Semua Bab Terjerat Daun Muda : Bab 11 - Bab 20

70 Bab

Bb 11

11Hari berganti menjadi minggu. Rencana Avreen untuk berkunjung ke Brisbane, akhirnya dibatalkan. Sebab musim dingin saat itu tengah mencapai puncaknya. Berbeda dengan wilayah Eropa dan Amerika, musim dingin di Australia berlangsung dari awal Juni hingga akhir Agustus. Kendatipun kecewa, tetapi Avreen akhirnya menerima pembatalan itu. Sebagai ganti ke Brisbane, Jourell mengusulkan agar Avreen berkunjung ke Port Stephens. Kota itu adalah pelabuhan dan destinasi wisata di pantai timur New South Wales. Port Stephens dikelilingi 26 pantai dan teluk. Pelabuhan tersebut berada di dalam kawasan taman laut Port Stephens-Great Lakes. Port Stephens memiliki banyak kota-kota, termasuk Nelson Bay dan Raymond Terrace sebagai kota-kota yang lebih besar, serta beberapa desa kecil di sepanjang teluk. Kota-kota itu telah berkembang menjadi lebih menarik seiring dengan pertumbuhan pariwisata, yang berkembang pesat di sana. Untuk mencapai Kota Port Stephens, pengunjung bisa melakukan perjalanan da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 12 - Basai

12Jauhari mendengarkan penuturan pemilik kafe itu dengan saksama. Dia beradu pandang dengan Harzan, kemudian mereka berbisik-bisik. "Non, kita terpaksa nyari penginapan di sini," ujar Jauhari setelah berbincang dengan Harzan. "Kenapa, Bang?" tanya Avreen. "Kata pemilik kafe, akan ada badai salju di sekitar sini. Waktunya maksimal satu jam dari sekarang. Kita nggak akan sempat kembali ke Sydney, karena mungkin saja badainya meluas." "Hmm, ya. Kita mau nginap di mana?" "Harzan lagi nyari." Jauhari menunjuk rekannya yang tengah sibuk mencari hotel terdekat, melalui aplikasi di ponselnya. "Kita bagi tugas. Non, Tyas dan Viviane, ke toko sebelah. Beli roti atau apa pun yang bisa dimakan. Aku mau ke toko ujung, beli minuman dan lainnya," ungkap Jauhari yang dibalas anggukan sang nona. Tidak berselang lama, kelompok itu telah berada di beberapa toko lain. Nuriel dan Chalid berlari menuju satu-satunya toko souvenir yang masih buka, untuk membeli kaus dan celana panjang model apa pun y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 13 - Saksi Mara

13 *Grup Petinggi PBK* Yanuar : Astagfirullah! @Ari, kenapa anak buahmu jogetnya kacau? Andri : Aku nonton bareng Cayapata, ngakak dia. Wirya : Lien suka malahan. Dia kirim video itu ke grup istri bos PC, pada heboh. Zulfi : Baru kali ini aku lihat Ari uget-uget kayak ulat kaki seribu. Yoga : Menurutku, jogetnya Ari bagus. Tapi, Chalid sama Irham yang merusak harmoni.Alvaro : May sama Juna ketawa terus, tuh. Haryono : Baman mutar videonya sampai lima kali. Suka katanya lihat orang bule joget. Tio : Aku justru fokus ke Tyas. Suaranya bagus banget. Wirya : Boleh ditarik buat jadi tim musik, @Pak Tio?Tio : Ya, tarik aja, @Wirya. Biar Nandira dan Fairish punya teman nyanyi. Sultan : Loh, mereka di mana itu? Kok, banyak bule. Yanuar ; Di hotel, @Ayah. Karena terjebak badai salju, jadinya kemarin mereka nginap di sana. Sultan : Hotel di Sydney? Yanuar : Bukan, tapi di ... apa, ya, nama tempatnya? Ada yang tahu? Wirya : Port Stephens, @Bapak. Sultan : Kayaknya saya belum per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 14 - Pengorbanan Jauhari

14Malam telah larut, ketika mobil yang ditumpangi kelompok Jauhari bergerak menjauh dari kantor polisi terdekat, dengan tempat kejadian perkara. Sebagai saksi mata utama, Avreen harus memberikan kesaksian berulang kali hingga dia kelelahan. Begitu pula dengan Jauhari dan Nuriel, yang turut membantu kedua korban penusukan. Harwill, salah satu pengacara yang merupakan teman Geof, sepupu Aruna, telah datang ke kantor polisi, setelah dihubungi Geof. Harwill bertindak sebagai kuasa hukum Avreen dan teman-temannya, yang diminta untuk tetap berada di Port Stephens, hingga beberapa hari ke depan.Harwill ikut mengantarkan hingga mobil yang dikemudikan Harzan memasuki tempat parkir hotel. Kemudian Harwill melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Puluhan menit terlewati, Jauhari telah selesai berganti pakaian. Sebab pengunjung hotel telah berkurang, Jauhari dan Harzan pindah ke kamar seberang tempat ketiga gadis."Bang, sudah laporan ke Bang W?" tanya Harzan yang tengah berbaring di sisi kiri ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 15 - Pengintai

15Sepanjang pagi hingga siang, Avreen gelisah. Dia berulang kali teringat wajah Truman saat badan lelaki tersebut diputar ke belakang olehnya.Berbeda dengan Owen, korban yang selamat, Truman sudah nyaris tidak bergerak saat tubuhnya diperiksa Nuriel, yang ingin memastikan apakah ada luka lainnya. Avreen menggeleng pelan saat terbayang mata cokelat Truman yang memandanginya sesaat, sebelum pria itu memejam sembari berusaha untuk tetap bernapas. Panggilan Jauhari menyebabkan Avreen memandangi pintu kamar, yang perlahan terbuka. Jauhari memasuki ruangan bersama Bryan dan Jourell. Avreen bangkit duduk dan menyalami kedua sahabat Tio itu dengan takzim. Avreen memaksakan senyuman, saat Bryan duduk di tepi kasur dan memerhatikannya saksama. "Sudah lebih tenang?" tanya Bryan. "Ya, Pak," cicit Avreen. "Pesananmu ada di depan. Mau dimakan kapan?" "Sekarang. Tadi aku sudah pesan wortel, buncus, selada dan kentang kukus. Hanya kurang tahu dan kangkungnya." "Mau dibuat apa?" "Gado-gado.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 16

16Dedi mengulum senyuman ketika mobil Jeep hitam ternyata benar-benar mengikuti mobil yang ditumpanginya. Dedi menginstruksikan beberapa trik pada Jafan yang segera melaksanakannya. Kedua gadis yang berada di kursi tengah, sibuk memvideokan mobil Jeep. Hal itu diminta Dedi, yang nantinya akan meneruskan video itu ke Harwill. Tyas dan Viviane sudah cukup hafal berbagai teknik yang digunakan para pengawal, dalam usaha mereka untuk menghindari pengintai maupun penguntit. Setelah cukup jauh dari pusat kota, Jafan memutar mobil tanpa menyalakan lampu sen. Kemudian dia memacu kendaraan lebih cepat, agar tidak bisa diikuti lagi. "Sial!" umpat sopir mobil Jeep. "Mereka ke mana?" tanya pria bertopi bisbol hitam sembari memindai sekitar. "Tadi mereka memutar arah, lalu mengebut." Sopir memukuli kemudi, karena kesal incarannya berhasil lolos. "Lalu, kita harus bagaimana?" "Kamu telepon Monti. Tanyakan posisinya. Kita menyusul ke sana." Sementara itu di hotel baru yang berada di pusat k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 17

17Belasan pasang mata menatap layar televisi nyaris tanpa kedip. Berita tentang kedatangan banyak orang ke hotel dekat pantai, menjadi trendung topik di banyak media sosial. Kendatipun tidak terjadi keributan, tetapi polisi maaih berjaga-jaga di sekitar. Mereka khawatir akan terjadi serangan susulan dari gerombolan yang disinyalir sebagai anggota gangster. Harwill sudah menelepon Bryan dan meminta tim Indonesia untuk tetap berada di hotel. Hingga suasana kembali kondusif. Selain itu, Harwill juga mengusahakan agar kelompok Jauhari diperbolehkan untuk meninggalkan Port Stephens, secepatnya. Seusai menonton berita, Jauhari berpindah ke kamarnya untuk menelepon Wirya. Kala panggilan diangkat, Jauhari terkejut, karena bukan Wirya yang menyapanya dengan ucapan salam. Melainkan Alvaro. "Waalaikumsalam. Bang Varo lagi sama Bang W?" tanya Jauhari, seusai menjawab salam dari komisaris 4 PBK tersebut. "Ya, kami masih di kantor," jelas Alvaro. "Di sini baru jam 4 sore, Ri," lanjutnya. "Ah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 18

18Kelompok Said tiba di hotel Arvasathya Grup, beberapa saat mendekati jam 5 subuh. Said, Jeffrey dan Nanang langsung mendatangi Jauhari di kamar ujung kanan. Dedi yang mendampingi Jauhari di kamar itu, turut berbincang dengan Said dan kedua pengawal lapis tiga lainnya. Dedi menduga, jika bos pusat tengah mempersiapkan sesuatu, untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Percakapan itu terjeda saat mereka hendak menunaikan salat Subuh. Seusai berwudu, kelima pria tersebut melakukan salat berjemaah dengan Saud menjadi imamnya. Setelahnya, mereka kembali beristirahat. Meskipun Said diberikan kamar sendiri, tetapi dia enggan menempatinya dan memilih untuk bergabung dengan keempat juniornya. Dedi terkejut, ketika Jauhari menceritakan hasil penerawangan Mulyadi, setahun silam. Sementara Said, Jeffrey dan Nanang yang sudah mengetahui tentang itu, hanya diam dan menunggu Jauhari menuntaskan penuturannya. "W lagi tegang banget, Ri. Diajak ngomong pun, dia jawabnya nggak nyambung," tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 19 - Fight!!

19Harzan mengemudi sembari menggerutu. Dia kesal, karena masih terus dikuntit. Padahal Harzan telah mengebut dan mengemudi dengan zig-zag.Jauhari mengambil senapan laras pendek miliknya dari tas selempang. Dia mengecek isi peluru, lalu memastikan kuncinya terpasang. Jauhari menyelipkan pistol ke saku dalam jaket jin birunya, kemudian dia melepaskan tas selempang dan meletakkannya ke lantai. "Am, cek senjata kita," tutur Jauhari sambil melirik spion kiri. "Sudah, Bang," jawab Irham yang duduk di kursi belakang bersama Chalid. "Ada apa aja, dan jumlahnya berapa?" "Tongkat bisbol, dua. Tongkat satpam, tiga. Double stick, dua. Dan tongkat besi, tiga." "Aku minta tongkat besi." "Oke." "Kamu mau pegang apa, Zan?" tanya Jauhari. "Double stick," sahut Harzan. "Kalian bertiga, pegang tongkat satpam dan sisa tongkat besi. Tyas dan Viviane, kasih tongkat bisbol." Jauhari memutar badannya ke belakang agar bisa melihat Avreen. "Non bisa pakai double stick, kan?" tanyanya. "Bisa," balas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 20

20 "Awas!" jerit Nuriel. "Bang, nunduk!!" titahnya yang segera dikerjakan Harzan. Nuriel melemparkan tongkat besinya, hingga menghantam wajah lelaki bersweter hijau, yang hendak menusuk perut Harxan. Chalid berbalik dan menendangi pria berambut pirang itu hingga menabrak temannya. Harzan menambah dengan tendangan putar, hingga kedua lawannya terdorong ke belakang. Ketiga pengawal terkejut saat Avreen memukuli kedua pria yang terjatuh ke jalan, dengan doublr sticknya. Nuriel dan yang lainnya tidak melihat sang nona turun dari mobil.Nuriel bergegas menyambangi Avreen dan memegangi lengan kanan perempuan berjsket abu-abu, yang seketika berhenti menghajar lawannya. "Non, mundur," tukas Nuriel. "Enggak mau!" bantah Avreen. "Bahaya, Non." "Aku bisa jaga diri." "Nanti Bang Ari marah." "Biarin aja!" Nuriel tidak bisa mencegah ketika nonanya menghambur ke dekat Irham dan memukulkam double stick ke lawannya. Irham menendangi musuh hingga terjetembap. Dia meringis kala Avreen memukuli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status