Semua Bab Terjerat Daun Muda : Bab 21 - Bab 30

70 Bab

Bab 21

21Jauhari menguap untuk kesekian kalinya. Dicecar banyak pertanyaan selama hampir 8 jam, membuatnya lelah jiwa dan raga. Meskipun diperlakukan dengan baik oleh pihak penyidik, tetap saja Jauhari merasa terintimidasi. Cayden dan Geof, kedua sepupu Aruna yang merupakan kuasa hukum PG, PC dan PBK di Australia, berusaha keras agar kedelapan ajudan yang terlibat perkelahian tadi siang, tidak ditahan lama. Cayden telah meminta bantuan sahabatnya, Ditmer Van Antwerpen, salah satu pengacara ternama di Australia, untuk turun tangan agar bisa melepaskan seluruh ajudan dari tuntutan hukum. Ditmer yang datang bersama adiknya, Dominic, langsung bergerak cepat bernegoisasi dengan kepala polisi. Mereka berhasil meloloskan Dedi, Jafan, Chatur dan Angga yang datang belakangan ke tempat kejadian perkara. Sementara Harzan, Chalid, Nuriel dan Irham terpaksa harus ditahan sampai penyidikan selesai. Sedangkan Jauhari, tidak bisa dilepaskan, karena menjadi pelaku utama penembakan terhadap Daymion, yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 22

22Siang menjelang sore itu, kantor polisi terdekat dengan tempat kejadian perkara, terlihat ramai orang. Puluhan pria berseragam safari hitam memenuhi tempat parkir. Hal itu menjadi tontonan warga yang tengah melintas. Bahkan video tentang peristiwa tersebut telah beredar di dunia maya. Sementara di dalam gedung, Ditmer dan Dominic serta Cayden, tengah mendampingi keempat ajudan muda di ruang kerja kepala polisi. Seusai penandatanganan surat pelepasan dengan jaminan, Dedi, Jafan, Chatur dan Angga akhirnya resmi dibebaskan. Namun, mereka tidak diperbolehkan ke luar kota hingga persidangan usai, dan harus memberikan laporan dua kali seminggu. Pada ruangan khusus penerimaan tamu, Avreen tengah berbincang dengan Nuriel, Chalid dan Irham. Sebab ketiganya belum bisa dibebaskan, maka kepulangan mereka ke Indonesia terpaksa ditunda. Seusai mencatat apa saja yang hendak dikirimkan untuk ketiga ajudan muda, Avreen berpindah duduk ke kursi ujung kanan. Dia memandangi Jauhari yang sedang be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 23

23Jalinan waktu terus bergulir. Rombongan pimpinan Yusuf tiba di bandara Sydney. Bryan dan kedua ajudannya, Samuel dan Tylor, menjemput langsung belasan orang tersebut. Para tamu diantarkan ke hotel Timothy Grup untuk beristirahat. Esok pagi mereka akan diajak menemui para tahanan di kantor polisi. Bryan berbincang serius dengan Alvaro, Haikal dan Hamid yang berada di kursi depan. Yanuar dan Zulfi turut mendengarkan dari kursi samping kanan. "Wirya kenapa jadi pendiam begitu?" tanya Bryan, sesaat setelah percakapan itu usai. "Dia masih syok," jawab Alvaro. "Apalagi waktu ikut aku, Mas Tio dan Ayah menemui orang tua Jauhari. Wirya berulang kali meminta maaf pada mereka, karena merasa bersalah telah meminta Ari mengawal Avreen ke sini," lanjutnya. "Penerimaan keluarga Ari, gimana?" "Mereka juga syok, tapi mereka nggak nyalahin Wirya, karena tahu jika Ari sudah diterawang akan menghadapi masalah berat, oleh Pak Mulyadi." "Aku sebetulnya mau membiayai orang tua Ari ke sini. Karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 24

24*Grup Pengawal Lapis Tiga, Empat dan Lima*Hisyam : Alhamdulillah. Aku senang lihat video tadi. Ari sudah kembali ceria. Chairil : Senyum-senyum terus dia. Lazuardi : Aku pengen ke Sydney. Mau ikut berkemah nemenin Bang Ari. Gumelar : Enggak usah, @Lazuardi. Banyak orang di sini yang bisa gantian jaga di luar. Yusuf : Bang Said, licik. Mentang-mentang sudah kenal dengan penjaga, dia cuek aja bolak-balik ke dalam sendirian. Padahal aku pengen ikut. Belum puas ngobrol sama Ari. Harun : Besok kita rayu Bang Said, supaya bisa gantian masuk, @Yusuf. Yusuf : Oke.Aditya : Pasti para Abang itu duluan yang nongkrong. Chairil : Bang W malah sempat ikut tidur siang tadi di kasur bekas Harzan. Nanang : Aku ngakak. Petugasnya nggak berani ngusir Bang W Sudrajat : Mana dia berani ngusir. Polisi Sydney sudah tahu sepak terjang dirut kita. Fauziah : Aku nangis lihat video tadi. Anjani : Aku sesenggukan. Bang Mardi sampai bingung. Dimas : Tenang, Ladies. Yakin, Bang Ari dan teman-tema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 25

25Yusuf dan Aditya beradu siku. Keduanya tengah bertugas sebagai pengawas kamera tersembunyi, yang dipasang di depan kedua mobil caravan. Setelah berdiskusi sesaat, Yusuf bangkit untuk mendatangi Alvaro yang berada di kasur atas, bersama Yanuar. Alvaro langsung turun dan mengajak Yusuf duduk di lantai. Yanuar ikut turun, lalu dia membangunkan Zulfi dan Yoga yang menempati kasur bawah. Mereka berbincang dengan suara pelan, sebelum berdiri dan mengeluarkan tongkat besi serta tongkat khas satuan pengamanan. Aditya menelepon rekan-rekannya yang berada do mobil kedua, supaya mereka bersiap-siap. Sementara Yusuf menelepon Wirya dan meminta orang-orang di dalam sel tetap waspada. Belasan polisi yang bertugas jaga di sekitar area, bergegas mendatangi bagian depan melalui jalur rahasia. Mereka berhenti di belakang mobil-mobil yang terparkir di halaman. Sang pemimpin kelompok polisi menelepon atasannya untuk melaporkan situasi. Kemudian dia maju beberapa langkah dan berhenti di dekat mobi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 26

26Sore harinya, Jauhari diizinkan keluar dari sel oleh petugas. Dia dan Yusuf jalan berdampingan menuju taman samping kanan, di mana tim PBK tengah menunggu. Jauhari terkejut saat diminta Alvaro duduk di bangku taman. Yanuar memasangkan kain putih dan mengikat ujungnya di belakang leher Jauhari. Alvaro memijat kepala hingga punggung juniornya. Sedangkan Yanuar membersihkan wajah Jauhari menggunakan kosmetik yang dibawanya dari Indonesia. Setelahnya, Yoga mencukur rambut Jauhari dengan rapi. Sementara Zulfi menyuapi pria berlesung pipi dengan potongan buah dingin. "Kamu jarang kena sinar matahari. Jadi tambah pucat, Ri," ujar Andri, sesaat setelah proses pendandanan Jauhari usai. "Aku memang nggak dibolehkan keluar ke lapangan belakang, Bang. Khawatirnya para preman itu akan memukuliku," jelas Jauhari. "Mas Cayden masih berjuang untuk menjadikanmu tahanan kota. Jangan putus doa, Ri. Yakin, kamu pasti bisa bebas," ungkap Alvaro. "Ya, Bang." Jauhari memindai sekitar. "Bang W dan M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 27

27Wajah Jovita memucat, sesaat setelah mendengar perkataan Artio Laksamana Pramudya, yang mendatanginya di indekos mewah di dekat kampusnya.Jovita tidak sanggup menemukan kalimat sanggahan atas ucapan putra sulung keluarga Pramudya, yang telah membeberkan semua fakta tentang tingkah buruk Ernest di masa silam. Perempuan berusia 26 tahun tersebut, benar-benar tidak menyangka jika pihak PBK yang diwakili Artio, tidak akan sungkan untuk membalas fitnah dari Ernest tentang Jauhari dan Avreen. Jovita menelan ludah. Dia benar-benar bingung harus bertindak, karena dia tahu jika adiknya telah memicu kemarahan keluarga Pramudya dan PBK. "Tolong sampaikan ke orang tuamu, agar tidak menyalahkan kami yang akan melaporkan Ernest atas tuduhan fitnah, pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan," ujar Artio yang akrab dipanggil Tio, sambil memandangi Jovita dengan saksama. "Tim pengacara kami di Sydney tengah menyusun laporan, dan akan menyampaikannya ke kantor polisi di sana, maksim
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 28

28Jalinan waktu terus bergulir. Siang menjelang sore itu, rombongan para bos dari Indonesia tiba di kantor polisi tempat Jauhari ditahan. Meskipun baru sampai dari bandara, mereka langsung berkunjung ke sana, daripada menuju hotel. Jauhari keluar dari sel-nya dengan didampingi Aditya. Setibanya di ruang tamu, Jauhari terkejut, karena tempat itu penuh orang-orang yang dikenalnya. Sudut bibir Jauhari mengukir senyuman. Dia mendatangi kedua orang tuanya yang langsung mendekap pria tersebut sembari menangis. Selama beberapa saat mereka saling mencurahkan kerinduan, sebelum Jauhari berpindah untuk menyalami yang lainnya. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama dan Mediawan mendekap Jauhari secara bergantian. Kemudian sang ajudan menyambangi Dante, Baskara, Tio, Samudra, Benigno, Marley, dan Hadrian, yang ikut dalam rombongan tersebut. Terakhir, Jauhari menghampiri Mulyadi, guru spiritualnya, yang didampingi Hendri dan Zein. Keempatnya berbincang singkat, sebelum kembali
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 29

29Jauhari tidak langsung menjawab pertanyaan pria berdagu lancip tersebut. Sang pengawal justru mengulum senyuman misterius, yang mengakibatkan Dante dan Baskara geregetan. "Heh! Ditanya, malah cengengesan!" sungut Dante. "Aku bingung mau jawab apa, Pak," balas Jauhari. "Tinggal bilang, iya atau nggak. Selesai." Jauhari mengangguk patuh. "Kami sudah sama-sama mencurahkan perasaan, tapi, aku nggak berani maju, buat mengakui dia sebagai pacar." "Kenapa?" "Pertama, supaya dia nggak diminta datang lagi ke sini sebagai saksi. Apalagi saat itu dia ikut berantem, bagian bikin benjol dan pingsan beberapa lawan kami." "Kedua, jalannya masih panjang. Umurnya baru 21 tahun. Mungkin dia masih ingin menggapai mimpi, dan itu butuh waktu beberapa tahun. Sedangkan aku, mungkin nggak bisa menunggu dia selesai mencapai cita-citanya." "Ditambah lagi, aku akan jadi tahanan kota bertahun-tahun. Paling cepat, 3 tahun dari sekarang. Baru bisa benar-benar bebas. Aku nggak yakin, dia sanggup LDR atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 30

30Isakan Pujiyanti mengiringi perpisahannya dengan Jauhari. Rombongan pimpinan Yanuar akan bertolak kembali ke Indonesia. Perempuan berjilbab biru, baru berhenti menangis, setelah dijanjikan Sultan, bila Pujiyanti bisa kembali mengunjungi Jauhari di masa mendatang. Seusai menyalami semua anggota rombongan bos, Jauhari beralih menyalami ketujuh Power Rangers, Said, dan Haikal serta Hamid, yang juga akan bertolak ke Jakarta. Jauhari sudah lebih tegar hati, hingga tidak menangis saat mendekap Wirya. Keduanya berbincang serius selama beberapa saat, sebelum Jauhari mundur dan beralih menyalami rekan-rekannya. Selain para senior, Harun, Chairil, Aditya, dan Nanang juga ikut berangkat. Beberapa hari lagi tim kedua akan tiba untuk menggantikan tugas mereka di Sydney. Jauhari diizinkan Harper untuk mengantar rombongan itu sampai ke teras. Bersama Yusuf, Dedi, Geof, Cayden, Bryan, Jourell, Keven, Gumelar, Harzan, Nuriel, Chalid, Irham, Mizan, Shahid dan Jahfal, Jauhari memerhatikan hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status