawan Vashta. Lie Feng, dengan wajah yang tenang namun mata yang tajam, memeriksa pedangnya dengan teliti. Cahaya lilin menyorot baja yang berkilau itu, mencerminkan tekad yang membara di dalam hatinya."Kita harus siap menghadapi apapun," kata Lie Feng, suaranya berat namun tegas. Ia mengangkat pedangnya, baja yang berkilau itu mencerminkan cahaya lilin yang redup. "Ini adalah pertempuran terakhir kita. Tidak ada jalan mundur."Master Jian, duduk di sebelahnya, mengasah pedangnya dengan hati-hati. Gerakannya lambat dan terukur, namun menunjukkan ketepatan dan kekuatan yang luar biasa. "Aku sudah siap," katanya, suaranya tenang namun tegas. "Aku akan melakukan segalanya untuk melindungi kalian."Mei Lin, dengan kipas raksasanya yang
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Perjalanan Menuju Gunung Terlarang

Mentari pagi menyinari lembah yang sunyi. Udara sejuk pagi membawa aroma pinus dan tanah basah, menciptakan suasana yang tenang namun menyimpan ketegangan terselubung. Lie Feng, Lin Xuan, Master Jian, Mei Lin, Zhou, dan Tuan Gu berdiri bersiap di tepi hutan, masing-masing mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju Gunung Terlarang, kandang Vashta dan tempat pertempuran akhir mereka. Kael dan beberapa anggota faksi pengikutnya sudah menunggu di depan."Perjalanan ini berbahaya," kata Lie Feng, suaranya berat. Ia memeriksa pedangnya sekali lagi, gerakan yang menunjukkan kewaspadaannya. "Gunung Terlarang dipenuhi jebakan dan makhluk-makhluk berbahaya. Kita harus selalu waspada.""Aku telah mempelajari peta Gunung Terlarang," kata Lin Xuan, mengeluarkan gulungan peta kuno. "Ada beberapa jalur yang bisa kita ambil, tapi jalur ini yang paling aman." Ia menunjuk suatu jalur di peta itu dengan jarinya."Aman?" tanya Zhou, menggera
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Persiapan Akhir

Di balik tembok benteng Vashta yang gelap dan menyeramkan, Lie Feng, Tuan Gu, dan Master Jian berdiri bersiap. Udara berbau sulfur dan sesuatu yang menyeramkan menyelimuti mereka. Suara angin berdesir di antara batu-batu yang menciptakan suara-suara menyeramkan. Ketiga pendekar legendaris itu memeriksa senjata dan perlengkapan mereka untuk terakhir kalinya, wajah mereka menunjukkan tekad yang kuat namun juga kewaspadaan yang tinggi."Kita akan menghadapi Vashta dalam beberapa saat," kata Lie Feng, suaranya berat namun tegas. Ia memeriksa pedangnya dengan teliti, gerakan yang menunjukkan kehati-hatiannya. "Dia pasti sudah mempersiapkan jebakan dan serangannya. Kita harus siap menghadapi apapun.""Aku telah mendeteksi beberapa aura sihir yang sangat kuat di sekitar sini," kata Master Jian, suaranya tenang namun waspada. Ia mengasah pedangnya dengan hati-hati, gerakannya cepat dan tepat. "Dia pasti telah mempers
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Pertempuran Terakhir (Bagian 1)

Pintu gerbang benteng Vashta hancur berantakan, hasil dari serangan gabungan Mei Lin dan Zhou. Lie Feng, Tuan Gu, dan Master Jian melangkah masuk, diikuti oleh sebagian besar pasukan Kael. Udara di dalam benteng bergetar dengan energi yang kuat, campuran dari sihir dan chi yang mematikan. Bau sulfur dan sesuatu yang menyeramkan semakin kuat, menambah suasana mengerikan di dalam benteng itu.Vashta menunggu mereka di halaman benteng, dikelilingi oleh para pengikut setia dan makhluk-makhluk ganas yang berbagai bentuk dan ukuran. Ia berdiri tegak, wajahnya tenang namun matanya berkilat dengan kejahatan. Di tangannya, ia memegang tongkat sihir yang berkilau dengan energi gelap."Kalian akhirnya datang," kata Vashta, suaranya bergema di seluruh halaman benteng. "Aku sudah menunggu kalian.""Ini akhirnya," jawab Lie Feng, suaranya tegas dan berwibawa. Ia menarik pedangnya, baja ya
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bayangan yang Menyergap

Senja menyelimuti lembah terpencil, menorehkan bayangan panjang di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Udara dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Di tengah lembah, tersembunyi di balik tebing batu yang terjal, Lie Feng, Tuan Gu, Master Jian, dan Mei Lin berusaha memulihkan tenaga setelah pertempuran dahsyat melawan Lord Vashta.Luka-luka mereka masih terasa perih, beberapa luka masih mengeluarkan darah segar. Keheningan menyelimuti mereka, hanya diiringi desiran angin yang berbisik di antara dedaunan, membawa serta aroma tanah dan darah. Lie Feng, dengan luka di lengan dan rusuknya, duduk tersandar pada batuan yang kasar.Ia memeriksa pedangnya, "Langit", dengan hati-hati. Pedang itu tampak kusam karena pertempuran yang berat, tetapi aura kekuatan masih terpancar dari bilah baja itu. Tuan Gu, dengan wajah yang pucat dan luka di perutnya, bersandar pada sebatang pohon besar, napasnya tersen
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Tarian Pedang di Tengah Badai

Pertempuran berkecamuk di lembah. Hujan panah masih menghujani mereka, diselingi sihir gelap yang menciptakan ledakan api dan kilatan petir miniatur. Lie Feng, meskipun terluka, bergerak dengan luar biasa. Jurus Kecepatan Dewanya membuatnya tampak seperti bayangan yang menari di antara prajurit Kelompok Naga Hitam. Setiap gerakannya presisi, setiap tebasan pedangnya, Langit, mematikan. Energi spiritual langit mengalir deras ke dalam bilah baja itu, memberikan tebasan-tebasannya kekuatan yang menghancurkan."Lin Xue, kau baik-baik saja?" teriak Lie Feng di antara tebasan pedangnya. Ia melirik Lin Xue yang sedang sibuk menangani luka-luka mereka."Aku baik-baik saja," jawab Lin Xue, suaranya sedikit terengah-engah. "Tapi kita tidak bisa bertahan lama lagi. Mereka terlalu banyak!""Aku tahu," jawab Lie Feng, ia menghindari tebasan pedang musuh dengan cepat. "Kita harus mencari ja
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Kehilangan dan Pengorbanan

Kelelahan dan luka-luka mulai menunjukkan efeknya yang menghancurkan. Napas Lie Feng tersengal-sengal, tubuhnya bergetar karena kelelahan dan rasa sakit. Luka di lengan dan rusuknya berdenyut keras, mengingatkannya pada pertempuran yang sangat sengit. Master Jian, dengan luka di punggungnya, bergerak dengan lambat, tebasan-tebasannya tidak secepat dan sekuat sebelumnya. Mei Lin, meskipun masih cepat, tampak lelah dan terluka. Lin Xue, dengan wajah pucat, terus mencoba untuk menangani luka-luka mereka, tetapi ia juga mulai kehabisan tenaga. Tuan Gu, dengan luka yang semakin parah, berjuang keras untuk mempertahankan perisai energinya."Kita tidak bisa terus berlari!" teriak Lie Feng, ia menghindari serangan musuh dengan cepat, tetapi gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya. "Mereka akan mengejar kita terus menerus!""Aku tahu," jawab Master Jian, ia menciptakan pusaran angin yang
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Harapan yang Memudar

Matahari mulai tenggelam, menorehkan bayangan panjang di lembah yang sunyi dan mengerikan. Lie Feng, Master Jian, Mei Lin, dan Lin Xue terus berjuang, namun mereka semakin terdesak. Luka-luka mereka semakin parah, tenaga mereka semakin menipis. Harapan untuk bertahan hidup mulai memudar di balik bayangan senja yang semakin gelap."Kita tidak bisa terus berlari," kata Lie Feng, suaranya lemah dan serak. Ia menghindari tebasan pedang musuh dengan cepat, tetapi gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya. Tubuhnya bergetar karena kelelahan dan rasa sakit."Aku tahu," jawab Master Jian, ia menciptakan pusaran angin untuk menghalangi serangan musuh, tetapi pusaran angin itu sudah tidak sekuat sebelumnya. Luka di punggungnya semakin perih. "Tapi kita harus menemukan cara untuk bertahan hidup.""Kita tidak memiliki waktu untuk itu," kata Mei Lin, ia menembakkan sinar energi ke ara
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status