12Jauhari mendengarkan penuturan pemilik kafe itu dengan saksama. Dia beradu pandang dengan Harzan, kemudian mereka berbisik-bisik. "Non, kita terpaksa nyari penginapan di sini," ujar Jauhari setelah berbincang dengan Harzan. "Kenapa, Bang?" tanya Avreen. "Kata pemilik kafe, akan ada badai salju di sekitar sini. Waktunya maksimal satu jam dari sekarang. Kita nggak akan sempat kembali ke Sydney, karena mungkin saja badainya meluas." "Hmm, ya. Kita mau nginap di mana?" "Harzan lagi nyari." Jauhari menunjuk rekannya yang tengah sibuk mencari hotel terdekat, melalui aplikasi di ponselnya. "Kita bagi tugas. Non, Tyas dan Viviane, ke toko sebelah. Beli roti atau apa pun yang bisa dimakan. Aku mau ke toko ujung, beli minuman dan lainnya," ungkap Jauhari yang dibalas anggukan sang nona. Tidak berselang lama, kelompok itu telah berada di beberapa toko lain. Nuriel dan Chalid berlari menuju satu-satunya toko souvenir yang masih buka, untuk membeli kaus dan celana panjang model apa pun y
13 *Grup Petinggi PBK* Yanuar : Astagfirullah! @Ari, kenapa anak buahmu jogetnya kacau? Andri : Aku nonton bareng Cayapata, ngakak dia. Wirya : Lien suka malahan. Dia kirim video itu ke grup istri bos PC, pada heboh. Zulfi : Baru kali ini aku lihat Ari uget-uget kayak ulat kaki seribu. Yoga : Menurutku, jogetnya Ari bagus. Tapi, Chalid sama Irham yang merusak harmoni.Alvaro : May sama Juna ketawa terus, tuh. Haryono : Baman mutar videonya sampai lima kali. Suka katanya lihat orang bule joget. Tio : Aku justru fokus ke Tyas. Suaranya bagus banget. Wirya : Boleh ditarik buat jadi tim musik, @Pak Tio?Tio : Ya, tarik aja, @Wirya. Biar Nandira dan Fairish punya teman nyanyi. Sultan : Loh, mereka di mana itu? Kok, banyak bule. Yanuar ; Di hotel, @Ayah. Karena terjebak badai salju, jadinya kemarin mereka nginap di sana. Sultan : Hotel di Sydney? Yanuar : Bukan, tapi di ... apa, ya, nama tempatnya? Ada yang tahu? Wirya : Port Stephens, @Bapak. Sultan : Kayaknya saya belum per
14Malam telah larut, ketika mobil yang ditumpangi kelompok Jauhari bergerak menjauh dari kantor polisi terdekat, dengan tempat kejadian perkara. Sebagai saksi mata utama, Avreen harus memberikan kesaksian berulang kali hingga dia kelelahan. Begitu pula dengan Jauhari dan Nuriel, yang turut membantu kedua korban penusukan. Harwill, salah satu pengacara yang merupakan teman Geof, sepupu Aruna, telah datang ke kantor polisi, setelah dihubungi Geof. Harwill bertindak sebagai kuasa hukum Avreen dan teman-temannya, yang diminta untuk tetap berada di Port Stephens, hingga beberapa hari ke depan.Harwill ikut mengantarkan hingga mobil yang dikemudikan Harzan memasuki tempat parkir hotel. Kemudian Harwill melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Puluhan menit terlewati, Jauhari telah selesai berganti pakaian. Sebab pengunjung hotel telah berkurang, Jauhari dan Harzan pindah ke kamar seberang tempat ketiga gadis."Bang, sudah laporan ke Bang W?" tanya Harzan yang tengah berbaring di sisi kiri ka
15Sepanjang pagi hingga siang, Avreen gelisah. Dia berulang kali teringat wajah Truman saat badan lelaki tersebut diputar ke belakang olehnya.Berbeda dengan Owen, korban yang selamat, Truman sudah nyaris tidak bergerak saat tubuhnya diperiksa Nuriel, yang ingin memastikan apakah ada luka lainnya. Avreen menggeleng pelan saat terbayang mata cokelat Truman yang memandanginya sesaat, sebelum pria itu memejam sembari berusaha untuk tetap bernapas. Panggilan Jauhari menyebabkan Avreen memandangi pintu kamar, yang perlahan terbuka. Jauhari memasuki ruangan bersama Bryan dan Jourell. Avreen bangkit duduk dan menyalami kedua sahabat Tio itu dengan takzim. Avreen memaksakan senyuman, saat Bryan duduk di tepi kasur dan memerhatikannya saksama. "Sudah lebih tenang?" tanya Bryan. "Ya, Pak," cicit Avreen. "Pesananmu ada di depan. Mau dimakan kapan?" "Sekarang. Tadi aku sudah pesan wortel, buncus, selada dan kentang kukus. Hanya kurang tahu dan kangkungnya." "Mau dibuat apa?" "Gado-gado.
16Dedi mengulum senyuman ketika mobil Jeep hitam ternyata benar-benar mengikuti mobil yang ditumpanginya. Dedi menginstruksikan beberapa trik pada Jafan yang segera melaksanakannya. Kedua gadis yang berada di kursi tengah, sibuk memvideokan mobil Jeep. Hal itu diminta Dedi, yang nantinya akan meneruskan video itu ke Harwill. Tyas dan Viviane sudah cukup hafal berbagai teknik yang digunakan para pengawal, dalam usaha mereka untuk menghindari pengintai maupun penguntit. Setelah cukup jauh dari pusat kota, Jafan memutar mobil tanpa menyalakan lampu sen. Kemudian dia memacu kendaraan lebih cepat, agar tidak bisa diikuti lagi. "Sial!" umpat sopir mobil Jeep. "Mereka ke mana?" tanya pria bertopi bisbol hitam sembari memindai sekitar. "Tadi mereka memutar arah, lalu mengebut." Sopir memukuli kemudi, karena kesal incarannya berhasil lolos. "Lalu, kita harus bagaimana?" "Kamu telepon Monti. Tanyakan posisinya. Kita menyusul ke sana." Sementara itu di hotel baru yang berada di pusat k
17Belasan pasang mata menatap layar televisi nyaris tanpa kedip. Berita tentang kedatangan banyak orang ke hotel dekat pantai, menjadi trendung topik di banyak media sosial. Kendatipun tidak terjadi keributan, tetapi polisi maaih berjaga-jaga di sekitar. Mereka khawatir akan terjadi serangan susulan dari gerombolan yang disinyalir sebagai anggota gangster. Harwill sudah menelepon Bryan dan meminta tim Indonesia untuk tetap berada di hotel. Hingga suasana kembali kondusif. Selain itu, Harwill juga mengusahakan agar kelompok Jauhari diperbolehkan untuk meninggalkan Port Stephens, secepatnya. Seusai menonton berita, Jauhari berpindah ke kamarnya untuk menelepon Wirya. Kala panggilan diangkat, Jauhari terkejut, karena bukan Wirya yang menyapanya dengan ucapan salam. Melainkan Alvaro. "Waalaikumsalam. Bang Varo lagi sama Bang W?" tanya Jauhari, seusai menjawab salam dari komisaris 4 PBK tersebut. "Ya, kami masih di kantor," jelas Alvaro. "Di sini baru jam 4 sore, Ri," lanjutnya. "Ah,
18Kelompok Said tiba di hotel Arvasathya Grup, beberapa saat mendekati jam 5 subuh. Said, Jeffrey dan Nanang langsung mendatangi Jauhari di kamar ujung kanan. Dedi yang mendampingi Jauhari di kamar itu, turut berbincang dengan Said dan kedua pengawal lapis tiga lainnya. Dedi menduga, jika bos pusat tengah mempersiapkan sesuatu, untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Percakapan itu terjeda saat mereka hendak menunaikan salat Subuh. Seusai berwudu, kelima pria tersebut melakukan salat berjemaah dengan Saud menjadi imamnya. Setelahnya, mereka kembali beristirahat. Meskipun Said diberikan kamar sendiri, tetapi dia enggan menempatinya dan memilih untuk bergabung dengan keempat juniornya. Dedi terkejut, ketika Jauhari menceritakan hasil penerawangan Mulyadi, setahun silam. Sementara Said, Jeffrey dan Nanang yang sudah mengetahui tentang itu, hanya diam dan menunggu Jauhari menuntaskan penuturannya. "W lagi tegang banget, Ri. Diajak ngomong pun, dia jawabnya nggak nyambung," tu
19Harzan mengemudi sembari menggerutu. Dia kesal, karena masih terus dikuntit. Padahal Harzan telah mengebut dan mengemudi dengan zig-zag.Jauhari mengambil senapan laras pendek miliknya dari tas selempang. Dia mengecek isi peluru, lalu memastikan kuncinya terpasang. Jauhari menyelipkan pistol ke saku dalam jaket jin birunya, kemudian dia melepaskan tas selempang dan meletakkannya ke lantai. "Am, cek senjata kita," tutur Jauhari sambil melirik spion kiri. "Sudah, Bang," jawab Irham yang duduk di kursi belakang bersama Chalid. "Ada apa aja, dan jumlahnya berapa?" "Tongkat bisbol, dua. Tongkat satpam, tiga. Double stick, dua. Dan tongkat besi, tiga." "Aku minta tongkat besi." "Oke." "Kamu mau pegang apa, Zan?" tanya Jauhari. "Double stick," sahut Harzan. "Kalian bertiga, pegang tongkat satpam dan sisa tongkat besi. Tyas dan Viviane, kasih tongkat bisbol." Jauhari memutar badannya ke belakang agar bisa melihat Avreen. "Non bisa pakai double stick, kan?" tanyanya. "Bisa," balas
76Kedatangan para petugas polisi kantor pusat pada Sabtu pagi menjelang siang, menjadikan Jauhari gembira, karena Gilbert, Paul dan Harper juga mengajak keluarga mereka berkunjung ke lapas kejaksaan. Keempat bocah serentak mengangguk, ketika diajak Yusuf untuk melihat isi caravan. Sedangkan kedua anak Gilbert yang sudah remaja, justru sibuk berbincang dengan Jauhari. Nicoline dan Lenard, bergantian bertanya pada Jauhari tentang kasus yang menimpa pria berlesung pipi terpaksa. Kedua remaja berambut pirang gelap, bahkan mencatat dan merekam penjelasan Jauhari. Gilbert meringis ketika Lenard berkata bila dirinya ingin berkaries sebagai pengawal. Menurut Lenard, karier sebagai bodyguard lebih menantang dibandingkan menjadi polisi, seperti daddy-nya. "Berapa usiamu?" tanya Jauhari. "16 tahun," jawab Lenard. "Kalau kamu?" desaknya. "31.""Apa kamu sudah menikah?" "Belum, tapi aku tengah merencanakan pernikahan dengan kekasihku." "Yang itu, bukan?" Nicoline menunjuk Avreen yang teng
75Bulan Mei berganti menjadi Juni. Musim gugur telah berakhir dan hawa musim dingin mulai terasa. Orang-orang mengeluarkan jaket tebal dan berbagai atribut lainnya, untuk bersiap-siap menghadapi musim paling sejuk di Australia. Pagi itu, Avreen tengah berias, ketika Aisyah memasuki kamarnya dengan raut wajah tegang. Sang ajudan tidak mengatakan apa pun dan langsung menarik tangan kanan nonanya menuju luar kamar. Avreen membeliakkan mata, ketika melihat Jauhari telah berada di ruang tamu. Dia masih terperangah, ketika pria berjaket abu-abu tebal itu menyambanginya sambil membawa kotak kue kecil. "Happy birthday, Sayang," ucap Jauhari seraya tersenyum. "Ehm, ya, makasih," sahut Avreen. "Abang, kenapa bisa ada di sini?" tanyanya. "Aku diminta jadi saksi kasus penyerbuan Mason ke lapas, tempo hari. Kebetulan, Bang Harper yang ngawal, dan aku minta diantarkan ke sini dulu. Sebelum ke kantor pengadilan." "Abang bikin aku kaget." "Sukses berarti kejutannya." "Hu um." "Tiup dulu lil
74Hari berganti menjadi minggu. Pasukan pengganti telah tiba dan ditempatkan di unit apartemen, di sebelah kanan unitnya Avreen. Seusai beristirahat selama beberapa jam, Qadry, Jeffrey dan ketujuh pengawal muda, berangkat menuju kediaman Keven, untuk melaporkan wajah-wajah pengawal baru angkatan 18. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Keven, Aruna, Bryan, Sekar, Jourell, Vlorin, Cayden dan Geoff yang berkumpul di sana sejak sore tadi. Begitu pula dengan Dedi dan rekan-rekannya yang kebetulan tengah off. "Sudah siap serah terima jabatan, Dhif?" tanya Dedi sambil memandangi pengawal lapis 7 tersebut. "Siap," balas Nadhif. "Walaupun aku deg-degan harus mimpin pasukan besar, tapi insyaallah, aku bisa meneruskan kerja keras Abang selama 3 tahun terakhir di sini," lanjutnya. "Petugas pengganti, namanya siapa saja?" Nadhif menunjuk pria muda di sebelah kanannya. "Ini, Yovhi. Seterusnya, Firman, Banyu, Singgih, Zakaria dan Nurikmas," jelasnya. "Banyu, wajahmu mirip sama Eros," sela
73Jalinan waktu terus bergulir. Bulan berganti dengan cepat, hingga nyaris tidak dirasakan oleh manusia di seluruh dunia. Jauhari dan tim Rupert, telah diizinkan untuk beraktivitas di luar sel. Setiap pagi hingga siang, mereka akan mengerjakan apa pun untuk membantu petugas. Jauhari lebih menyukai kegiatan bersih-bersih. Dia bisa berjam-jam di bagian laundry, ataupun menyapu halaman di sekitar bangunan. Tim Rupert yang cukup berbakat memasak, menjadikan para koki senang, karena mereka sanggup menjadi asisten andalan. Pagi itu, seperti biasa, Jauhari keluar dari pintu samping sambil membawa sapu bergagang panjang. Dia memulai rutinitas sembari mendengarkan musik dari earphone. Jauhari tidak menyadari jika tengah diperhatikan beberapa orang dari dalam bangunan. Dia meneruskan menyapu dan memindahkan sampah ke drum. Kemudian Jauhari mencuci tangannya di wastafel luar. "Apa dia pembunuh Daymion?" tanya pria bercambang, sambil memerhatikan Jauhari yang sedang mengusap wajahnya denga
72Rombongan dari Hervey Bay tiba di Sydney siang itu. Mereka langsung menemui keluarga masing-masing yang menunggu di hotel milik keluarga Arvasathya. Seusai bersantap di restoran utama, mereka beranjak menuju kamar yang ditempati sejak 5 hari silam. Tim Yusuf dan tim Taylor juga diinapkan di sana, supaya mereka bisa beristirahat, sebelum bertugas kembali esok hari. Matahari bergerak cepat menuju barat. Langit perlahan menggelap, hingga sang surya benar-benar tenggelam di garis cakrawala. Malam harinya, seusai salat Magrib, tim PBK berangkat menuju kantor polisi pusat. Dua unit mobil MPV hitam melesat di jalan raya yang cukup lengang, karena hari itu merupakan penghujung minggu. Puluhan menit berlalu, kelompok Alvaro telah berada di ruang tunggu. Mereka berbincang dengan Jauhari dan Loko, yang turut menemani di dalam sel. "Jadi, aku nggak dipindahkan ke lapas umum?" tanya Jauhari. "Ya. Tim pengacaramu berhasil meyakinkan pihak kejaksaan, jika akan sangat berbahaya bila kamu dip
71Peristiwa yang terjadi siang tadi di Hervey Bay, menjadi trending topic di semua media sosial. Pro dan kontra bermunculan. Banyak yang lebih mendukung perlawanan tim PBK, dan menganggap polisi setempat sangat lamban dalam menangani kasus tersebut. Cayden telah menghubungi temannya sesama pengacara yang bermukim di sana, untuk mendampingi tim PBK. Cayden dan Geoff juga sudah berangkat ke Hervey Bay bersama dua asisten mereka, serta Andrew, direktur operasional Arvasathya Grup. Andrew merupakan sahabat Keven semenjak beberapa tahun silam. Pria berbadan tinggi besar itu juga pernah mendekam di sel penjara kantor polisi Sydney, karena ikut berkelahi bersama Keven, melawan kelompok penjahat yang dikerahkan lawan bisnis mereka. Kelompok Cayden tiba saat hari sudah malam. Tanpa beristirahat, mereka langsung bergabung dengan teman-teman pengacara, yang tengah berusaha membebaskan para pengawal PBK dan semua bos yang terlibat dalam pertempuran tadi siang. "Kalian sudah makan?" tanya Cay
70Khairani mendekap keluarganya satu per satu. Saat tiba di depan Benigno, keduanya saling menatap sesaat, sebelum pria berparas blasteran itu memeluk Adik iparnya, yang langsung terisak-isak Akrab sejak bertahun-tahun silam, menjadikan Benigno menganggap Khairani sebagai Adik kandungnya. Begitu pula sebaliknya. Bagi Khairani, Benigno adalah Kakak tertua sekaligus jadi panutannya dan semua saudara Falea. Benigno mencium puncak kepala Khairani dengan segenap rasa sayang. Dia tahu, jika gadis dalam dekapannya memang harus pergi menjauh, untuk mengobati hatinya yang terluka karena cinta. "Jangan keluyuran sendiri, Ran. Tunggu Novan atau Syafid datang ke Belanda, baru kamu bisa keliling tempat wisata," tutur Benigno seusai mengurai dekapan. "Syamsiah dan Abyaz itu junior, mereka belum tahu sikon. Jadi kamu yang harus lebih mengarahkan mereka dan para sekuriti serta junior lainnya di sana," tambah Benigno. "Kalau ada masalah, usahakan untuk diselesaikan sendiri. Nggak sanggup, seger
69Berita tentang rencana pernikahan Jauhari dan Avreen, akhirnya sampai pada Khairani. Gadis tersebut memutuskan untuk menyendiri dan lebih banyak diam. Hal itu tentu saja membingungkan teman-teman satu mess. Sebab biasanya Khairani akan ceria. Terutama setelah mudik dari kampung halamannya. Andara yang tahu penyebab sepupunya murung, tidak bisa melakukan apa pun. Begitu pula dengan Falea. Andara yang baru tiba kemarin sore dari Sydney bersama orang tuanya, mengajak Khairani untuk menginap di rumah Falea. Namun, ditolak gadis berpipi tembam tersebut, dengan alasan tengah tidak enak badan. Andara mengajak Falea dan Benigno berbincang di ruang kerja. Supaya tidak terdengar keluarga lainnya yang tengah berkumpul di ruangan depan. "Dia sedang parah hati, Ra. Nggak bisa dinasihati. Mental semuanya," keluh Falea. "Wajar itu. Rani sedang dalam proses melupakan, lalu ada kabar kayak gini. Dia pasti kaget," sahut Benigno. "Kupikir ikut terapi bisa membuatnya cepat melupakan Bang Ari. T
68*Grup Petinggi PBK New*Tio : @Jauhari, kamu bikin heboh keluarga di Malang.Yanuar : Ada apa, @Mas Tio? Aku nggak ngeh. Zulfi : What happen, aya naon? Yoga : Aku baru on. Andri : @Jauhari. Terangkanlah. Haryono : Aku masih menunggu artisnya muncul. Hisyam : Mungkin Ari sudah tidur. Di sana hampir jam 12 malam. Yusuf : Minal aidin wal faidzin, semuanya. Aditya : Mohon maaf lahir batin. Wirya : Sama-sama, @Yusuf dan @Aditya.Wirya : Di Taiwan malah sudah sepi. Aku bingung mau ngobrol sama siapa. Biasanya ada tim Loko, tapi mereka lagi stand by di Sydney. Mardi : Aku baru bangun. Habis salat isya, tepar. Capek keliling rumah keluarga. Said : Di rumah abi-ku, sepi. Kakak dan adikku lebaran di tempat mertua masing-masing. Mertuaku rumahnya dekat. Jadi nggak berasa lagi lebaran. Jaka : Aku baru kali ini lebaran di Yogyakarta. Enak juga. Ilyas : Aku tadinya pengen lebaran di Antartika, tapi takut nggak bisa napas. Jeffrey : @Bang Ilyas, aku ngakak dan dicubit istriku, karena