Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Chapter 31 - Chapter 38

All Chapters of The Sugar Baby of Uncle Blue: Chapter 31 - Chapter 38

38 Chapters

Bab 31: Rahasia Emely 3

Emely meraih pulpen itu dengan tangan gemetar. Meski hatinya dipenuhi amarah dan rasa benci, ia membubuhkan tanda tangannya pada surat itu. Resmi menyerahkan diri sepenuhnya pada pria yang kini memegang kendali atas hidupnya, Blue Sinclair. Setelah selesai, Blue mengambil kembali dokumen itu. Matanya menatap tanda tangan Emely dengan ekspresi puas sebelum ia menyimpan kembali berkas itu ke dalam laci.Sementara itu, Emely meraih foto-foto yang berserakan di depannya. Dengan penuh emosi, ia merobek semua foto itu hingga tak berbentuk lagi, seolah-olah ingin menghapus jejak memalukan dirinya. Blue yang menyaksikan aksinya, hanya tertawa pelan.“Foto-foto itu hanya permukaan saja,” ujar Blue dengan nada mengejek. “Aku menyimpan banyak salinannya di tempat yang aman. Jadi, jangan terlalu percaya diri.”Emely berhenti sejenak, tubuhnya menegang. Namun, ia memilih untuk tidak merespons, hanya menatap Blue dengan sorot mata penuh kebencian yang tertahan.Blue menutup laci lalu mengalihkan p
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 32: Anak Ketemu Gede? 1

Blue berdiri dari kursinya, memastikan laci tempat dokumen-dokumen penting terkunci otomatis sebelum melangkah mengitari meja kerja. Dia berhenti tepat di depan Emely lalu menatap wanita itu dengan tatapan intens. “Ayo ke luar. Amara sudah pulang,” ajaknya singkat dengan nada tegas.Emely mendongak, menatap Blue dengan wajah tanpa ekspresi. Tanpa banyak bicara, dia bangkit dari duduknya, bersiap melangkah pergi. Namun, Blue lebih cepat. Dengan gerakan sigap, tangannya menangkap pergelangan Emely, lalu berpindah ke pinggang ramping wanita itu. Dalam satu tarikan, tubuh mereka bersentuhan erat.Blue menunduk, memperhatikan wajah Emely yang terlihat kesal. Dia mengangkat dagu wanita itu dengan ibu jari dan telunjuknya, memaksanya menatap langsung ke arahnya. “Tersenyumlah, Emely.” Suaranya pelan tetapi penuh perintah. “Jangan tunjukkan wajah seperti ini di depan Amara. Kau harus menyambutnya dengan senyum. Katakan kalau kau sangat merindukannya. Setelah itu, minta maaf karena baru bisa p
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 33: Anak Ketemu Gede? 2

Beberapa saat kemudian, Blue menyudahi ciumannya. Ia menjauhkan wajahnya sedikit, cukup untuk melihat wajah Emely yang memerah. Napasnya masih tersengal. Namun, momen itu tidak berlangsung lama. Tangan bebas Blue bergerak perlahan, menyusuri paha mulus Emely dari balik dress yang ia kenakan, menyentuh kulitnya dengan lembut tetapi penuh niat.“Serius, mulutku bau bangkai?” bisik Blue. Suaranya terdengar rendah di dekat telinga Emely.Tubuh Emely menggelinjang lembut. Sentuhan pria itu mulai menyusup ke area sensitifnya, membuatnya makin salah tingkah. Matanya melebar panik. Lalu, tanpa berpikir panjang, ia mencengkeram pergelangan tangan Blue dengan kuat.“Aku berbohong!” akunya cepat. Suaranya terdengar nyaris putus asa. Ia berusaha menyingkirkan tangan nakal Blue yang makin berani menjelajah area sensitifnya. “Blue, hentikan! Ish, cukup!” Dengan sekali sentakan tegas, ia berhasil menjauhkan tangan pria itu.Emely berdiri terpaku, napasnya tersengal. Ia merapatkan kedua paha, berusah
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 34: Anak Ketemu Gede? 3

Emely menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Senyum lembut muncul di wajahnya meski hatinya terasa campur aduk. “Iya,” jawabnya singkat tetapi penuh arti.Amara menatap tanpa berkedip, seolah-olah ingin mendengar lebih banyak. Emely mengerjap, merasa gugup. Lidahnya terasa kelu. Ia tahu dirinya harus memilih kosa kata dengan hati-hati, tetapi emosi justru membuatnya sulit untuk berpikir jernih. “Aku ... eumm ... maksudku, Mommy adalah ibunya Amara,” jelasnya akhirnya, dengan satu tarikan napas panjang. Dalam hati, ia berharap pernyataan itu cukup untuk memuaskan hati kecil bocah tersebut.Amara tersenyum lebar, begitu lebar hingga matanya memicing. Dalam sekejap, kedua matanya berkaca-kaca. Tanpa menunggu lama, ia mendekat dan memeluk erat leher Emely. “Aku rindu sama Mommy,” katanya dengan suara yang tiba-tiba serak. Bibir mungilnya bergetar, berusaha menahan tangis.Blue menyaksikan adegan itu dalam diam. Matanya tiba-tiba memanas, dadanya terasa sesak mendengar nada rindu
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 35: Ronan Sinclair 1

“Nanny, cantik, ya, Mommy aku?” tanya Amara sambil membalikkan badan, memunggungi Gina. Ia membiarkan wanita dewasa itu memasang ritsleting gaunnya yang cantik.Gina tersenyum lebar mendengar pertanyaan polos Amara. Sejak masuk kamar, bocah itu terus tersenyum. Wajahnya dipenuhi binar kebahagiaan.“Iya, mommy-nya Amara sangat cantik, sama seperti Amara,” jawabnya sambil memuji gadis kecil itu dengan lembut.Amara terkikik kecil, wajahnya memerah. “Ah, Nanny bisa saja memujiku,” katanya pelan dengan nada malu-malu. Ekspresi menggemaskan itu membuat Gina tak kuasa menahan tawa kecil.“Amara memang cantik, Sayang. Semua orang juga tahu itu,” sanjung Gina. Ia kemudian memegang kedua bahu mungil Amara dengan lembut dan memutar tubuh gadis kecil itu hingga menghadap ke arahnya. Kini Amara menatapnya dengan senyuman ceria.“Nanny, aku mirip Mommy tidak?” tanya Amara tiba-tiba. Suaranya terdengar penuh harapan.Gina yang sedang bersiap menyisir rambut panjang Amara pun berhenti sejenak. Tatapa
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 36: Ronan Sinclair 2

Selesai makan siang, Blue, Emely, dan Amara berpindah ke ruang TV untuk menghabiskan waktu bersama. Suasana terasa nyaman dan santai. Seorang pelayan masuk membawa dua cangkir teh hangat untuk Blue dan Emely, lalu meletakkannya di atas meja kecil di depan mereka.Sejak tadi, Amara tampak tak mau berjauhan dari Emely. Gadis kecil itu duduk di sampingnya, memeluk erat tubuhnya seolah-olah takut ditinggalkan. Tangan mungilnya menggenggam ujung baju wanita itu.Waktu berlalu hampir satu jam. Di sela tawa ringan dan obrolan santai, suara Amara perlahan menghilang. Emely yang menyadari keheningan itu, menundukkan kepalanya untuk melihat Amara. Ia mendapati gadis kecil itu sudah berbaring di sofa dengan kepala bersandar pada pahanya, tertidur lelap.“Dia tidur, Blue,” gumam Emely dengan suara nyaris seperti bisikan. Tatapannya beralih pada pria yang duduk di sebelahnya.Blue menarik pandangannya dari layar TV dan menoleh ke arah Emely, alisnya sedikit terangkat. Ia lalu menunduk untuk memast
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 37: Ronan Sinclair 3

Setelah menghabiskan waktu sekitar 20 menit di perjalanan, akhirnya Blue dan Emely tiba di Luxe Midtown Residences, sebuah gedung apartemen elite yang terletak di kawasan Manhattan, New York. Gedung itu terkenal dengan fasilitas mewah dan lokasinya yang strategis di pusat kota, menawarkan pemandangan indah Central Park dari lantai-lantai atasnya.Mobil SUV hitam milik Blue perlahan memasuki area basemen yang luas dan terorganisir dengan baik. Lampu-lampu parkir menerangi jalur dengan sempurna, memberikan suasana eksklusif khas gedung premium. Blue menghentikan mobilnya di salah satu slot parkir khusus tamu, mematikan mesin, dan melirik sekilas ke arah Emely sebelum keluar dari kendaraan.Emely membuka pintu penumpang dan melangkah ke luar. Udara dingin dari sistem ventilasi bawah tanah terasa menerpa singkat kulitnya. Blue berjalan mendahului, tetapi langkahnya cukup lambat agar Emely bisa mengikuti tanpa tergesa-gesa.“Unitmu di lantai berapa?” tanya Blue, pura-pura tidak tahu letak
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 38: Ronan Sinclair 4

“Kalau aku berkata jujur, bahwa aku tidak berminat, apakah kau akan peduli?” Ia balik bertanya. Blue tertawa pelan, tawanya terdengar rendah dan menggoda. “Tentu saja tidak,” jawabnya dengan nada santai. “Kau tahu, Emely, kau tidak punya pilihan untuk menolak apa pun yang aku inginkan.”Emely mendengkus kecil. Meski nada bicaranya menunjukkan ketidaksukaan, matanya tetap terkunci pada Blue. “Aku tahu itu. Justru karena itu, aku malas berkata tidak,” balasnya tajam tetapi setengah menyerah.Blue tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sarat penuh kemenangan. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia mendekatkan wajahnya ke Emely, menatap matanya dengan dalam sebelum bibirnya menyentuh bibir wanita itu. Ciumannya lembut tetapi menguasai, seolah-olah mengklaim sesuatu yang sudah menjadi haknya. Emely yang awalnya ragu, pada akhirnya terbuai oleh kehangatan dan kelembutan sentuhan Blue.Untuk beberapa saat, mereka tenggelam dalam ciuman yang terasa membakar birahi dan mengabaikan segala hal lain d
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status