Semua Bab Terjerat Daun Muda : Bab 31 - Bab 40

70 Bab

Bab 31

31Kabar tentang Ernest yang meminta perlindungan pada polisi Sydney, akhirnya sampai ke Surabaya. Nurwanto dan Astuti, kedua orang tua Ernest, segera berangkat ke Jakarta.Mereka dijemput Jovita dan Sophia di bandara. Pasangan tua tersebut langsung mendatangi kediaman Sultan Pramudya. Mereka hendak menemui Avreen dan keluarganya, untuk membicarakan tentang situasi di Sydney. Tio yang tengah berada di kantor Adhitama Grup, bergegas pergi ke rumah ayahnya. Tio tiba bertepatan dengan Alvaro dan Yanuar, yang datang bersama Wirya serta Zulfi. Kelima pria tersebut memasuki ruang tamu bernuansa biru. Mereka menyalami Sultan, Winarti, Mediawan dan Lituhayu terlebih dahulu, sebelum bersalaman dengan para tamu. Asisten Nurwanto yang bernama Taslim, menerangkan maksud kedatangan orang tua Ernest. Asisten Astuti, yakni Hendi, juga turut menambahkan penjelasan rekannya. Avreen yang baru pulang dari kampus, memasuki rumah dari pintu samping. Dia tahu jika kedua orang tua Ernest ada di depan, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 32

32Kelompok Mardi tiba di Sydney, siang menjelang sore waktu setempat. Mereka langsung diantarkan ke kantor polisi oleh Chatur dan Angga yang bertugas menjemput. Sepanjang perjalanan, Mardi mengorek keterangan terbaru dari Chatur, yang menjadi sopir mobil MPV hitam. Hal serupa juga dilakukan Daus yang berada di mobil kedua. Dia menanyai Angga yang menerangkan semuanya dengan detail. Setibanya di tempat tujuan, Yusuf dan rekan-rekannya menyambut kloter 3 itu dengan penghormatan. Kemudian mereka menyalami Mardi, Daus, dan rekan-rekan pengawal muda. Setelahnya, Yusuf dan tim-nya berpindah untuk menyalami beberapa bos PG serta PCD, yang turut hadir untuk memberikan dukungan buat Jauhari. Selain itu, mereka juga hendak melihat proyek yang tengah berjalan di Chairn, Gold Coast. Seusai meminta izin pada petugas, Yusuf mengantarkan rombongan tersebut ke ruang tunggu. Tidak berselang lama Jauhari keluar bersama Mizan yang menemaninya di sel. Seusai menyalami kedua senior dan rekan-rekann
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Bab 33

33*Grup Pahlawan Bertoeng*Yoga : Aku ngikik baca nama grupnya. Yanuar : Dirut kita makin kocak. Zulfi : Alhamdulillah. W sudah kembali ceria. Andri : Aku sampai baca ulang nama grup. Takut salah.Said : Aku lagi di rumah calon mertua. Pada bingung lihat aku cekikikan. Haryono : Jangan munculkan wujud aslimu, @Said. Said : Memangnya aku ini apakah? @Yono. Haryono : Penunggu pohon asem. Hamid : Baru lihat grup ini, langsung ketawa aku. Haikal : @Wirya, otak ente lagi waras? Wirya : Ya, @Bang Hai. Habis main sama baby. Benar-benar mood booster. Alvaro : Aku jadi nggak sabar nunggu May lahiran. Pengen main sama bayi lagi. Mardi : Gaes, ada kabar gembira. Yoga : Apa? @Mardi. Mardi : Ari ditembak Dek Avreen. Yusuf : Wuah! Ari, benar-benar pandai menggaet perempuan. Aditya : Aku, kok, nggak dapat-dapat ya? Ari gampang banget punya gebetan. Jeffrey : Mukamu itu kecut terus, @Aditya. Nanang : Bener. Perempuan jadi kesal duluan lihatnya. Chairil : Harus sering senyum, @Adity
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Bab 34 - Three Cutie Bodyguard

34Hari berganti hari. Jumat malam, empat orang pria berpakaian perlente, memasuki kelab malam yang cukup terkenal di Port Stephens. Mereka langsung menuju bar untuk menemui informan bayaran. Seusai memesan minuman dan berbincang sesaat dengan bartender sekaligus informan, keempatnya berpindah duduk ke kursi dekat meja bagian tengah. Dua perempuan yang juga informan, mendatangi mereka untuk bersandiwara sebagai kupu-kupu malam. Mereka berbincang sambil memindai sekitar, untuk menunggu drama dimulai. Tiba-tiba terdengar suara orang-orang yang tengah berkelahi. Dillbert dan Kenrich Pearce, tampak bersemangat berlakon sebagai dua orang mabuk yang membuat kekacauan. Beberapa rekan sekuriti dari proyek HKB terdekat, menambah kericuhan suasana. Mereka berkelahi dengan gaya orang mabuk, yang sebetulnya tidak kena tinjuan atau tendangan. Mereka lebih banyak sempoyongan dan menabrak orang-orang di sekeliling. Penjaga keamanan kelab segera membubarkan pertempuran ity dan mengusir para pelak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 35 - Tim Rahasia

35Alvaro dan Wirya kompak mengacungkan jempol, sesaat setelah mendengar penuturan Hisyam, tentang perubahan rencana selanjutnya. Zulfi dan Yoga yang turut mendengarkan percakapan itu, saling beradu pandang sesaat, sebelum serentak menggeleng. Direktur keuangan dan direktur operasional PBK tersebut, sama sekali tidak mengira jika calon direktur utama akan menemukan ide, yang sama ajaibnya dengan kedua komisaris. "Siapa saja yang mau dikerahkan untuk pelaksanaan rencanamu, Syam?" tanya Alvaro sambil memandangi layar tabletnya di meja."Aku mau orang-orang lama, Bang. Plus beberapa orang baru," jawab Hisyam dari seberang benua. "Yang lama dan yang baru, sebutkan. Biar kami catat dulu." "Semua pengawal lapis tiga." "Oke." "Lalu, Gumelar, Sunardi, Sudrajat, Harun, Santos, Dimas, Syuja, Hasbi, Fikri dan Mukti." "Harun nggak bisa. Minggu depan dia sudah harus berangkat untuk tugas di Kanada," sela Wirya. "Ah, ya, lupa aku." Hisyam membaca catatannya. "Lanjut ke junior. Aku butuh Laz
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 36

36Pagi itu, suasana di kediaman Fairel terlihat ramai. Rumah dua lantai yang telah disewa PBK, sudah mendapatkan izin sebagai mess, dari pengelola perumahan setempat.Danesh, Ernest dan Rizal yang juga berlindung di rumah itu, memandangi kesibukan para pengawal muda yang sedang membuat banyak tongkat kayu. Kendatipun penasaran, tetapi Danesh tidak berani mendesak Qadry yang menjadi pemimpin kelompok itu. Danesh ragu-ragu untuk mendekatkan diri dengan calon direktur utama PB itu, karena sejak datang kemarin siang, Qadry memasang tampang serius. Demikian pula dengan rekan-rekannya. "Mereka kayak lagi bikin senjata," cakap Rizal yang sejak tadi memerhatikan puluhan laki-laki di halaman belakang. "Apa mereka lagi siap-siap perang?" tanya Ernest. "Kalau perang, pasti senjata tajam yang keluar. Ini dari kayu semua," timpal Danesh. "Mungkin buat latihan, atau diklat," tukas Ernest. "Dulu, aku pernah main ke rumah Pramudya, para pengawalnya lagi latihan. Bentuk tongkatnya mirip yang mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 37

37Keenam orang keluar dari mobil SUV hitam yang dikemudikan Harzan. Mereka menunggu sang sopir selesai mengunci mobil, kemudian mereka bergegas menuju ruang tunggu. Jauhari muncul bersama Hisyam dan Yusuf. Pria berlesung pipi itu sempat termangu sesaat, sebelum mengulaskan senyuman sembari mendatangi rekan-rekannya. Jauhari menyalami dan memeluk Beni serta Lazuardi terlebih dahulu. Kemudian dia berpindah untuk mendekap keempat gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama. "Ra, kok, kamu bisa datang bareng mereka?" tanya Jauhari, seusai duduk bersama para tamu. "Aku ke London dulu. Baru ke sini sama mereka," seloroh Andara. "Muter, dong." Andara menyunggingkan senyuman. "Enggak, Bang. Aku sebetulnya ikut tim Bang Hasbi. Terus, aku diantarkan ke unitnya Mbak Sekar, karena nggak mungkin aku perempuan sendirian di mess." "Oh, begitu." Jauhari memandangi gadis yang tengah mengeluarkan banyak wadah makanan dari tas besar. "Rani, apa kabar?" tanyanya. "Baik. Lagi mudik dia." "Ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 38

38"Siapa saja yang berada di dalam sel, Dit?" tanya Geoff, yang datang pagi itu bersama Cayden. "Sel kiri, isinya Bang Carlos, Bang Hugo, Dillbert, Kenrich, Samuel dan Lucano," jawab Aditya. "Sel kanan, Bang Juan, Bang Leon, Hisyam, Beni Jeffrey dan Lazuardi," lanjutnya. "Kapan mereka akan dikeluarkan?" "Tim Indonesia, kecuali Jeffrey, jam setengah 8." Aditya mengecek arlojinya. "Sekitar 10 menit lagi," tambahnya. "Yang lain?" "Nunggu tim Shinshe selesai." Cayden menggeleng pelan. "Idenya Hisyam benar-benar di luar ekspektasi." "Ya, dia meniru kedua abangnya, hobi mengeluarkan ide aneh," balas Geoff. "Kami saja nggak kepikiran ide itu," ungkap Syuja. "Jangankan kamu, aku yang sudah tahu karakter Hisyam dari dulu, tetap aja kaget," papar Qadry. "Bentar. Bang Jeffrey, kenapa nggak ikut keluar?" tanya Harzan. "Dia, kan, seperempat bule. Bisa sedikit bahasa Spanyol. Nyamar jadi orang sana, cocok," terang Chairil. Panggilan dari belakang menyebabkan mereka berbalik. Semuanya t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 39 - Taruhan

39Hari berganti. Tim kuasa hukum Rupert tiba di ruang tunggu bangunan khusus penjara, bersama kedua sepupu Rupert. Mereka berbincang dengan serius, mengenai kabar terbaru yang disampaikan Owen dua malam lalu. Berend, sepupu Rupert juga menerangkan kabar terbaru di kalangan perkumpulan anak buah Baylon. Kematian Brecht menimbulkan gonjang ganjing. Bahkan banyak yang berasumsi jika sebentar lagi akan ada peperangan di kelompok besar itu. Rupert mendiskusikan tawaran dari pengacara Jauhari yang menemuinya kemarin siang. Ketiga kuasa hukumnya meminta Rupert untuk menerima tawaran itu, sebagai upaya untuk pengurangan hukumannya. Setelah para tamu pulang, Rupert membisikkan sesuatu pada penjaga yang mengantarkannya ke aula. Setelahnya, Rupert bergegas memasuki sel-nya, untuk membaca surat yang tadi diselipkan Berend. Rupert manggut-manggut. Dia tahu, hanya itu jalan terbaik agar wilayah kekuasaannya aman. Dia menyerahkan semuanya pada Berend dan keluarganya, karena Rupert belum bisa be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 30

40Jalinan waktu terus bergulir. Kloter 4 dari Indonesia telah tiba. Selang dua hari berikutnya, kloter ketiga dan tim Eropa berpamitan untuk kembali ke negara masing-masing. Hisyam mendekap Jauhari cukup lama, sambil membisikkan kata-kata untuk menguatkan hati sahabatnya tersebut. Setelah melepaskan diri, Hisyam beralih untuk memeluk Yusuf dan Beni, yang tetap tinggal sampai beberapa bulan ke depan. Jauhari dan rekan-rekannya melepas keberangkatan kedua kelompok tersebut, hingga bus yang mereka tumpangi tidak terlihat lagi. Aswin dan Nasir yang memimpin kloter 4, mengajak semua orang untuk memasuki ruang tunggu. Mereka bersantap siang sambil berbincang santai, kecuali Jauhari. Pria berlesung pipi tersebut memaksakan mengunyah dan menelan makanannya, meskipun semuanya terasa hambar. Ditahan selama dua bulan, menjadikan jiwa dan raga Jauhari letih. Lelaki bermata sipit, sudah bosan terkurung di tempat itu. Dia sangat ingin bisa bebas, meskipun berstatus tahanan kota, seperti Nurie
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status